Share

Part 6

Penulis: Aura_ Aziiz16
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sinta? Kamu belum pulang?" tanyaku saat melihat gadis itu masih duduk di lobi kantor meski waktu telah menunjukkan berakhirnya jam kerja.

Aku sendiri sudah bersiap-siap hendak pulang, tetapi melihat gadis itu duduk di sofa lobi kantor, aku bergerak mendekatinya.

"Eh, Mas Deni. Iya, Mas. Lagi nunggu jemputan, tapi belum ada yang bisa jemput," jawabnya sambil tersenyum manis.

Melihat senyum gadis itu, seketika jantungku berdegup kencang. Senyum itu sungguh manis, semanis orangnya, bisik hatiku lagi. Mabuk kepayang.

"Mas antar aja gimana? Sudah sore ini, takutnya sebentar lagi satpam mau ngunci kantor," ucapku lagi, menawarinya tumpangan.

Kesempatan bagus untuk pedekate dengannya tak boleh dilewatkan begitu saja, bisikku pada diri sendiri.

Sinta menatapku sesaat, lalu berucap.

"Memangnya nggak mengganggu, Mas? Nanti Mas dimarahin orang rumahnya nggak kalau telat pulang?" jawabnya lagi.

Aku hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalaku.

"Nggaklah. Ngapain juga marah? Mas biasa kok telat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
nah kena batunyaa....pinter gak ya Deni klo perempuan seperti itu matre
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 7

    Aku menatap kepergian Sinta dan Rudy dengan dada terasa panas dan membara.Sial*n! Pekikku dalam hati. Hanya gara-gara tak punya mobil, aku harus kalah bersaing dengan Rudy dan kehilangan kesempatan untuk bisa berdekatan dengan Sinta serta mengantar gadis itu pulang ke rumahnya.Hmm, apa ini artinya aku harus segera punya mobil baru seperti rekan satu kantor itu supaya bisa menarik perhatian keponakan direktur itu dan minta uangnya pada ibu ya?Ya, kalau tidak minta pada ibu lantas harus minta pada siapa lagi?Selama ini sebagian besar gaji, kusetorkan pada beliau untuk keperluan beliau dan untuk disimpan demi masa depanku.Jadi, saat aku butuh roda empat seperti sekarang ini, tentu beliaulah tempat aku mengadu dan meminta uang. Berpikir begitu, aku pun segera memacu roda duaku menuju kediaman ibu yang berjarak setengah jam perjalanan dari kantor.Tiba di depan rumah, buru-buru kuparkir motor seadanya. Tak sabar lagi ingin segera masuk dan mengutarakan maksud hati kepada wanita yang

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 8

    'Ibu serius? Nggak bercanda Zahra dapat arisan?" tanyaku sambil menatap ibu.Wanita paruh baya di depanku itu menganggukkan kepalanya lalu tertawa kecil."Masa iya sih ibu bohongin kamu, Den? Gih, sana pulang dulu! Tanya dan minta uang itu pada istrimu, biar nanti ibu tambahin untuk DP mobil baru kamu. Tapi, ingat ya jangan sampai ikan yang mau kamu pancing, disambar orang lain lebih dulu. Deketin terus. Jangan sampai ponakan direktur yang kamu taksir itu jatuh ke tangan laki-laki lain, oke? Gunakan semua cara untuk bisa memikat gadis itu. Nanti ibu bantu caranya supaya kamu bisa mendapatkan gadis itu.Siapa namanya tadi? Sinta? Tanya tanggal lahirnya dan nama orang tuanya siapa. Terus kamu foto, kasihkan ke ibu. Biar ibu bikin dia tergila-gila sama kamu. Oke?" ujar ibu lagi dengan nada penuh semangat.Mendengar perkataan beliau, aku pun ikut semangat dan akhirnya tersenyum lebar.Ibu memang selalu bisa diandalkan. Entah bagaimana caranya ibu akan membantuku, tapi aku yakin dengan ba

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 9

    "Gimana, Den? Dapat uang arisannya?" tanya ibu begitu aku tiba.Usai bertengkar dengan Zahra tadi, aku memang langsung memacu roda duaku kembali ke rumah ibu.Tak kupedulikan perasaan Zahra usai kumaki dan kumarahi tadi. Biar sajalah, toh sudah biasa juga perempuan itu menerima perlakuan kasar dariku. Dan selama ini ia tak pernah protes apalagi merajuk diperlakukan begitu olehku.Pun pasti kali ini. Meski sudah kuusir dari rumah, seperti biasanya ia pasti akan bertahan dan tidak akan pergi begitu saja sebab begitu dalamnya rasa cintanya padaku, suaminya, bagaimana pun perlakuanku padanya.Mendengar pertanyaan ibu, aku menggelengkan kepala lalu menyahut."Nggak, Bu. Uang yang sudah dia dapatkan itu ia kembalikan lagi pada Bu RT. Katanya males nerima karena arisannya masih panjang. Lagipula dia belum butuh uang jadi arisan yang dia dapatkan itu dia kembalikan lagi untuk diberikan ke anggota yang lain yang lebih butuh uang," terangku dengan nada kesal menjelaskan alasan Zahra tadi kenap

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 10

    "Makasih, Pak. Omong-omong jam berapa ya, Zahra pamit pergi tadi? Terus dia ngomong apa aja, Pak?" tanyaku pada Pak RT dengan sedikit menahan rasa malu.Ya, apa kata ketua rukun tetangga di mana aku tinggal saat ini kalau istriku itu pulang ke kampung halamannya tanpa diketahui lagi olehku sebagai suaminya dan tanpa menunggu diriku pulang ke rumah terlebih dahulu?Pasti orang-orang akan berpikir aku sedang ada masalah besar dengan Zahra, hingga istriku itu pergi diam-diam karena sengaja ingin menghindariku?Dan walaupun kenyataannya memang demikian adanya, tapi kok rasanya malu sekali ya masalah rumah tangga seperti ini sampai diketahui oleh orang luar?Apalagi oleh Pak RT yang notabene orang berpengaruh dan punya wibawa besar di kampung ini.Ia pasti akan ditanyai oleh seluruh warga, dan bilamana terpaksa, bisa saja beliau bercerita tentang apa yang sebenarnya memang telah terjadi. Zahra kabur dari rumah tanpa sepatah kata lagi pada suaminya ini.Hmm, bikin malu saja memang si Zahra!

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 11

    "Maksudnya gimana? Pak RT ngomong apa? Siapa yang dapat arisan lima puluh juta?" Ibu menatapku tak mengerti.Mungkin tak terlalu menyimak apa yang barusan aku sampaikan, atau bahkan sama denganku, tak percaya pada cerita Pak RT soal Zahra yang mampu bayar arisan dalam jumlah besar."Zahra, Bu! Makanya Deni juga nggak percaya omongan Pak RT. Duit dari mana buat dia bayar arisan sebanyak itu?" sahutku merendahkan Zahra."Zahra? Tunggu ... bisa jadi sih. Bisa aja 'kan kita yang selama ini kecolongan sama sikap lugunya Zahra!Ternyata istrimu itu banyak uangnya. Istrimu itu 'kan perempuan munafik! Bilang nggak punya uang, padahal bisa ikut arisan ke mana-mana. Heran! Kalau iya, buat apa sih uangnya? Harta nggak punya, rumah juga nggak punya! Buat apa dia ikut arisan!" "Nggak tahulah, Bu. Rasanya Deni aja masih nggak percaya. Kalau bukan Pak RT yang cerita, mungkin udah Deni tinggal sebelum selesai ngomong," sahutku lagi."Kamu nggak minta buktinya? Coba kita temui yuk, Bu RT. Kita tanyai

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 12

    "Sialan Bu RT! Nggak boleh kita ambil arisannya si Zahra! Belagu banget! Apa salahnya coba! Kita kan keluarganya! Kamu suaminya, sementara ibu ini, mertuanya!"Pulang ke rumah, ibu berjalan hilir mudik sambil marah-marah.Aku hanya mendengkus pelan.Ibu saja yang aneh. Arisan itu masih empat bulan lagi keluarnya, kenapa dari sekarang sudah diributkan? Apa tidak lebih baik aku mencari Zahra saja, si empunya uang arisan yang sepertinya cukup bisa diandalkan itu.Ya, kalau aku bisa membawa Zahra pulang kembali ke rumah, pasti aku bisa hidup lebih enak dan nyaman.Aku bisa ikut menikmati hasil pencariannya tanpa perlu capek kerja keras lagi karena dalam undang-undang perkawinan, harta pencarian istri juga termasuk ke dalam harta bersama yang menjadi hak suami juga untuk menggunakannya.Jadi, aku juga bisa ikut menikmati dan menggunakan harta Zahra meski bukan aku yang mencarinya."Bu, gimana kalau aku cari Zahra aja lagi ke panti asuhan? Mana tahu dia ada di sana, Bu?" ujarku memutus kek

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 13

    "Zahra? Kamu sama siapa ke sini? Naik apa?" tanya Dina saat aku datang ke toko tempat kami menjual pakaian dengan tas berisi baju.Dina mengambil tas pakaian itu dari tanganku lalu meletakkannya di dekat meja kasir.Selanjutnya mengambil air minum dari belakang ruko yang sekaligus menjadi tempat tinggalnya selama tiga bulan terakhir."Aku sendirian, Din," sahutku sembari duduk dan meregangkan tubuhku."Deni mana? Nggak nganterin kamu?" tanya Dina lagi sambil melihat ke luar ruko dan kembali meneliti raut wajahku saat tak menemukan sosok lelaki itu di luar.Aku menggelengkan kepala."Nggak, Din. Aku keluar dari rumah. Sepertinya Mas Deni sudah tak menginginkan aku menjadi istrinya lagi. Jadi, mulai hari ini aku akan tinggal di sini bareng kamu dan ngurus toko ini sama-sama. Gimana?" ujarku sambil balas menatapnya.Mendengar perkataanku, Dina tersenyum ceria."Beneran? Kamu nggak bohong? Alhamdulillah! Akhirnya aku nggak sendirian lagi ngurus toko ini. Do'aku dikabulkan Allah berarti, R

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 14

    "Anak-anak, apa yang kalian lakukan?" tanya wanita itu pada anak-anak yang barusan mengeroyokku habis-habisan.Wanita tua itu mendekat lalu menghampiri anak-anak asuhannya."Maaf, Bu. Orang ini yang duluan mulai, Bu. Dia menampar dan mencekik Vikram, makanya kami balas, Bu," sahut seorang anak membela diri.Mendengar itu, aku melotot.Sialan! Bukannya takut dan merasa bersalah, mereka justru mengadukanku pada perempuan yang kutahu sebagai pimpinan di panti asuhan ini."Bu, tolong ya anak-anaknya diajari sopan santun! Ditanya sama orang yang lebih tua bukannya menjawab malah ngegas dan membentak! Kayak nggak pernah diajari sopan santun saja!" ujarku sambil menatap wajah wanita tua di depanku itu lalu beralih pada anak-anak panti dengan pandangan marah dan kesal.Aku kemudian kembali membentak."Awas kalian semua ya! Saya nggak akan tinggal diam begitu saja! Saya akan laporin kalian semua ke kantor polisi biar kalian tahu rasa!" ancamku dengan nada penuh emosi supaya anak-anak itu keta

Bab terbaru

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 24 (Ending sesion 2)

    POV DeniHari ini akhirnya aku mendapatkan juga promosi naik jabatan dari seorang staf menjadi kepala divisi. Entah aku harus senang atau tidak, karena aku sendiri masih ragu-ragu apakah posisi ini nantinya akan dapat membuatku hidup lebih baik atau tidak. Tapi meskipun begitu, aku tetap berusaha memupuk harapan terbaik, semoga suatu saat keapesan dan kesialanku ini akan segera berakhir.Pagi tadi promosi jabatanku telah dilaksanakan dan hari ini kedudukanku telah resmi menjadi seorang atasan di divisi yang aku pimpin.Ahmad yang tadinya merupakan rekan sejawatku, sekarang telah menjadi bawahanku begitu pun Sinta, sekarang menjadi stafku. Meski demikian, di rumah aku tetaplah suami yang harus patuh atas semua kendalinya. Sebab, bagaimanapun juga ialah pemegang kunci kendali atas hidupku sebab adanya perjanjian sialan mengenai hutang mahar yang mencekik leher itu.Ah, andai aku tahu menikahi ponakan direktur ternyata membuat hidupku jadi sengsara begini, mungkin lebih baik aku menduda

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 23

    POV Deni"Bu, ini uang buat ibu. Maaf Deni baru bisa kasih segini karena ... karena Deni harus bayar hutang ke Pak Anton dulu, Bu. Maafkan Deni ya, Bu tapi Deni janji Deni akan usahakan untuk menambah uang ke ibu nanti. Deni mau banyakin lembur biar bisa ngasih uang ke ibu lagi ya, Bu," ujarku sambil menyerahkan uang pemberian Sinta pada ibu yang menerima dengan mata tidak percaya.Dua ratus ribu pastilah jumlah yang sangat sedikit buat ibu karena biasanya jatah bulanan beliau adalah empat juta rupiah."Kok bisa-bisanya sih, Den kamu cuma dikasih segini sama Sinta? Apa ibu bilang, nggak usah dekati perempuan itu lagi. Tapi kamu ngeyel, begini kan jadinya!" Ibu menghela nafas panjang sambil memanyunkan bibirnya. Tatapan kecewa tampak jelas dalam rona matanya.Aku pun ikut menghembuskan nafas. Dadaku terasa sakit dan sesak. Sialan, Sinta, gara-gara rayuannya untuk menggelar pesta mewah dan uang mahar yang tidak sedikit, sekarang aku harus terjerat hutang pada Pak Anton. Benar-benar meny

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 22

    POV Deni"Den, mana jatah bulanan buat ibu? Kamu udah gajian bulan ini kan? Hari ini kan tanggal satu?" tanya ibu saat aku menyempatkan pulang sore hari.Niatku pulang, ingin bertanya pada ibu, barangkali masih punya sedikit sisa uang untuk pegangan tangan karena amplop gaji sudah di tangan Sinta dan dikuasainya. Sementara ia belum memberiku uang untuk transportasi karena katanya belum sempat ketemu Om Anton dan membicarakan berapa nominal sisa gaji yang bisa diberikan padaku sebab aku harus mulai mencicil hutang pada Om-nya itu."Nanti ya, Bu. Uang gajiku masih dipegang Sinta, soalnya Deni kan harus membayar hutang mahar kemarin. Ini aja Deni malah mau pinjam uang dari ibu buat dipake menjelang Sinta ngasih uang ke Deni. Ibu masih ada tabungan nggak?" tanyaku dengan suara tak enak. Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur basah. Pernikahan dengan Sinta sudah terlanjur terjadi. Tak mungkin dibatalkan hanya karena hal ini. Lagi pula aku sudah terlanjur teken perjanjian pinjam uang pad

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 21

    POV DeniHari ini pernikahanku dengan Sinta akhirnya digelar. Gedung pernikahan yang disewa Pak Anton terlihat meriah meski tak semewah seperti yang ada dalam pikiranku. Ya, barangkali saja Pak Anton menurunkan budget pesta pernikahan kami ini. Selain karena efek pandemi Corona masih melanda tanah air sehingga orang-orang belum begitu nyaman mendatangi keramaian. Mungkin hal itu juga bertujuan supaya hutangku tak terlalu banyak dan membengkak. Baguslah, jadi aku tak perlu terjerat terlalu lama dalam kubangan hutang pada bos perusahaan itu.Sebenarnya aku sendiri menginginkan pernikahan kecil-kecilan saja. Selain demi menghemat biaya, tujuan pernikahanku dengan Sinta memang bukan semata-mata untuk menjadikannya istri atau membuatnya merasa senang dan tersanjung sebagai istriku, tetapi karena aku sendiri juga menginginkan kehidupan yang lebih baik bila menjadi suaminya.Itu sebabnya aku tak terlalu antusias saat keluarga besar Sinta menginginkan sebuah hajatan besar sementara aku just

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 20

    POV Deni"Gimana, Sin? Udah ngomong belum sama Om Anton? Diizinkan nggak kamu menikah sama mas?" tanyaku tak sabar saat keesokan harinya sampai di kantor dan kembali bertemu dengan pujaan hati yang hari ini terlihat semakin cantik saja itu.Semalam aku sudah menanyakan berulang kali melalui pesan whatsapp, tetapi gadis itu menyatakan akan menjawabnya besok pagi di kantor sebab malam tadi masih harus bicara panjang lebar dengan Om-nya dan merenungkan segala sesuatunya.Jadilah pagi aku baru bisa kembali menanyakannya pada Sinta."Sabar dong, Mas. Kenapa sih kamu buru-buru banget pengen tahu? Emang udah benar-benar nggak sabar ya?" ujar Sinta balik bertanya, membuatku gemas dan refleks mencubit pangkal hidupnya yang bangir.Untung saja kantor masih sepi jadi aksiku tak sempat dilihat rekan kerja yang lain."Ish, Mas Deni usil banget sih, ah!" Sinta pura-pura merajuk sambil memegangi puncak hidungnya yang memerah. Aku hanya tertawa dan kali ini ganti mengacak gemas rambutnya."Makanya, j

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 19

    POV Deni"Beneran mas kamu sudah cerai?" tanya Sinta dengan bola mata membulat.Aku menganggukkan kepala mendengar pertanyaannya."Benar dong, Sin. Kenapa? Mau daftar jadi pendamping hidup mas yang baru ?" tanyaku sambil melempar pandangan penuh arti ke arahnya.Melihat tatapanku, Sinta menunduk dan tampak tersipu malu."Ah, Mas Deni bisa aja. Tapi omong-omong kenapa sih mas kalian bisa bercerai?" tanyanya.Aku pura-pura menghembuskan nafas berat."Dia itu sebagai istri nggak bisa patuh dan taat sama suami, Sin. Jadi ya terpaksa mas ceraikan lah," sahutku beralasan."Maksudnya? Kenapa mantan istri mas nggak bisa taat? Mas ngasih nafkah ke dia nggak? Mas nggak lalai dari tanggung jawab sebagai seorang suami bukan? Karena biasanya perempuan yang suka nggak mau patuh sama suami itu karena nggak dinafkahi dengan baik, Mas?" tanyanya beruntun dan terdengar serius, membuatku sedikit terganggu dan tak nyaman. Kok bisa sih dia tahu masalah rumah tanggaku dengan Zahra yang sebenarnya?Namun, s

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 18

    POV DeniPagi-pagi sekali aku sudah melajukan roda dua menuju kediaman Pak Anton, direktur perusahaan di mana aku bekerja.Dari luar tampak bangunan rumah yang megah bak istana. Melihat bangunan itu aku sontak berdecak kagum. Hmm, Pak Anton memang kaya raya. Tak salah lagi, bila aku bisa mendekati Sinta dan menikahinya, tentu aku juga bisa ikut kecipratan sukses dan kaya seperti dirinya. Tak mungkin Pak Anton akan terus membiarkan diriku menjadi karyawan biasa di perusahaan yang dimilikinya. Tentu beliau akan mengangkatku menaiki posisi jabatan yang lebih tinggi dan lebih banyak menghasilkan uang.Tadi malam, bos perusahaan di mana aku bekerja itu juga sudah meneleponku dan memintaku bersedia mengantarkan keponakan cantiknya itu ke luar kota, itu artinya secara tidak langsung, Pak Anton menaruh kepercayaan padaku. Tentu saja ini awal yang baik untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Sinta.Itu sebabnya, sehabis ini aku berencana akan secepatnya menceraikan Zahra supaya bisa

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 17

    POV ZahraAku menatap gedung pengadilan agama yang tampak menjulang tinggi di depanku. Memantapkan hati, kulangkahkan kaki mengikuti langkah kaki Dina yang berjalan lebih dulu di depanku."Ayo, Ra, kamu udah mantap mau daftarin permohonan gugatan ke pengadilan ini kan?" tanya gadis itu sambil membalikkan badannya dan menatapku.Aku mengangguk.Ya, pagi ini aku memutuskan untuk mendaftarkan gugatan perceraian ke pengadilan agama kota ini. Tekadku sudah bulat, tak ada lagi maaf dan kesempatan untuk Mas Deni lagi.Semuanya sudah usai. Laki-laki itu tak pernah berubah, meski telah berkali-kali kuberikan kesempatan. Jadi inilah akhir kisah pernikahan kami, berpisah demi ketenangan hidup masing-masing.Masuk ruangan pengadilan, aku disambut petugas pendaftaran yang menyambut di pintu masuk."Ada yang bisa dibantu, Mbak?" tanya petugas tersebut padaku."Iya, Pak. Saya mau mendaftarkan gugatan perceraian atas suami saya, Pak.""Oh ya? Sudah bawa persyaratan yang diperlukan?" Petugas itu menat

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 16

    "Gimana, Den? Ketemu sama si Zahra?" tanya ibu begitu aku tiba di rumah.Tak langsung menjawab, kuhempaskan tubuh ke atas sofa tamu lebih dulu lalu menghembuskan nafas kuat-kuat."Ketemu, Bu. Tapi ... Zahra nggak mau pulang," ujarku setengah mengeluh.Batinku memang kecewa bukan main sebab Zahra tak mau lagi diajak pulang ke rumah."Lho, kok nggak mau pulang? Kenapa?" Ibu mengernyitkan alisnya. Terlihat heran dan tak percaya."Dia bilang aku udah tiga kali mengusir dia, Bu. Jadi dia nggak mau lagi terjadi untuk yang ke empat kalinya, makanya nggak mau lagi pulang ke rumah. Dia juga bilang lebih baik fokus mengurus usaha dia yang baru dirintis, timbang jadi istri Deni yang nggak pernah dinafkahi dan selalu dikasari katanya, Bu," jelasku lagi sembari menelan rasa gundah.Perkataan Zahra tentang sikapku selama ini padanya memang membuatku merasa menjadi orang yang paling bodoh di dunia ini. Aku merasa tertampar sekaligus malu. Jika benar itu yang selama ini Zahra rasakan, apa mungkin d

DMCA.com Protection Status