Share

Bab 15

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-08 12:20:40

Aku masih di sini. Rumah yang dulu selalu menjadi tempat kongkow favorit dengan teman putih abu-abuku. Teman dan sahabat yang sekarang mencar ke mana-mana. Bahkan sudah jarang sekali bertemu. Hanya sering ngobrol dan seru-seruan di grup alumni. Itu pun aku jarang nimbrung, karena mereka selalu saja iseng. Sering meledek jika tak sengaja aku dan Mas Adam ikut nongol bersamaan.

Takut jika dibaca oleh Mas Gilang, makanya aku jarang ikut ngobrol di grup. Aku hanya membaca obrolan-obrolan mereka di kala senggang. Bahkan, nyaris tak pernah ikut jika mereka mengadakan reuni kecil-kecilan.

"Makan dulu, ya. Sudah lama nggak makan bareng sama Lina nih."

Mas Bimo dan Tante Deby muncul dari arah dapur. Mas Bimo memang suka masak. Dulu, dia sering banget bantuin Tante Deby berdapur ria. Beda banget sama Mas Adam, karena dia lebih suka baca dan bikin komik. Meski begitu, sekarang justru dia yang menekuni usaha kuliner di negara seberang itu. Kabar yang kudengar, usahanya berkembang pesat di sana
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Andi Nuryasmi Mubarak
buat Lina sama Adam bersatu, kasian Adam gak bisa move on.
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
oon kamu jadi orang , mau aja dipoligami dan gak mau ambil keputusan buat kebhagian diri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 16

    Benda pipih di saku gamisku bergetar. Kuusap layar pelan untuk membaca pesan yang terkirim di sana. Pesan dari Mas Gilang.[Lin, kamu di mana? Kata ibu kamu keluar, tapi motor kok ada di rumah?]Sepertinya dia sudah pulang dan mencari keberadaanku melalui ibu. Padahal tadi aku sudah pamit ke rumah tante Deby. Apa ibu lupa atau sengaja tak memberi tahu Mas Gilang agar dia berpikir macam-macam? Ah, pikiranku mulai ngelantur.Tak ingin menambah kecurigaan Mas Gilang, aku segera pamit pulang. Si kembar masih asyik ngobrol dengan Mas Adam via video call. Aku tak berani bicara banyak dengan laki-laki itu. Hanya sekedar tanya kabar saja. Cukup. Tak lebih dari itu."Biar diantar Bang Jay, Lin," ucap Mas Bimo sembari keluar rumah memanggil Bang Jay di pos satpam. "Nggak usah, Mas. Jalan kaki aja nggak masalah loh, kayak jauh aja," jawabku lagi. Bersalaman dengan Mbak Isma dan si kembar. Tante Deby masih sibuk ngobrol dengan tamunya. "Tante Lina mau pulang tuh, Oommm."Suara nyaring si kembar

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 17

    Pagi-pagi sekali aku sudah bangun untuk membuat sarapan. Seperti yang sering kulakukan, sekadar membuat nasi goreng spesial dan menyeduh kopi. Sepertinya Mas Gilang juga baru selesai mandi. Dia duduk di sebelahku sambil menikmati nasi goreng dan kopi yang kusuguhkan. "Cuma bikin dua cangkir, Lin?" tanya ibu tiba-tiba. Wanita paruh baya itu ikut duduk di samping anak lelakinya."Iya, Bu. Ibu nggak boleh minum kopi, kan?" tanyaku pelan, lebih tepatnya sedikit mengingatkan. "Bukan buat ibu, tapi buat Maya." Ibu menoleh ke arahku lagi. Mungkin berharap aku peka lalu membuatkan secangkir lagi untuk menantu kesayangannya. Oh, No!Apa ibu pikir aku babu di rumahku sendiri? Sudah beruntung aku izinkan perempuan itu tinggal di sini. Masa iya aku harus ikut sibuk melayaninya? Dia maduku, yang harusnya tak memiliki tempat di sini. Di rumah warisan kedua orang tuaku sendiri. "Suruh bikin sendirilah, Bu. Jangan seperti ratu, apa-apa minta dilayani. Aku bukan babu di sini." Ibu pergi meninggalk

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 18

    Aku ikut mengantar Maya ke kontrakannya. Rumah minimalis bercat abu muda itu akan menjadi tempat tinggalnya saat ini. Belum ada perabotan apapun di sana. Mungkin nanti atau besok akan datang. Kudengar Mas Gilang sudah memesan beberapa perabotan penting, seperti kulkas, tempat tidur, almari, meja rias, tivi dan peralatan masak. "Semoga nanti kamu cepat hamil ya, May. Biar ibu cepat nimang cucu," ucap ibu sambil menepuk lengan Maya pelan. Maya mengangguk sambil tersenyum menatap ibu mertuanya. Aku hanya melirik sekilas. "Jangan lupa May, jaga kesehatan, makan makanan yang bergizi, jangan suka begadang, jangan minum kopi kebanyakan." Nasehat ibu terdengar begitu panjang untuk menantu kesayangan. Seperhatian itu dia. Sama aku? Boro-boro! "Mas, ini kontrakan kenapa nggak ada isinya apa-apa?" tanya Maya cepat, Mas Gilang baru selesai mematikan obrolan di henfonnya."Sabar, May. Sebentar lagi juga datang. Baru dikirim," jawab Mas Gilang kemudian."Kok nggak ngajak aku sih pesennya, Mas?

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 19

    Terdengar tawa renyah anak didikku saat salah seorang temannya tak bisa mengerjakan soal di papan tulis. Andi sebenarnya anak yang pintar, hanya saja dia sering kali ketiduran di kelas saat jam pelajaran. Tiap kutanyakan alasannya apa, dengan jujur dia bilang keasyikan main game semalaman.Sepertinya zaman sekarang memang banyak anak lain seperti Andi yang dibebaskan bermain handphone atau internet tanpa pengawasan orang tua, bahkan terkadang orang tua tak terlalu peduli dengan aktivitas dan pergaulan anaknya sendiri.Sering kali orang tua berpikir yang penting mereka diam dan tak mengganggu kegiatan orang tuanya. Padahal, seorang ibu dan bapak memiliki kewajiban untuk memberikan arahan mana yang pantas dan mana yang tak pantas menjadi tontonan anak-anaknya. "Makanya Di, jangan main game mulu," ucap Nola, temannya yang duduk tepat di depan meja guru. Andi hanya cengengesan sambil garuk-garuk kepala yang mungkin tak gatal. Dia melirikku lagi, salah tingkah. "Udah Bu, kasih hukuman j

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 20

    Tiga hari sudah ibu dirawat di rumah sakit. Hari ini, Alhamdulillah sudah diperbolehkan pulang meski kulihat wajah ibu masih sedikit pucat. Namun, dokter bilang jika tensinya sudah normal. Mas Gilang dan dokter Lukman masih ngobrol soal kesehatan ibu. Beliau memberikan pengarahan tentang beberapa hal yang dianjurkan dan dipantang oleh penderita stroke ringan seperti ibu. Ibu harus banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran seperti pir, jeruk, apel, melon, pisang, wortel, kentang. Untuk ikan bisa memilih tuna atau salmon.Mas Gilang tampak manggut-manggut mengerti. "Untuk makanan yang dipantang apa saja ya, Dok?" tanya Mas Gilang lagi. Dia begitu antusias mendengarkan nasehat dokter untuk kebaikan ibunya. "Makanan yang sebaiknya dihindari untuk stroke ringan seperti ibu, makanan yang tinggi gula dan tinggi garam, aneka makanan olahan seperti makanan kaleng, makanan kemasan atau cepat saji, daging merah juga nggak boleh ya, Pak. Untuk garam baiknya dikurangi, kalau bisa sehari ti

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 21

    Pov : MayaSejak perceraian ayah dan ibu belasan tahun lalu, tepatnya saat aku menginjak bangku kelas enam sekolah dasar, aku memang tumbuh menjadi anak yang lumayan susah diatur. Begitu kata ibu. Begitu juga kata nenekku.Tanpa pernah mereka tahu atau mungkin sedikit mencari tahu, kenapa aku bisa berubah sedrastis itu? Aku yang sebelumnya selalu menjadi kebanggaan orangtuaku, aku yang sebelumnya selalu patuh, hormat dan tak pernah membantah. Berubah menjadi seorang pembangkang. Bukan maksudku untuk itu, hanya saja aku butuh perhatian dan kasih sayang. Sejak ayah dan ibu berpisah, ayah sudah jarang menjenguk. Hanya Mbak Dewi sesekali datang. Membawakan aneka makanan ataupun peralatan sekolah. Dia bilang, kado dari ayah. Entah. Sedangkan ibu, sibuk dengan urusan pekerjaannya sebagai buruh jahit di konveksi rumahan, tak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Dia jarang memperhatikan keseharianku, mungkin merasa sudah ada nenek yang tiap hari mengurus dan mengawasi. Ibu hanya berpikir,

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 22

    Pov : Adam "Tahu nggak sih, Dam? Si Lina, mau-maunya dimadu. Dia itu benar-benar nggak berkutik sama suaminya. Apa iya karena terlalu cinta sampai rela berbagi suami begitu? Mbak mau kasihan sebenarnya, cuma kadang kesal juga kenapa dia sebucin itu sama suaminya. Apa sih yang membuat Lina sampai sebegitu cinta?!" Ceita panjang Mbak Isma seminggu yang lalu membuatku tersedak saat menyeruput kopi. Aku shock dan tak menyangkaendapatkan kabar mengejutkan seperti itu. Lina? Dimadu?! Pikiranku mendadak kacau setelah mendengar cerita Mbak Isma dari ponsel pintar. Kerja pun tak lagi fokus. Bertahun-tahun aku berusaha mengubur cinta itu, berusaha melupakan kenangan-kenangan manis bersamanya, berusaha sepertinya yang hanya menganggap hubunganku dan dia sebatas kakak beradik, berusaha untuk menata masa depan tanpanya, namun nyatanya aku nggak bisa! Tiap kali mencoba untuk melupakan, justru hatiku seolah berontak tak ingin meninggalkan. Tiap kali berusaha mencari pengganti, justru dalam hati

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-11
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 23

    Kuseduh secangkir teh untuk menghangatkan badan. Pagi ini lumayan dingin. Mentari seolah malu-malu keluar dari balik awan. Padahal, waktu sudah beranjak dhuha. Jam delapan. Namun, sinarnya belum terlihat menerangi bumi yang mulai berisik dengan lalu lalang kendaraan. Kudengar deru mobil Mas Gilang di halaman. Akhirnya dia ingat jalan pulang. Tak menyambutnya dengan senyum semringah, aku justru memilih diam. Tak beranjak dari tempat dudukku. Kubiarkan diri ini tenang dan santai sembari menikmati sepotong kue bolu dengan menyruput teh hangat, di gazebo belakang. "Lin ...." Panggilan itu kembali kudengar, setelah tiga harian ini menghilang.Aku menoleh, seolah terkejut akan hadirnya yang tiba-tiba meski beberapa detik lalu sudah kudengar kedatangannya. Detik ini, kembali kutatap lekat kedua bola matanya. Masih tetap sama seperti sebelumnya yang begitu teduh dan menenangkan jiwa."Lin, kedua mobilnya ke mana? Kok nggak ada di garasi?" Mas Gilang terlihat kaget saat melihat pemandangan y

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-11

Bab terbaru

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 61 (End)

    Althaf Radhika Alfahri.Anak laki-laki pertamaku yang rupawan. Dia adalah pelita yang menyinariku di saat gelap dan rapuh. Dia yang membuatku semakin kuat dan semangat di setiap keadaan dan dia yang membuatku semakin menyadari jika tak akan pernah ada kata sia-sia dari sebuah perjuangan dan kesabaran. Ada harapan dan doa yang kutanamkan dalam nama itu. Aku dan Mas Gilang sangat berharap kelak dia akan tumbuh menjadi anak laki-laki yang berhati lembut, sukses dan memiliki semangat untuk berbagi kebaikan hingga bisa bermanfaat untuk banyak orang.Detik ini, kulihat Mas Gilang yang sedang mengazani anak sulungnya dengan hati berbunga. Senyumnya mengembang. Wajahnya yang tampan memancarkan aura kebahagiaan. Ibu yang dulu seolah tak pernah memberi restu untukku, sekarang justru berbalik 180 derajat.Dia begitu menyayangiku setelah rencana buruk dan sandiwara menantu kesayangannya itu terbongkar semuanya. Cinta dan perhatian ibu padaku semakin bertambah saat anak pertamaku lahir. Ibu terli

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 60

    Pov : Maya"May, kamu di mana? Aku mau ketemu," ucap Mbak Dewi tiba-tiba setelah sekian minggu tak ada kabar."Mau ngapain sih, Mbak?" tanyaku cepat.Hatiku berdebar-debar, jangan sampai Mbak Dewi merencanakan sesuatu untuk mencelakakan Mbak Lina lagi. Aku nggak mau ikut campur. Mereka bisa benar-benar menjebloskanku ke sel."Rumah tanggaku hancur, May. Mas Indra menceraikanku. Istri tua dan keriputnya itu mengambil semua yang kupunya. Rumah dan mobil itu. Sekarang, aku di rumah ibu," ucap Mbak Dewi panjang.Mulutku ternganga seketika mendengar ceritanya. Aku yakin, Mbak Dewi pasti tak akan rela dan diam begitu saja. Dia pasti akan membalas perlakuan Mbak Lina. Karena masih menganggap Mbak Lina dalang semuanya."Sudahlah, Mbak. Jangan ganggu keluarga Mas Gilang lagi. Bahaya, Mbak. Mbak bisa benar-benar dimasukkan penjara nanti."Aku masih terus berusaha menasehati. Walaupun bagaimana, dia tetap kakakku. Aku sangat menyayanginya, meski kelakuannya seperti itu dan sering membuatku pusin

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 59

    Pov : Dimas Maya. Aku ingin sekali membencinya karena dia sudah tega menghianati cinta yang kupunya. Dia diam-diam berhubungan dengan lelaki lain yang jauh lebih mapan dan tampan. Saat tahu kabar itu, rasanya benar-benar sulit digambarkan.Banyak hal yang kami lakukan bersama, teganya dia pergi begitu saja. Namun, aku cukup heran kenapa sampai detik ini belum bisa melupakannya. Berulang kali mencoba untuk move on, berulang kali pula selalu gagal. Aku benci dengan perasaanku sendiri. Aku tak tahu mengapa harus mencintai perempuan yang sudah terang-terangan menghianatiku. Bahkan secara sengaja menikah dengan laki-laki lain yang lebih mapan, meski hanya menjadi istri kedua. Entah siapa yang bodoh dalam hal ini. Aku yang dibutakan oleh cinta dan nafsu atau dia yang hanya mengejar harta, tanpa peduli adanya cinta. Entah.Seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat akan jatuh juga. Begitu pula dengan sandiwara Maya. Aku mengetahui gerak-gerik pengkhianatannya sebelu

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 58

    Sebelum maghrib, kami sudah sampai di rumah. Maya dan Bi Minah turun dari mobil Mas Adam. Perempuan itu masih saja menunduk dalam diam."Lang, aku pamit pulang, ya?" ucap Mas Adam tiba-tiba. Mas Gilang yang baru saja menutup pintu mobil, menoleh seketika."Nggak mampir dulu, Dam? Btw Makasih banyak atas bantuannya ya? Maaf selalu ngrepotin kamu," jawab Mas Gilang kemudian."Santai aja, Lang. Aku balik dulu deh, habis maghrib mau ada perlu soalnya," lanjut Mas Adam lagi."Oh, okey. Hati-hati kalau begitu," jawab Mas Gilang pelan sembari tersenyum.Mas Adam menatapku sekilas sebagai tanda pamit pulang. Dia kembali masuk ke mobilnya dan berlalu dari halaman.Tak berselang lama, muncul mobil hitam dop dari arah kanan, berhenti tepat di depan gerbang.Mas Gilang melangkah pelan menghampirinya. Bercakap sebentar dengan sang supir lalu menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah."Pak Roby dan Pak Emon. Dia datang membawa laki-laki itu. Ayah si Haikal," ucap Mas Gilang lirih di sampingku. Aku men

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 57

    Perempuan itu keluar kamar juga setelah sekian menit menunggu. Geram, kesal dan benci kembali menyergapku. Kutatap matanya yang menyiratkan ketakutan.Rasanya ingin sekali kumaki dan kutampar dia berulang kali, agar dia sadar. Kelakuannya selama ini bukanlah sesuatu yang lucu.Bagaimana mungkin dia berhubungan dengan orang lain tapi justru meminta suamiku untuk bertanggung jawab! Benar-benar keterlaluan. Tak punya adab.Apakah seperti itu yang diajarkan Dewi padanya? Merusak rumah tangga orang bagaimana pun caranya. Seperti syaitan yang begitu riang ketika sebuah keluarga di ambang perceraian."Maya!" Bentakku tiba-tiba. Dia terlonjak kaget. Mas Gilang memegang lenganku pelan. Membisikkan istighfar berulang kali.Mataku memanas menahan amarah yang memuncak namun aku tak kuasa mengungkapkannya. Kupendam sedemikian rupa, namun kali ini rasanya aku ingin membuat sedikit pelajaran padanya. Biar dia kapok, tak mengulangi kesalahannya lagi.Kucengkeram lengannya sekuat mungkin dengan tangan

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 56

    Pov : Maya Mas Gilang masih saja mencecarku dengan berbagai pertanyaan tentang Denis dan anak itu. Tak bisa mengelak dan begitu tersudut, akhirnya kuceritakan saja semuanya. Beragam bukti dia genggam membuatku tak bisa berkelit lagi. Kini aku mulai pasrah. Mungkin memang sudah waktunya aku menyerah dan kalah. "Kenapa kamu berbuat seperti ini, May? Apa kamu kira, aku akan membuangmu begitu saja saat aku tahu anak itu bukan darah dagingku?" tanyanya dengan penuh penekanan dan ketegasan.Aku tetap menunduk. Rasanya tak mampu membalas apapun yang akan dikatakan dan dituduhkannya nanti. Sesekali menyeka kedua pipiku yang makin lama makin basah. Ibu mertua ikut mengomel tak karuan. Membuat makin banyak polusi telinga. "Aku sudah menyuruh orang untuk memata-mataimu sejak lama. Aku juga tahu, kalau selama ini kamu tak kuliah. Uang kuliah dan jatah bulananmu sengaja kamu tabung untuk membangun rumah ini, kan?" tanyanya lagi. Bukan bertanya, namun dia memang sudah mengantongi kuncinya. Membu

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 55

    Pov : Maya Semua usaha dan pengorbananku selama ini tak sia-sia. Aku sudah memiliki tabungan yang cukup dan sebuah rumah lumayan megah di pinggiran kota. Uang kuliah dan sebagian jatah bulanan dari Mas Gilang memang aku gunakan untuk membeli tanah dan membangun rumah di sana. Sengaja aku pilih di daerah itu, karena aku suka dengan suasananya yang damai.Warga di sana juga sangat ramah. Beberapa kali aku datang, mereka selalu tersenyum dan mengajakku mengobrol santai. Mereka menceritakan profesi dan kehidupan sehari-hari yang mayoritas sebagai petani dan pedagang di pasar. Pantas saja, masih banyak sekali sawah terbentang luas. Bahkan, di samping dan belakang rumahku masih ada beberapa hektar sawah dengan tanaman padi yang mulai menguning. Setidaknya nanti jika memang Mas Gilang mengetahui semua kecuranganku, aku sudah bisa berlenggang dengan tenang. Dia tak bisa mendepakku begitu saja, karena rumah ini sengaja aku atas namakan ibuku agar dia tak bisa memasukkannya dalam harta gono-g

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 54

    Pov : GilangBuru-buru kuparkir mobil ke halaman. Rumah ini memang belum punya garasi atau carport. Hanya saja halamannya luas. Jadi bisa untuk parkir beberapa mobil. Rumahnya pun bukan rumah bertingkat atau rumah dengan gaya modern seperti di tengah kota. Rumah sederhana dengan gaya klasik bahkan masih banyak yang bernuansa pedesaan menggunakan lantai papan. Seperti rumah panggung. Unik. Terdengar teriakan Maya dari kamarnya. Ibu sepertinya berusaha menenangkannya. Aku segera masuk rumah bercat putih itu dengan salam lirih. Memasuki kamar Maya dengan tergesa. Dia masih saja menangis dan mengoceh nggak jelas. "May!" bentakku tiba-tiba saat dia mendorong bahu ibu. Hampir saja ibu terjungkal karenanya. "Jangan macam-macam kamu, May. Apalagi sama ibu!" Aku melotot tajam ke arahnya. "Aku bukan laki-laki yang suka ingkar janji, May. Kamu tenang saja. Nggak perlu sekhawatir itu. Nggak perlu takut aku bakal kabur," ucapku pelan. Kutekan emosiku, jangan sampai Maya semakin meronta dan t

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 53

    Pov : LINAKepala masih terasa pening sekali karena menangis semalaman. Detik ini, mungkin mataku terlihat sangat sembab. Aku tak peduli dan tak terlalu memikirkan hal itu. Rasa lelah mulai mendera. Capek. Kesal. Marah. Entah apalagi yang kini kurasakan.Setelah salat Subuh, aku kembali ke kamar untuk merebahkan badan. Pikiranku tak tenang. Berbagai pertanyaan dan kekhawatiran kembali menyelinap dalam benak. Tak tahu lagi harus bagaimana. Sampai sekarang, aku belum jua menemukan jejak Mas Gilang dan ibu, pun saat mencarinya di rumah itu. Rasanya, semua berlalu begitu cepat dan tak menyangka jika Mas Gilang sudah menghilang lima hari yang lalu. Kalau sampai hari ini tak ada kabar juga, aku benar-benar akan melaporkan kejadian ini pada polisi. Aku mulai menyerah dan tak tahu harus mencarinya kemana lagi. Semua terasa buntu dan aku benar-benar membutuhkan pertolongan polisi.Kutatap langit-langit kamar. Teringat lagi kejadian kemarin saat aku dan Mas Adam datang kembali ke rumah itu.

DMCA.com Protection Status