Sesaat Delon terdiam sejenak.
"Sebenarnya ini semua berhubungan dengan seorang wanita, Pak. Yang sudah meninggal. Hanya saja kematiannya sampai sekarang terus menghantui kami."
"Dan penulis di cermin ini. Salah satu dari mereka?" tanya lelaki asing itu.
"Apa Bapak bisa melihatnya?"
Lelaki itu menggeleng.
"Aku hanya bisa melihat tulisan diarah di cermin itu. Aku rasa ini berkaitan dengan pesugihan di gunung K ...."
"Bagaimana Bapak bisa tahu?"
Lelaki itu tak langusng menjawab pertanyaan Delon. Pandangan matanya terus mengarah pada selurih isi kamar.
"Apa kalian membawa sesuatu yuang berhubungan dengan wnaita yang kata kalian sudah meninggal itu?"
"I-iya, Pak. Kami memang membawanya."
"Hemmm, ada yang tak menyukai hal ini. Sosok makhluk hitam itu memang berasal dari gunung K ...."
"Apa bisa kontak dengan para makhluk itu?"
"Yang bisa, itu teman kamu!" Seraya menunjuk ke arah Raisa.
"Raisa?" ulan
Raisa terus menggeleng."Eeeeeerghhh!""Sadarlah Raisa. Sadarlah!" Delon terus mengguncang tubuh Raisa. Kepalanya terus mendongak ke atas. Dengan tubuh yang terus bergoyang maju mundur.Delon menarik lengan lelaki asing yang terus membaca sesuatu. Namun dia membalas Delon, dengan gerakan jari telunjuk yang menempel di bibir.Dia mengangguk tanda mengerti. Kemudian mengalihkan pamdangan pada Raisa, yang semakin kuat bergetar. Sesekali kedua kakinya terangkat tinggi. Lalu di hempaskan ke atas kasur. Berulang-ulang dia lakukan seperti itu.Tangan Raisa mulai bergerak menunjuk pada lelaki asing. Dia menuding berulang kali. Tak hanya itu saja. Mulut Raisa terbuka lebar, dengan mata yang terbelalak."Errrrghhh!"Hanya terdengar erangan. Seperti Raisa ingin mengucapkan sesuatu tapi tak bisa bicara. Kedua bola matanya terkadang memutih seperti mayat hidup. Terkadang terbalalk dengan manik mata tajam melihat ke arah mereka satu persatu.
Gadis itu membanting salah seorang dari mereka. Hingga tubuhnya terpelanting ke lantai."Aaaaahhhh!"Teriakan para penghuni hotel ikut mewarnai malam ini. Dua penjaga keamanan yang lain semakin kuat mencengkeram tubuh Raisa. Akan tetapi, gadis itu berkelit cepat. Dia meraih tangan salah seorang penjaga lalu menggigitnya kuat. Membuat lelaki kekar dan garang itu berteriak sekencang-kencangnya."Aaaaarghhh ... aaaarghhh!"Akhirnya Delon yang berada di dekat Raisa. Langsung menarik tubuh gadis itu. Mencekal kedua tangannya. Lelaki yang sedari tadi membacakan doa, langsung berlari mendekati Raisa.Segera lelaki itu mencengkeram tengkuk Raisa. Lalu mengurutnya perlahan, dengan membacakan doa. Perlahan akhirnya Raisa pun terkulai lemas. Wajahnya penuh darah."Angkat ke atas kasur Mas.""Baik, Pak!"Delon langsung mengambil tisu yang tak jauh berada di atas meja kecil. Segera dia membersihkan darah yang hampir menger
"Raisa ... Raisa!"Dia pun mengejar gadis itu. Yang langsung tertuju pada tas coklat milih Bu Hariyani. Lalu Raisa seperti orang yang kebingungan sedang mencari sesuatu."Kamu cari apa Raisa?""Di mana foto itu, Mas?""Fo-to yang mana? Dua gadis kembar?"Raisa tak menghiraukan pertanyaan Delon. Tangannya terus bergerak mmebongkar isi tas. Membuat Delon semakin penasaran. Apalagi dia masih sangat syok, dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Peristiwa yang membuat Raisa menjadi sosok aneh. Beringas dan jahat."Raisa! Ini kah fotonya?"Seketika dia menoleh ke arah Delon. Lalu menyambar cepat foto itu. Delon pun mendekatinya."Ada apa Raisa?""Dia, Mas! Lihat sosok hitam ini. Sosok yang selalu berada di antara keluarga Mariman ini. Dia ini seorang wanita. Dan--"Tatap matanya membulat mengarah pada Delon. Yang terus menatap Raisa dengan keheranan."Dan, apa?""Sosok ini telah melakukan perkawinan
Tiba-tiba, Delon merasa ada yang aneh di dalam saku kemejanya. Sesuatu terasa sangat panas. Segera dia merogoh sakunya. Terkejut bukan main. Karena tiba-tiba ponsel itu berasap. Spontan Delon melempar ke lantai Dan .... Bluuup! Tercium aroma hangus dan sesuatu yang terbakar. Ponsel Delon tiba-tiba saja mengeluarkan percikan api. Hanya dalam sekejap, ponsel itu terbakar. "Mas Delon, lihat HP kamu itu!" teriak Raisa panik. Api menyambar ponsel miliknya. Bergegas Delon mengambil air mineral dan mengguyurnya. Wussssh! Seketika api padam. Hanya saja dia tak bisa lagi menghubungi Hamaz. Dalam pikiran Delon pastilah ini perbuatan makhluk itu. Sepintas dia melihat Raisa menyeringai tipis. Akan tetapi itu bukanlah Raisa. Delon berusaha menarik napas dalam-dalam. Mencoba untuk bersikap tenang. "Kenapa kamu lihatin aku kayak gitu, Sa?" tanya Delon penuh curiga. Karena sulit baginya tahu mana Raisa, mana makhluk yang menjel
Raisa mulai menggerakkan kedua tangan, yang mengarah pada leher Delon. Lelaki tampan berwajah oriental itu, mulai merasakan panas yang mengeliling lehernya. Tiba-tiba, dia merasa tercekik. Tak bisa bernapas sama sekali."Aaaarghhh!"Delon berusaha untuk melepaskan sesuatu yang kian mencekik dirinya. Namun tenaga yang dia miliki tak kuasa. Yang ada Delon semakin jatuh tersungkur dengan kedua tangan memegang leher.Tak jauh dari tempat Delon. Sosok Raisa dengan kedua kaki yang masih terangkat. Terus menggerakkan kedua tangannya. Terkadang seperti menekan atau memelintir sesuatu secara perlahan. Yang membuat Delon berteriak kesakitan.Tampak Wajah Delon merah kebirauan. Dia kali ini benar-benar kehabisan oksigen. Tenggorokannya seperti di tekan oleh sesuatu yang tajam. Hingga bunyi bel terdengar. Membuat manik mata Delon bersinar, seolah ada harapan hidup baginya.Namun dia tak bisa berbuat banyak. Bahkan saat ingin menggapai pintu kamar, tenaga
Kini pandangannya tertuju pada langit-langit kamar. Saat darah terus menetes ke lantai."Turun kan dia sekarang!"Terdengar tawa Raisa yang melengking tinggi."Hihihihiiiii ...."Seolah mentertawakan mereka."Kau iblis laknat, setan keparat. Tinggalkan tubuh wanita itu sekarang!"Kini tubuh Raisa berputar mengelilingi langit-langit kamar. Seperti merayap tapi dengan punggung yang menempel. Kedua mata Raisa terpejam. Dengan jemari tangan yang seolah mencengkaram sesuatu. Dan kedua lutut yang tertekuk. Membuat siapa saja yang melihat, pasti bisa merasakan sakitnya tubuh Raisa diperlakukan seperti ini."Turunlah kau sekarang! Atau aku akan membuangmy ke tempat yang tak kau sukai iblis laknat.""Eeerghhhh!""Turun!" sentak Hamaz.Lelaki muda itu terlihat sangat tenang. Kedua sorot matanya memandang pada Raisa. Tanpa jeda sedikit pun.Lalu sosok Raisa mulai merambat turun. Masih merayap dengan terlentang. Dia mu
Raisa mulai bergerak perlahan. Dia mendongakkan kepala mengarah pada Hamaz dan Rustam. Pandangannya seperti melihat sesuatu yang aneh."A-aku ... di mana sekarang?"Hamaz langsung memberikan segelas air mineral padanya. Raisa yang merasa kelelahan meneguk habis tanpa sisa. Lalu dia mulai memerhatikan mereka satu persatu. Dia merasa tak mengenalnya."Si-siapa kamu?""Aku, Hamaz. Dan, Bapak ini Rusatam. Teman saya.""Lalu, untuk apa ada di kamar ini?" tanya Raisa. Pandangan matanya memutari sekeliling kamar. Dia terhenyak saat menyaksikan semua menjadi sangat berantakan. Hingga pandangan matanya tertuju pada sebuah foto di lantai."Foto itu!"Telunjuknya mengarah di mana foto itu berada. Sontak membuat Hamaz menoleh. Lalu dia berjalan mendekati dan meraihnya."Jangan perhatikan keduagadis itu. Jangan! Dia akan merasuki siapa saja yang melihat bayangan hitam itu, Mas."Seketika Raisa terkejut mendapati tubuh Delon yang amsi
"Iya, Mas. Tapi, yang saya heran tadi. Kok bisa Mas Hamaz ujug-ujug ke kamar saya? Dan sempat bunyikan bel, lalu ketuk-ketuk pintu juga 'kan?"Hamaz mengangguk."Tapi, kok bisa langsung balik lagi, setelah saya coba mati-matian agar bisa menendang pintu, Mas. Tujuan aku cuman satu. Agar aku bisa menimbulkan bunyi=bunyian. Biar Mas hamaz tahu aku di dalam.""Saya tahu. Jadi setiba saya di hotel. Saya langsung hubungi HP Mas Delon. Lama saya telepon enggak ada nada suara.""Iya, Mas. Aneh juga sih menurut saya ini. Setelah menelepon Mas Hamaz. Hp saya langsung terbakar.""Terbakar?""Iya Mas. Dan menurut saya karena faktor X yang enggak bisa dijelasin."Hamaz manggut-manggut."Memang itu ulah makhluk hitam yang merasuki Mbak Raisa.""Terus dari mana kalau Mas Hamaz tau keadaan kita dalam bahaya?" Delon menoleh pada Hamaz yang terfokus pada jalan.Lelaki muda itu pun tak langsung menjawab."Apa dia akan datang