Dari jauh, Hadi hanya bisa memandang perempuan yang pernah menghuni hatinya dan memeluk jiwanya.Diam-diam Hadi mengintai pasangan yang sedang berlimpah kebahagiaan tersebut. Senyum tulus dan perhatian Fahmi yang diberikan pria itu untuk kekasih hatinya bagaikan sembilu yang mengiris-iris hatinya.Andaikan ia bisa tegas dan tidak mudah goyah dengan hasutan ibunya. Mungkin kebahagiaan itu akan menjadi miliknya.Perhatian Hadi tertuju pada tangan Fahmi yang terus mengelus perut Amira. Bentuk tubuh Amira sudah menampakkan perubahan dan Hadi sudah faham akan hal tersebut.Setiap kali istirahat makan siang. Hadi selalu menyempatkan diri untuk mencuri pandang pada perempuan yang sudah menjadi mantan pasangan hidupnya. Tempat kerja Hadi memang tidak jauh dan masih satu lokasi dengan toko sekaligus konveksi yang kelola oleh Amira sebagai hadiah pernikahannya dengan Fahmi.Semakin lama melihat kemesraan sang mantan membuat mata Hadi menjadi perih juga hatinya menjadi tidak karuan karena dilip
Permasalahan yang menghampiri keluarga Hadi datang bertubi-tubi. Setelah dirinya mengalami kegagalan dua kali dalam menyelami bahtera rumah tangganya. Kini adik kandungnya sendiri mengalami hal yang serupa.Setelah kejadian penggerebekan sang istri oleh Wahyu sendiri. Wahyu memilih untuk kembali ke rumah ibunya sedangkan Manda lebih memilih bertahan dengan Darto.Karena sudah gelap mata. Wahyu memilih untuk menyebarkan video yang ia ambil di sebuah kamar hotel dan karena video itu pula sang istri dan juga atasannya terpaksa diberhentikan dan dikeluarkan dari sekolah setelah Wahyu memilih untuk mengundurkan diri dari tempatnya beberapa tahun terakhir mengabdi Manda lebih tergiur iming-iming dari seorang Darto dari pada suaminya sendiri.Hadi mulai berdamai dengan hatinya karena bagaimana pun ibunya adalah perempuan yang sudah berjuang demi hidupnya selama ini.Tuti dan keluarga akhirnya memilih untuk keluar dari rumah yang sudah dibangunkan oleh Ridwan. Tuti mulai merasa bersalah dan
Menikah tapi keluarga masih juga turut andil mengatur kehidupan rumah tangga anaknya.Demi anak yang satunya, anak yang lainnya dikorbankan. Ketika menantu berniat untuk merenovasi rumah peninggalan orang tuanya. Justru ibu mertua melarang keras karena merasa ingin rumahnya dulu yang direnovasi. Padahal rumah yang ditempati oleh ibu mertua itu adalah rumah yang bakal di alihkan pada anak yang satunya lagi.Aku bukan perempuan bodoh yang akan menuruti keinginan konyolnya. Aku memilih mengembalikan suamiku pada ibunya karena selalu mendahulukan keinginan perempuan yang memang telah melahirkannya tersebut ketimbang istri yang sudah menjadi tanggung jawabnya baik di dunia dan akhirat.Karena ulah keluarganya suamiku harus buta akan kewajibannya. Niat baiknya yang ingin berbakti pada sang ibu justru disalah gunakan dan dimanfaatkan oleh keluarganya sendiri.Aku bukannya tidak mau membahagiakan ibu suamiku yang sudah aku anggap sebagai ibuku sendiri. Karena sikapnya sendiri yang suka mak
"Hadi, dari pada kalian merenovasi rumah orang tuanya si Amira, mending kamu renovasi dulu rumah ibumu ini." Aku baru saja pulang kerja dan sudah mendapati ibu mertuaku mendatangi rumah peninggalan orang tuaku yang saat ini aku tinggali bersama dengan putranya. Apa aku tidak salah dengar ucapkan ibu mertuaku barusan. Merenovasi rumahnya? Rumah yang katanya sudah ia berikan kepada putra bungsunya karena rumah biasanya diwariskan orang tua pada putra bungsunya, itu dalih yang aku dengar dari ibu mertuaku.Iya, Aku sengaja menguping pembicaraan ibu mertuaku bersama dengan suami dan juga putra bungsunya. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba saja perempuan yang aku panggil ibu mertua berkunjung ke rumah orang tuaku. Iya, hampir setengah tahun ini aku pindah ke rumah peninggalan mendiang kedua orang tuaku karena aku adalah anak satu-satunya.Sebelumnya rumah ini sengaja aku kontrakan karena setelah menikah aku ikut tinggal bersama dengan orang tua dari suamiku. Setelah kedatangan ipa
Flashback."Hadi, jadi perempuan ini yang mau kamu jadikan istri? Apa kamu nggak salah pilih perempuan? Apa nggak ada perempuan lain selain dia? Bapak kamu pensiunan seorang guru. Kamu dan adikmu juga berprofesi sebagai tenaga pendidik. Ibu dan bapak juga sudah menyekolahkan kalian sampai perguruan tinggi. Tapi apa? Kamu mau bikin malu keluarga dengan memperistri perempuan yang cuma pendidikannya tamatan SMA. Mana kerjanya cuma jadi buruh pabrik." Samar-samar aku mendengar ibu mertua yang ketika itu masih menjadi calon mertua karena aku dan mas Hadi memang belum menikah. Saat itu ada kali pertamanya aku diajak dan diperkenalkan pada keluarga calon suamiku tentu saja aku sangat senang karena sebagai seorang perempuan dengan usia sudah di atas dua puluhan pasti sedikit menjadi beban karena omongan tetangga Hari Minggu aku libur kerja dan waktu itulah yang dijadikan kesempatan untuk mas Hadi memperkenalkan aku pada ibunya karena bapaknya sudah tiada karena sakit.Aku tidak bermaksud men
Setelah kurang lebih menempuh perjalanan selama lima belas menitan. Aku dan mas Hadi akhirnya sampai di depan rumahnya. Oh iya, tidak lupa saat ditengah perjalanan tadi aku meminta mas Hadi berhenti untuk membeli oleh-oleh untuk dibawa kerumahnya. Kata mas Hadi martabak telur adalah salah satu makanan favorit ibunya. Tak lupa aku belikan beliau yang spesial. Bukan berniat untuk menyogoknya agar memberikan restunya melainkan untuk memberikan bukti jika aku yang seorang buruh pabrik ini tidak akan bersandar dan bergantung hidup pada putranya yang masih berstatuskan sebagai pengajar honorer."Assalamualaikum." Aku dan mas Hadi bersama-sama mengucap salam. Terdengar suara candaan dari dalam mungkin itu suara ibu mas Hadi dan juga Amanda yang katanya adalah calon dari adik mas Hadi. Ada yang terasa ter-cubit di dalam sini. Bagaimana tidak, kedatangan ku disambutnya dengan raut masam dan tidak bersahabat sedangkan calon menantu yang lain disambutnya dengan penuh suka cita dan sepenuh hati.
Iya, Satu bulan setelah pertemuan ku dengan keluarga mas Hadi dan kami makan malam bersama. Akhirnya mas Hadi dan juga keluarganya datang ke rumah orang tuaku dengan maksud untuk meminta ku pada ibuku untuk di jadikan menantu di rumah mereka. Seperti angin segar. Akhirnya hubungan kami mendapatkan restu dari ibunya.Tidak berselang lama, tepatnya dua bulan setelahnya pesta pernikahan kami digelar. Akhirnya hubunganku dan mas Hadi di persatuan dalam ikatan suci yang namanya pernikahan. Pernikahan kami tidak dirayakan secara meriah, hanya di rumahku saja pesta kami tersebut digelar. Alasan tidak di selenggarakannya pesta kami di rumah mas Hadi adalah dengan alasan uang yang bisa dipergunakan untuk kebutuhan kedepannya kami. Di sisi lain itu juga ada alasan lain yang diungkapkan oleh ibu mertuaku yakni karena dua bulan setelah pernikahan kami. Ibu mertua juga akan menggelar pernikahan dari putra bungsunya.Aku segera diboyong mas Hadi untuk tinggal bersama dengan ibunya. Sempat aku meno
Pesta pernikahan Wahyu dan Amanda dilangsungkan secara meriah, lebih ke arah mewah karena dari sepengetahuan yang terlihat oleh mataku. Rumah orang tua Manda berada di gang sempit dan sangat berbeda jauh dengan omongan yang pernah diucapkan oleh mulut ibu mertuaku.Masih aku ingat ibu mertua yang meninggi-ninggikan menantu satunya itu. Tidak ada satu pun dari perkataannya tersebut sepadan dengan kenyataan di depan mata. Orang terpandang, berpendidikan? Kedatangan keluarga ibu mertua saja tidak disambut dengan ramah oleh keluarga besannya. Dan yang paling membuat aku malu adalah ketika para tetangga kami yang juga ikut diajak oleh ibu mertua untuk mengiring pengantin adik dari mas Hadi."Katanya orang kaya, tapi suguhan cuma air mineral.""Pelaminan si mewah, tapi kok nggak sesuai dengan suguhannya.""Yang aku dengar katanya Bu Tuti ikut nyumbang puluhan juta, loh.""Masa iya, sih?" "Iya, aku dengar dari saudara aku yang rumahnya dua rumah sebelah kanan dasi rumah ini. Dia tuh tewang
Permasalahan yang menghampiri keluarga Hadi datang bertubi-tubi. Setelah dirinya mengalami kegagalan dua kali dalam menyelami bahtera rumah tangganya. Kini adik kandungnya sendiri mengalami hal yang serupa.Setelah kejadian penggerebekan sang istri oleh Wahyu sendiri. Wahyu memilih untuk kembali ke rumah ibunya sedangkan Manda lebih memilih bertahan dengan Darto.Karena sudah gelap mata. Wahyu memilih untuk menyebarkan video yang ia ambil di sebuah kamar hotel dan karena video itu pula sang istri dan juga atasannya terpaksa diberhentikan dan dikeluarkan dari sekolah setelah Wahyu memilih untuk mengundurkan diri dari tempatnya beberapa tahun terakhir mengabdi Manda lebih tergiur iming-iming dari seorang Darto dari pada suaminya sendiri.Hadi mulai berdamai dengan hatinya karena bagaimana pun ibunya adalah perempuan yang sudah berjuang demi hidupnya selama ini.Tuti dan keluarga akhirnya memilih untuk keluar dari rumah yang sudah dibangunkan oleh Ridwan. Tuti mulai merasa bersalah dan
Dari jauh, Hadi hanya bisa memandang perempuan yang pernah menghuni hatinya dan memeluk jiwanya.Diam-diam Hadi mengintai pasangan yang sedang berlimpah kebahagiaan tersebut. Senyum tulus dan perhatian Fahmi yang diberikan pria itu untuk kekasih hatinya bagaikan sembilu yang mengiris-iris hatinya.Andaikan ia bisa tegas dan tidak mudah goyah dengan hasutan ibunya. Mungkin kebahagiaan itu akan menjadi miliknya.Perhatian Hadi tertuju pada tangan Fahmi yang terus mengelus perut Amira. Bentuk tubuh Amira sudah menampakkan perubahan dan Hadi sudah faham akan hal tersebut.Setiap kali istirahat makan siang. Hadi selalu menyempatkan diri untuk mencuri pandang pada perempuan yang sudah menjadi mantan pasangan hidupnya. Tempat kerja Hadi memang tidak jauh dan masih satu lokasi dengan toko sekaligus konveksi yang kelola oleh Amira sebagai hadiah pernikahannya dengan Fahmi.Semakin lama melihat kemesraan sang mantan membuat mata Hadi menjadi perih juga hatinya menjadi tidak karuan karena dilip
"Kamu kenapa, Yang? Kamu nggak enak badan? Hari ini nggak usah ke toko kalau nggak enak badan." Fahmi menyadari perubahan yang terjadi pada istrinya. Sudah beberapa hari Amira mengeluh jika badannya sering terasa lemas tidak bertenaga nafsu makan pun mulai berkurang dari pada biasanya. Keluarga kecil itu sedang menikmati santapan makan pagi mereka."Aku nggak apa-apa, Mas. Nggak enak di rumah terus. Takut bosan karena tidak ada kegiatan."Semenjak dinikahi oleh Fahmi. Amira sudah tidak diizinkan lagi oleh sang suami bekerja di pabrik. Fahmi sudah menyerahkan toko sekaligus butik yang ia bangun dan dibuka bersamaan dengan acara pernikahan mereka beberapa waktu yang lalu. Amira seolah telah mendapatkan ganti rugi yang lebih dari apa yang dulu telah hilang darinya. Tidak hanya suami yang perhatian dan menyayangi dirinya melainkan juga sosok mertua yang selama ini tidak ia dapatkan dari pernikahannya yang sebelumnya. Kebahagiaan Amira berlipat ganda selain mendapatkan kehangatan kasih s
Di sepanjang perjalanan. Hening, seluruh penumpang yang ada di dalam mobil tersebut tidak ada satupun yang bersuara hanya suara kendaraan yang berlalu lalang di jalanan yang terdengar. Semua sibuk dengan pikirannya masing-masing.Hingga mobil tersebut berbelok ke arah rumah Tuti, semua tetap dalam kondisi seperti sebelumnya."Mas, kamu nggak pulang?" tanya Yuni pada suaminya karena Hadi juga ikut masuk ke rumah ibunya. Hadi Hanya menoleh sebentar dan setelahnya pergi meninggalkan Yuni begitu saja.Sama seperti Hadi, Tuti juga memilih untuk mengabaikan menantu yang pernah dipuja-puja iparnya itu."Sial! Kenapa mereka jadi berubah seperti ini sama aku!" Yuni merutuki sikap keluarga suaminya tersebut.Yuni menghentakkan kakinya. Merasa tidak dianggap. Yuni akhirnya memilih untuk meninggalkan rumah tersebut.Tuti terduduk lemas di atas kasur yang ada di kamarnya. Ia merasa seolah telah mendapatkan sebuah karma atas semua perbuatannya. Penyakit hati yang ia miliki tidak tahu apa penyebab a
Flashback"Surya, apakah kamu benar-benar cinta sama aku? Apakah kamu benar-benar mau berkorban untuk aku?" Tuti diam-diam mendatangi Surya di tempat ia bekerja. Surya bekerja untuk keluarga Ridwan sebagai orang kepercayaan untuk memegang satu cabang toko grosir sembako milik keluarga dari mertua Marlina."Apa pun demi kamu." Surya di mabuk cinta karena Tuti." ... " Tuti segera mendekat ke arah pria tersebut dan kemudian ia membisikkan sesuatu pada teman prianya itu."Hah! Gila, kamu, Tut!" sentak Surya karena terlalu terkejut dengan apa yang diungkapkan oleh kekasihnya itu."Aku gila tapi aku juga tidak mau seperti ini. Hatiku sakit aku mau kamu bisa membantuku untuk mengobati sakit hatiku ini.""Apa kamu tidak pernah menghargai perasaan ku?""Aku sangat menghargai kamu. Tapi aku juga tidak bisa mengendalikan egoku ini."Surya merasa gusar. Di sisi lain ada cinta matinya dan di sisi lain ada orang yang tidak mungkin ia khianati."Baik, tapi kamu juga harus janji jika hati dan ragamu
"Hadi, itu nggak mungkin mantan istri kamu si Amira itu kan?" Hadi masih terdiam, pria itu tercenung mendapati sang mantan kini telah bersanding dengan yang lain dan mirisnya mantan istrinya itu terlihat jauh lebih cantik dan seimbang karena bersanding dengan pria yang rupawan. Hadi merasa semakin rendah. Setelah lepas darinya dengan kehidupan yang sebelumnya penuh menguras emosi dan juga kesabaran. Mantan istrinya kini seolah telah menuai. Amira mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik bahkan pria itu adalah pimpinan di tempat kerjanya dan yang lebih tidak masuk akal lagi adalah tenyata selama ini Hadi bekerja di tempat orang-orang yang menjadi tersakiti karena ibunya.Hadi masih belum bisa mempercayai dan menerima kenyataan ini.Setelah berada di barisan antrean untuk memberikan ucapan selamat pada mempelai dan keluarga."Hadi lebih baik kita pulang saja." Hadi masih belum merespon Ibunya. Raga Hadi memang berada di gedung tersebut tetapi entah berada di mana jiwa pria itu. "Mas
Waktu terus berjalan dan berlalu meninggalkan kenangan pahit dan manis yang telah dan pernah terukir."Bu, atasan di tempat kerja Hadi mau mengadakan acara syukuran dan juga pesta pernikahannya." Hadi sudah mulai menerima siapa dirinya dan perihal ayah kandungnya pun Hadi sudah ikhlas menerima siapapun orangnya."Maksud kamu bagaimana, Hadi?" tanya Bu Tuti pada putranya karena penasaran. Tidak biasanya sang anak bercerita perihal pekerjaan barunya pada ibunya. Hadi sengaja tidak ingin bercerita perihal pekerjaan dan juga gaji yang ia peroleh di tempat baru tersebut. Gaji Hadi jauh lebih besar dari pada gajinya sewaktu menjadi tenaga pendidik karena memang masih menjadi tenaga honorer. Ibunya selalu memandang rendah pekerjaan seorang buruh pabrik, tetapi kini putranya sendiri juga beralih profesi menjadi buruh pabrik dari seorang pengajar sebelumnya. Awalnya Hadi sangat asing dengan profesi barunya itu, namun lambat laun seiring dengan berjalannya waktu dirinya bisa menyesuaikan diri.
"Dasar manusia tidak tahu malu. Apa kamu di rumah tidak punya kaca? Penyesalan terbesar dalam hidupku adalah memelihara ular tidak tahu diri seperti kamu. Sudah merampas dan merusak kebahagiaan orang lain. Sekarang seolah kamu belum puas, tanpa tahu malu kamu mau meminta hak kamu? Hak yang mana yang kamu minta? Kenapa kamu tidak memintanya langsung pada keluarga suami kamu? Kenapa? Apa kamu malu karena anak itu bukan dari keturunan mereka?""Tutup mulut kamu Marlina!" Tuti sudah emosi karena merasa harga dirinya sudah diinjak-injak oleh Marlina."Kamu tidak terima dengan ucapanku? Apa ada yang salah? Hah! Jangan kamu kira aku bodoh dan tidak tahu semuanya. Keluarga mas Ridwan pun sudah tahu kebenarannya maka dari itu mereka tidak sudah menerima kamu." Marlina memiliki kesempatan untuk membalas sakit hatinya dengan."Tutup mulut kamu!" Tuti ingin menyerang Marlina untung saja ada Fahmi dan dari arah tak terduga Hadi pun sudah berada di tempat yang sama."Ibu,""Kebetulan. Putramu juga
Bu Tuti mendatangi rumah Yuni yang ditinggali oleh Hadi. Usai orang-orang suruhan Amira pergi dengan membawa barang milik Amira dan Bu Tuti tidak bisa mencegahnya. Bu Tuti berniat ingin mengadu pada sang putra."Yuni kamu sudah di rumah?" Bu Tuti terkejut karena yang menemuinya adalah sang menantu bukan putranya sendiri."Iya, kenapa, Bu memangnya?" jawab Yuni ketus pada ibu mertuanya. "Anu ... ibu nyari Hadi. Ibu ada perlu sebentar sama anak ibu." "Mas Hadi kerja, Bu. Anak ibu itu harus kerja sebagai tanggung jawabnya. Sudah dua hari anak ibu itu cuti dari tempat kerjanya. Aku nggak mau sampai suami Yuni kehilangan pekerjaannya lagi karena ulah ibu." Bukannya mempersilahkan masuk ibu mertuanya itu untuk masuk justru Yuni malah mendebat orang tua yang telah melahirkan suaminya itu."Ibu memang ada perlu sama Hadi. Lagian Wahyu juga adiknya Hadi sudah sewajarnya Hadi ikut mengurusi adiknya yang sedang terkena musibah.""Wahyu kan punya istri, Bu. Dan juga ada keluarga istri juga. Ini