Perkotaan seringkali menjadi magnet bagi beberapa pendatang yang berasal dari kampung, mereka semua yang datang ke kota mempunyai sebuah mimpi, mimpi untuk hidup lebih baik dari sebelumnya.Mereka rela berjalan berpuluh-puluh kilometer, naik angkutan kota dengan waktu yang berjam-jam lamanya. Semata-mata untuk bisa mencari pekerjaan di kota.Mereka yakin, perkotaan adalah surga bagi mereka, rumah-rumah mewah, dengan segala fasilitas yang gampang untuk di akses, juga standar kehidupan yang tinggi menjadi alasan mereka untuk mencari peruntungan di kota.Apalagi, dengan banyak pabrik-pabrik yang kini berdiri di daerah Kabupaten Bandung di tahun tersebut. Membuat semua orang berbondong-bondong pergi meninggalkan kampung halamannya dan mencari peruntungan di sana.Bahkan, saking banyaknya pabrik yang muncul dan beroperasi di tahun tersebut, ada salah satu tempat di Kabupaten Bandung yang disebut dengan Kota Dollar, kota yang berisi pabrik-pabrik yang berjejer, memproduksi barang-barang bra
Pesugihan, tidak hanya sekedar melakukan ritual kepada para makhluk dan nantinya para makhluk tersebut akan membantu kita untuk mencapai kekayaan dan kejayaan, seperti halnya para makhluk-makhluk di Gunung Sepuh, yang seringkali melakukan hal yang menyesatkan manusia agar mereka bisa mengikat dan mengambil jiwanya ketika sudah kita meninggal dalam keadaan yang sangat menyiksa.Ada juga cara-cara yang lain, cara-cara yang tentang sebuah pertukaran suatu benda ataupun barang yang nantinya benda tersebut akan menjadi sebuah benda yang bertuah, sebuah benda biasa yang dianggap magis, dan bisa membuat kita kaya secara perlahan.Seperti layaknya Iceu, yang ditanami susuk oleh Nyi Mayang Sari agar dia bisa lebih cantik dan mempesona dari biasanya, lebih menggoda, dan suaranya lebih merdu dari biasanya.Mereka biasanya tidak akan sadar akan hal itu untuk pertama kali, hingga setelah beberapa lama mereka memakai benda itu, mereka akan mengetahui bahwa ada yang berbeda dalam diri mereka, bahkan
“Aku hanya bisa mengantarkan kalian sampai malam ini, untuk selanjutnya, kalian bisa memulai sendiri atas apa yang dikatakan oleh Ki Saswi ya. ”“Dan jangan lupa, catatan kecil yang Ki Saswi tulis, harus kalian baca ketika kalian akan masuk ke dalam gunung ketika dagang ayam tersebut, juga ada persyaratan yang harus kalian lakukan disana.”“Ki Saswi hanya bisa membantu seperti itu, dia tidak mungkin ikut dan membantu kalian hingga ke depan gunung. ”“Karena Ki Saswi sudah tidak lagi melakukan hal-hal seperti itu lagi, dia sekarang hanya dikenal sebagai tukang urut dan tukang pijat bagi masyarakat dan para karyawan pabrik yang ada disini. ”“Jadi, ”“Tinggal usaha kalian sekarang, memang sulit untuk awal-awal, namun ketika kalian sudah mendapatkan uang itu, kehidupan kalian akan lebih mudah. ” Kata Pak Gaga yang kini berjalan kembali ke rumahnya dan melambaikan tangannya ke arah mereka.Mereka tampaknya masih ragu dengan apa yang akan mereka lakukan nantinya. Karena, Ki Saswi hanya mem
Sore itu, Cepi, Gema, dan Odeng sudah berada di Terminal Ciwidey. Menunggu sebuah mobil El* yang nantinya akan berangkat ke daerah Cidaun yaitu salah satu daerah di Pantai Selatan yang memanjang hingga tembus ke arah Pangandaran dan Yogyakarta.Sebuah mobil El* terakhir yang apabila mereka terlambat untuk naik, maka mereka harus menunggu hingga pagi tiba untuk bisa berangkat ke Gunung Sepuh seperti yang sudah dibicarakan.“Cidaun, Cidaun, Cidaun!”“Balegede, Parigi, Malati, Cidaun!”Sang kenek berteriak-teriak, memanggil para penumpang yang pada saat itu baru datang dari kota, ada yang dari Bandung, Majalaya, Sumedang, bahkan dari Subang. Tujuan sang kenek memanggil mereka adalah agar mobil cepat penuh dan mereka bisa cepat berangkat.Karena kalau mobil berangkat sesuai jadwal dengan penumpang yang belum penuh, maka pendapatan mereka akan berkurang, bahkan bisa rugi. Mengingat jalan yang akan mereka tempuh di sore itu adalah jalan yang sulit, dengan banyaknya hutan dan gunung yang har
Meskipun satu tahun sudah berlalu, banyak yang masih belum mengetahui bahwa bapak sudah meninggal, karena keterbatasan informasi yang menyebar, dan para warga Kampung Sepuh juga yang sengaja menutup diri dari luar, membuat banyak yang masih menyangka bapak masih hidup dan masih menjaga warung pada saat itu. Tak terasa, matahari sudah menghilang, dan digantikan dengan malam dan udara dingin yang menusuk kulit. Cahaya dari lampu mobil kini menyala dengan terangnya, menerangi jalanan yang berliku dan lurus setelah mobil El* itu sudah melewati perbatasan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur, dan kini tinggal melewati kebun teh yang panjang di sisi sebelah kiri, juga bukit dan alang-alang di sebelah kanan mereka. Hanya satu mobil yang melintasi jalanan itu sekarang, tidak terlihat satupun kendaraan lain yang melintas di malam tersebut. Cepi, Gema dan Odeng masih terlihat duduk dan menikmati malam. Baru kali ini mereka merasakan perjalanan yang seperti ini dalam hidupnya, sehingga
Ritual uang balik sebenarnya tidak mudah dilakukan, segala hal yang berhubungan dengan para makhluk untuk membantu kita mencapai kekayaan biasanya mempunyai resiko, namun hal itu tampaknya tidak di sadari oleh Cepi, Gema dan Odeng.Sudah tiga bulan ini mereka terbuai oleh selembar uang yang bisa kembali ke dalam dompet mereka, dalam tiga bulan juga mereka berkeliling ke gunung-gunung, membeli setiap keperluan untuk ritual dan membeli ayam setiap kali mereka akan melakukan hal tersebut di dalam gunung.Mereka seperti orang bodoh, yang memaksakan kehendak mereka dengan hasil yang tidak pasti. Beberapa kali mereka melakukan hal itu, beberapa kali pula mereka mendapatkan kegagalan.Apabila dalam tiga bulan itu mereka pakai untuk mencari pekerjaan yang lain, mungkin saja mereka saat ini sudah mendapatkan pekerjaan yang layak dan bisa kembali mengirimkan uang gaji mereka kepada keluarganya yang berada di kampung tempat mereka tinggal.Namun mereka sudah terlena oleh sesuatu yang instan sehi
Gema yang kini fokus dengan ritualnya yang kini sudah hampir selesai. Menyan, telur, kopi hitam, kelapa muda dan hal-hal yang lainnya sudah di persiapkan semua. Asap dari menyan mengepul ke atas menutupi langit dengan semerbak harum yang tercium oleh mereka semua, belum lagi dair bau hanyir telur yang sengaja gema pecahkan di pinggir menyan tersebut.Bahkan Kopi hitam yang di seduh, sengaja Gema tumpahkan di atas telur mentah dan mengambil ampas dari kopi itu untuk mereka oleskan ke ayam yang akan mereka bawa pada malam itu. Sungguh ritual yang sangat aneh. namun meskipun begitu, tekanan yang mereka rasakan terasa sangat kuat, tekanan dari banyak sekali mata yang mengawasi mereka dari sela-sela pepohonan yang tinggi besar di ujung sana yang tatapanya tepat ke arah mereka semua. Ritualnya belum selesai, beberapa kali Gema berhenti sejenak karena hawa yang mereka rasakan sangat menusuk kulit. Namun, tinggal satu lagi yang harus mereka siapkan, yaitu kembang tujuh rupa, yang menjadi s
Suara itu keluar, seperti suara orang yang ketakutan setengah mati di dalam sana. Cepi yang masih berada diluar hanya bisa terdiam, karena dia tidak tahu apa yang Odeng temui di dalam gunung pada malam itu.“Deng, Odeng kamu gak apa-apa?”Cepi berteriak-teriak di depan gerbang, mencoba memanggil Odeng yang terdengar kesakitan di dalam sana. Namun, hanya dua kali dia berteriak kesakitan, selebihnya dia tidak mendengar apapun lagi setelah mendengar teriakan Odeng yang berada di dalam hutan.Meskipun suara itu terasa samar, karena suara tersebut terdengar di dalam hutan yang ada di depannya. Namun Cepi yakin, itu adalah suara Odeng, karena dia adalah orang kedua yang masuk sebelum dirinya.Cepi kini ragu, dia seperti tidak ingin melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam hutan Gunung Sepuh pada saat itu, tapi pikirannya berkata lain. Apalagi teriakan Odeng seperti teriakan dari seseorang yang kesakitan akan sesuatu.Namun, dia sudah tanggung berada sampai disini, juga sudah membeli segala