Share

Bab 22

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-11 22:43:39

Pov : Adam

"Tahu nggak sih, Dam? Si Lina, mau-maunya dimadu. Dia itu benar-benar nggak berkutik sama suaminya. Apa iya karena terlalu cinta sampai rela berbagi suami begitu? Mbak mau kasihan sebenarnya, cuma kadang kesal juga kenapa dia sebucin itu sama suaminya. Apa sih yang membuat Lina sampai sebegitu cinta?!" Ceita panjang Mbak Isma seminggu yang lalu membuatku tersedak saat menyeruput kopi. Aku shock dan tak menyangkaendapatkan kabar mengejutkan seperti itu.

Lina? Dimadu?!

Pikiranku mendadak kacau setelah mendengar cerita Mbak Isma dari ponsel pintar. Kerja pun tak lagi fokus. Bertahun-tahun aku berusaha mengubur cinta itu, berusaha melupakan kenangan-kenangan manis bersamanya, berusaha sepertinya yang hanya menganggap hubunganku dan dia sebatas kakak beradik, berusaha untuk menata masa depan tanpanya, namun nyatanya aku nggak bisa!

Tiap kali mencoba untuk melupakan, justru hatiku seolah berontak tak ingin meninggalkan. Tiap kali berusaha mencari pengganti, justru dalam hati
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 23

    Kuseduh secangkir teh untuk menghangatkan badan. Pagi ini lumayan dingin. Mentari seolah malu-malu keluar dari balik awan. Padahal, waktu sudah beranjak dhuha. Jam delapan. Namun, sinarnya belum terlihat menerangi bumi yang mulai berisik dengan lalu lalang kendaraan. Kudengar deru mobil Mas Gilang di halaman. Akhirnya dia ingat jalan pulang. Tak menyambutnya dengan senyum semringah, aku justru memilih diam. Tak beranjak dari tempat dudukku. Kubiarkan diri ini tenang dan santai sembari menikmati sepotong kue bolu dengan menyruput teh hangat, di gazebo belakang. "Lin ...." Panggilan itu kembali kudengar, setelah tiga harian ini menghilang.Aku menoleh, seolah terkejut akan hadirnya yang tiba-tiba meski beberapa detik lalu sudah kudengar kedatangannya. Detik ini, kembali kutatap lekat kedua bola matanya. Masih tetap sama seperti sebelumnya yang begitu teduh dan menenangkan jiwa."Lin, kedua mobilnya ke mana? Kok nggak ada di garasi?" Mas Gilang terlihat kaget saat melihat pemandangan y

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-11
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 24

    Sekian tahun berpisah akhirnya detik ini, kami dipertemukan. Aku, Mas Gilang dan Mas Adam kembali dipertemukan dalam ruangan yang sama. Inilah pertemuan perdana kedua lelaki itu, setelah sekian tahun tak berjumpa. Entah kenapa, suasana terasa agak berbeda. Bahkan Mas Adam yang biasanya penuh canda, kini terasa sedikit kaku. Mas Adam berdehem pelan, memecah keheningan. "Maaf ya, Lang. Nggak bermaksud lancang. Beberapa hari yang lalu Lina memintaku untuk menjualkan mobilnya. Ini hasil penjualan dan notanya." Mas Adam menyerahkan amplop tebal di atas meja tamu. Mas Gilang mengangguk pelan, mengucapkan terima kasih lalu mencoba untuk tersenyum meski kulihat begitu datar. Aku lihat ekspresi keduanya begitu tak nyaman. Mungkin karena sudah terlalu lama tak bertemu, jadi sekaku itu. Tapi ... nggak juga sih. Memang dari dulu, ekspresi mereka kurang bersahabat. Apa gara-gara aku? Entah! "Aku bikinkan minum dulu, ya, Mas," pamitku, beranjak dari ruang tamu. Berharap saat aku tak ada di san

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-12
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 25

    "Maya hamil.""Maya hamil.""Maya hamil." Kalimat itu selalu memenuhi otakku. Mungkinkah Maya benar-benar hamil? Secepat itu? Kenapa? Kenapa dia bisa secepat itu hamil sedangkan aku harus menunggu sekian lama? Bahkan hingga sebelas tahun berumah tangga belum juga bergaris dua?!Kenapa, Ya Allah? Apakah salah dan dosaku terlampau banyak, hingga Kau belum juga mempercayaiku untuk hamil dan merasakan makhlukMu di rahimku? Mengapa sampai sebelas tahun ini aku belum juga memiliki keturunan? Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa aku bisa selama itu, sementara dia bisa secepat ini berbadan dua? Apa salah dan dosaku, Ya Allah? Air mata ini kembali deras bercucuran. Kulipat kedua lutut di pojok kamar. Entah mengapa rasanya sakit sekali tiap mengingat soal keturunan. Mendadak, rasanya bumi ini berhenti berputar. Suara-suara sumbang itu seolah mengejekku di berbagai sudut. Kututup telinga rapat agar tak mendengar apapun, tapi rasanya percuma. Aku masih begitu jelas mendengarnya."Kamu kalah Lin

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-13
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 26

    "Maaf kalau aku lancang, Lin. Tadi aku sudah ucap salam berulang kali, tapi tak ada balasan. Gerbang terbuka lebar. Pintu depan juga terbuka. Saat itu aku dengar suara isakmu, jadi aku masuk saja. Aku cuma takut kalau kamu kenapa-kenapa," ucap Mas Adam sedikit gugup. Aku paham perasaannya saat ini. Pastilah merasa tak enak hati.Aku memang lupa menutup pintu gerbang saat Mas Gilang dan Ibu pergi ke kontrakan Maya. Aku juga lupa menutup pintu. Aku lari ke kamar begitu saja saat kudengar deru mobil Mas Gilang mulai menghilang.Lamunanku terjaga saat tiba-tiba si kembar cantik Alana dan Aluna berhamburan ke arahku."Tanteeeeeeee ... ayo ke rumah Oma. Sudah banyak yang nunggu loh. Kenapa tante lama sekali?" tanya Alana begitu manja di pangkuanku. Gadis itu mencium pipi kiriku, kemudian Aluna pun mengikutinya. Aku kembali tersenyum kecil melihat kepolosan mereka berdua. "Tante Lina habis nangis ya?" tanya mereka hampir bersamaan. Keduanya meneliti raut wajahku dengan seksama. "Ah nggak.

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-14
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 27

    Hari ini rencananya mau cek ruko yang kusewa. Kemarin sudah minta tukang untuk cat ulang dengan warna favorit, ungu muda. Semoga saja sudah selesai dan siap pakai. Ruko itu ada di jalan utama, lumayan ramai karena tak terlalu jauh dari alun-alun kota. Aku berharap usaha ini bisa maju dan memiliki cabang-cabang di lain kota. Perjalanan ke ruko membutuhkan waktu tak sampai setengah jam jika lalu lintas normal. Hanya saja jika macet bisa lebih dari satu jam. Toko ini aku fokuskan menjual gamis, sarimbit dan beberapa hijab saja. Untuk tahap awal aku sengaja belum belanja terlalu banyak. Cukup 200 pasang untuk sarimbit couple dan 300 potong untuk gamis set hijabnya."Sibuk amat, Lin," ucap Mas Gilang yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelahku. Dia datang dengan membawa dua cangkir minuman di atas nampan. Satu untuknya dan satu lagi untukku. Begitulah dia, saat melihatku cukup sibuk, Mas Gilang seringkali membuatkanku teh atau jahe hangat. Selalu memintaku untuk tak terlalu terforsir dalam

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 28

    Siang begitu terik. Sepulang mengajar, aku langsung menuju ruko. Ruko ini ada dua lantai. Lantai bawah aku khususkan untuk display sarimbit couple dan gamis, kutambah dengan aneka model hijab. Lantai atas sebagian untuk ruangan santai, hanya ada satu sofa panjang dan satu meja kecil di sudut ruangan, dekat dengan jendela. Bagian lain ada rak-rak tempat stok dagangan dan sebuah kamar mandi. Mungkin tempat ini bisa untuk menenangkan diri, jika pikiran buruk mulai merajai hati. [Kamu di mana, Lin?] Kubuka pesan yang masuk ke handphone. Dari Mas Adam. Tumben sekali dia chat, biasanya telepon saja. [Di ruko, Mas. Masih cek barang-barang yang datang, sekalian mau kutata sebagian] Aku membalas pesan darinya. Ceklis biru. [Kebetulan aku juga baru dari rumah, sekalian mau pulang ke rumah mama. Nanti lewat rukomu, aku bantu boleh?]Perumahan elit Mas Adam memang tak terlalu jauh dari ruko ini. Jadi tiap kali dia akan ke rumahnya yang baru itu, jalan depan ruko ini yang paling dekat. Bisa

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 29

    "Balik, Lin!" perintah Mas Gilang dengan muka merah padam.Kudengar giginya bergemeletuk menahan amarah yang mungkin mencapai ubun-ubun. Mas Adam sudah berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tapi Mas Gilang benar-benar tak peduli. Dia tetap menarik pergelangan tanganku begitu saja, lalu menggamit lenganku menuruni anak tangga."Pak, tolong kalau sudah selesai, kunci rukonya. Motor ini saya tinggal di sini. Sudah saya kunci," ucapnya pada Pak Sarju yang masih sibuk memasang display di dinding. Dia pun mengangguk pelan. Sampai di halaman ruko, Mas Gilang membukakan pintu mobil untukku. Masih tanpa bicara, dia melajukan mobil meninggalkan ruko begitu saja. Seperti itulah dia saat sedang marah. Tak banyak kata, tak harus banyak debat pula. Cukup diam dengan tatapan tajam sudah membuat suasana terasa begitu dingin dan mencekam."Maaf, Mas. Tadi Mas Adam cuma bantuin beberes di toko karena dia tahu aku belum makan siang, makanya dia beli bakso itu buat makan. Kalau nggak percaya

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 30

    Aku menanti Mas Gilang dengan gelisah. Sudah hampir jam sebelas malam, tapi belum tampak batang hidungnya. Sampai selarut ini dia belum juga datang. Padahal dia janji akan pulang setelah membuatkan nasi goreng untuk Maya, karena ini jatah hariku bersamanya.Ya Allah, apa Mas Gilang ingkar janji? Apa dia tak mengingatku saat asyik bersama perempuan itu? Aku semakin gelisah. Kubuka handphone lagi dan lagi barangkali Mas Gilang mengirimkan pesan. Namun, tak ada pesan darinya. Sepi. Hanya ada satu pesan dari Mas Adam.[Lin, maafkan aku. Kalian nggak berantem kan? Aku nggak sengaja bertemu Gilang di jalan. Apa dia akan ke rumah istri barunya?] Kulihat Mas Adam masih online. Kulihat pesan itu terkirim dua jam yang lalu. Jangankan membalas, bahkan aku baru sempat membacanya detik ini. [Dia memang pergi ke sana, tapi kami nggak berantem kok, Mas. Nanti juga pulang] Aku membalas pesannya. Pulang? Benarkah dia akan pulang malam ini? Atau jangan-jangan dia menginap di sana lagi? Entah. Aku ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16

Bab terbaru

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 61 (End)

    Althaf Radhika Alfahri.Anak laki-laki pertamaku yang rupawan. Dia adalah pelita yang menyinariku di saat gelap dan rapuh. Dia yang membuatku semakin kuat dan semangat di setiap keadaan dan dia yang membuatku semakin menyadari jika tak akan pernah ada kata sia-sia dari sebuah perjuangan dan kesabaran. Ada harapan dan doa yang kutanamkan dalam nama itu. Aku dan Mas Gilang sangat berharap kelak dia akan tumbuh menjadi anak laki-laki yang berhati lembut, sukses dan memiliki semangat untuk berbagi kebaikan hingga bisa bermanfaat untuk banyak orang.Detik ini, kulihat Mas Gilang yang sedang mengazani anak sulungnya dengan hati berbunga. Senyumnya mengembang. Wajahnya yang tampan memancarkan aura kebahagiaan. Ibu yang dulu seolah tak pernah memberi restu untukku, sekarang justru berbalik 180 derajat.Dia begitu menyayangiku setelah rencana buruk dan sandiwara menantu kesayangannya itu terbongkar semuanya. Cinta dan perhatian ibu padaku semakin bertambah saat anak pertamaku lahir. Ibu terli

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 60

    Pov : Maya"May, kamu di mana? Aku mau ketemu," ucap Mbak Dewi tiba-tiba setelah sekian minggu tak ada kabar."Mau ngapain sih, Mbak?" tanyaku cepat.Hatiku berdebar-debar, jangan sampai Mbak Dewi merencanakan sesuatu untuk mencelakakan Mbak Lina lagi. Aku nggak mau ikut campur. Mereka bisa benar-benar menjebloskanku ke sel."Rumah tanggaku hancur, May. Mas Indra menceraikanku. Istri tua dan keriputnya itu mengambil semua yang kupunya. Rumah dan mobil itu. Sekarang, aku di rumah ibu," ucap Mbak Dewi panjang.Mulutku ternganga seketika mendengar ceritanya. Aku yakin, Mbak Dewi pasti tak akan rela dan diam begitu saja. Dia pasti akan membalas perlakuan Mbak Lina. Karena masih menganggap Mbak Lina dalang semuanya."Sudahlah, Mbak. Jangan ganggu keluarga Mas Gilang lagi. Bahaya, Mbak. Mbak bisa benar-benar dimasukkan penjara nanti."Aku masih terus berusaha menasehati. Walaupun bagaimana, dia tetap kakakku. Aku sangat menyayanginya, meski kelakuannya seperti itu dan sering membuatku pusin

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 59

    Pov : Dimas Maya. Aku ingin sekali membencinya karena dia sudah tega menghianati cinta yang kupunya. Dia diam-diam berhubungan dengan lelaki lain yang jauh lebih mapan dan tampan. Saat tahu kabar itu, rasanya benar-benar sulit digambarkan.Banyak hal yang kami lakukan bersama, teganya dia pergi begitu saja. Namun, aku cukup heran kenapa sampai detik ini belum bisa melupakannya. Berulang kali mencoba untuk move on, berulang kali pula selalu gagal. Aku benci dengan perasaanku sendiri. Aku tak tahu mengapa harus mencintai perempuan yang sudah terang-terangan menghianatiku. Bahkan secara sengaja menikah dengan laki-laki lain yang lebih mapan, meski hanya menjadi istri kedua. Entah siapa yang bodoh dalam hal ini. Aku yang dibutakan oleh cinta dan nafsu atau dia yang hanya mengejar harta, tanpa peduli adanya cinta. Entah.Seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat akan jatuh juga. Begitu pula dengan sandiwara Maya. Aku mengetahui gerak-gerik pengkhianatannya sebelu

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 58

    Sebelum maghrib, kami sudah sampai di rumah. Maya dan Bi Minah turun dari mobil Mas Adam. Perempuan itu masih saja menunduk dalam diam."Lang, aku pamit pulang, ya?" ucap Mas Adam tiba-tiba. Mas Gilang yang baru saja menutup pintu mobil, menoleh seketika."Nggak mampir dulu, Dam? Btw Makasih banyak atas bantuannya ya? Maaf selalu ngrepotin kamu," jawab Mas Gilang kemudian."Santai aja, Lang. Aku balik dulu deh, habis maghrib mau ada perlu soalnya," lanjut Mas Adam lagi."Oh, okey. Hati-hati kalau begitu," jawab Mas Gilang pelan sembari tersenyum.Mas Adam menatapku sekilas sebagai tanda pamit pulang. Dia kembali masuk ke mobilnya dan berlalu dari halaman.Tak berselang lama, muncul mobil hitam dop dari arah kanan, berhenti tepat di depan gerbang.Mas Gilang melangkah pelan menghampirinya. Bercakap sebentar dengan sang supir lalu menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah."Pak Roby dan Pak Emon. Dia datang membawa laki-laki itu. Ayah si Haikal," ucap Mas Gilang lirih di sampingku. Aku men

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 57

    Perempuan itu keluar kamar juga setelah sekian menit menunggu. Geram, kesal dan benci kembali menyergapku. Kutatap matanya yang menyiratkan ketakutan.Rasanya ingin sekali kumaki dan kutampar dia berulang kali, agar dia sadar. Kelakuannya selama ini bukanlah sesuatu yang lucu.Bagaimana mungkin dia berhubungan dengan orang lain tapi justru meminta suamiku untuk bertanggung jawab! Benar-benar keterlaluan. Tak punya adab.Apakah seperti itu yang diajarkan Dewi padanya? Merusak rumah tangga orang bagaimana pun caranya. Seperti syaitan yang begitu riang ketika sebuah keluarga di ambang perceraian."Maya!" Bentakku tiba-tiba. Dia terlonjak kaget. Mas Gilang memegang lenganku pelan. Membisikkan istighfar berulang kali.Mataku memanas menahan amarah yang memuncak namun aku tak kuasa mengungkapkannya. Kupendam sedemikian rupa, namun kali ini rasanya aku ingin membuat sedikit pelajaran padanya. Biar dia kapok, tak mengulangi kesalahannya lagi.Kucengkeram lengannya sekuat mungkin dengan tangan

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 56

    Pov : Maya Mas Gilang masih saja mencecarku dengan berbagai pertanyaan tentang Denis dan anak itu. Tak bisa mengelak dan begitu tersudut, akhirnya kuceritakan saja semuanya. Beragam bukti dia genggam membuatku tak bisa berkelit lagi. Kini aku mulai pasrah. Mungkin memang sudah waktunya aku menyerah dan kalah. "Kenapa kamu berbuat seperti ini, May? Apa kamu kira, aku akan membuangmu begitu saja saat aku tahu anak itu bukan darah dagingku?" tanyanya dengan penuh penekanan dan ketegasan.Aku tetap menunduk. Rasanya tak mampu membalas apapun yang akan dikatakan dan dituduhkannya nanti. Sesekali menyeka kedua pipiku yang makin lama makin basah. Ibu mertua ikut mengomel tak karuan. Membuat makin banyak polusi telinga. "Aku sudah menyuruh orang untuk memata-mataimu sejak lama. Aku juga tahu, kalau selama ini kamu tak kuliah. Uang kuliah dan jatah bulananmu sengaja kamu tabung untuk membangun rumah ini, kan?" tanyanya lagi. Bukan bertanya, namun dia memang sudah mengantongi kuncinya. Membu

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 55

    Pov : Maya Semua usaha dan pengorbananku selama ini tak sia-sia. Aku sudah memiliki tabungan yang cukup dan sebuah rumah lumayan megah di pinggiran kota. Uang kuliah dan sebagian jatah bulanan dari Mas Gilang memang aku gunakan untuk membeli tanah dan membangun rumah di sana. Sengaja aku pilih di daerah itu, karena aku suka dengan suasananya yang damai.Warga di sana juga sangat ramah. Beberapa kali aku datang, mereka selalu tersenyum dan mengajakku mengobrol santai. Mereka menceritakan profesi dan kehidupan sehari-hari yang mayoritas sebagai petani dan pedagang di pasar. Pantas saja, masih banyak sekali sawah terbentang luas. Bahkan, di samping dan belakang rumahku masih ada beberapa hektar sawah dengan tanaman padi yang mulai menguning. Setidaknya nanti jika memang Mas Gilang mengetahui semua kecuranganku, aku sudah bisa berlenggang dengan tenang. Dia tak bisa mendepakku begitu saja, karena rumah ini sengaja aku atas namakan ibuku agar dia tak bisa memasukkannya dalam harta gono-g

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 54

    Pov : GilangBuru-buru kuparkir mobil ke halaman. Rumah ini memang belum punya garasi atau carport. Hanya saja halamannya luas. Jadi bisa untuk parkir beberapa mobil. Rumahnya pun bukan rumah bertingkat atau rumah dengan gaya modern seperti di tengah kota. Rumah sederhana dengan gaya klasik bahkan masih banyak yang bernuansa pedesaan menggunakan lantai papan. Seperti rumah panggung. Unik. Terdengar teriakan Maya dari kamarnya. Ibu sepertinya berusaha menenangkannya. Aku segera masuk rumah bercat putih itu dengan salam lirih. Memasuki kamar Maya dengan tergesa. Dia masih saja menangis dan mengoceh nggak jelas. "May!" bentakku tiba-tiba saat dia mendorong bahu ibu. Hampir saja ibu terjungkal karenanya. "Jangan macam-macam kamu, May. Apalagi sama ibu!" Aku melotot tajam ke arahnya. "Aku bukan laki-laki yang suka ingkar janji, May. Kamu tenang saja. Nggak perlu sekhawatir itu. Nggak perlu takut aku bakal kabur," ucapku pelan. Kutekan emosiku, jangan sampai Maya semakin meronta dan t

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 53

    Pov : LINAKepala masih terasa pening sekali karena menangis semalaman. Detik ini, mungkin mataku terlihat sangat sembab. Aku tak peduli dan tak terlalu memikirkan hal itu. Rasa lelah mulai mendera. Capek. Kesal. Marah. Entah apalagi yang kini kurasakan.Setelah salat Subuh, aku kembali ke kamar untuk merebahkan badan. Pikiranku tak tenang. Berbagai pertanyaan dan kekhawatiran kembali menyelinap dalam benak. Tak tahu lagi harus bagaimana. Sampai sekarang, aku belum jua menemukan jejak Mas Gilang dan ibu, pun saat mencarinya di rumah itu. Rasanya, semua berlalu begitu cepat dan tak menyangka jika Mas Gilang sudah menghilang lima hari yang lalu. Kalau sampai hari ini tak ada kabar juga, aku benar-benar akan melaporkan kejadian ini pada polisi. Aku mulai menyerah dan tak tahu harus mencarinya kemana lagi. Semua terasa buntu dan aku benar-benar membutuhkan pertolongan polisi.Kutatap langit-langit kamar. Teringat lagi kejadian kemarin saat aku dan Mas Adam datang kembali ke rumah itu.

DMCA.com Protection Status