Share

28 Mereka Licik, Aku Cerdik

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-08 20:57:25

Terpaksa aku buru-buru masuk ke dalam dan melangkah cepat menuju kamar. Tiba-tiba pintu kamar tertutup begitu saja dari luar. Aku sangat kaget, keringat dingin mulai menetes dari dahi. Berulang kali aku berusaha membuka pintu namun tak bisa. Entah mengapa!

Aku luruh begitu saja di lantai. Tangan gemetar mengambil ponsel dari dalam tas kecil yang kubawa. Gegas kutelepon Mas Feri untuk mengabarkan keadaanku saat ini. Berulang kali kutelepon tak diangkatnya juga. Apakah akhirnya Mas Feri sudah meeting meski tanpa berkas itu?

Air mataku mulai menetes di pipi apalagi saat melihat pintu kamar mulai terbuka perlahan dari luar. Kupandangi sosok itu dari bawah menuju atas. Senyum tipis itu terlukis di sana, seolah senyum penuh kemenangan. Mengerikan. Siapa lagi kalau bukan Bang Sony.

Kakiku masih begitu lemas, namun berusaha kuat dan lari ke jendela dan segera membukanya, ingin lompat begitu saja dari kamar ini. Namun belum sampai jendela terbuka, Bang Sony berlari mendekat, aku pun buru-bur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   29 Minta Cerai

    Pov : Vina "Aku cuma minta kamu menjebak Arina di rumah ini dua kali, Bang! Kenapa kamu justru ke kontrakannya, ha? Pakai alasan bohong pula! Keterlaluan kamu, Bang. Kamu suka sama Arina, kan? Jujur, Bang. Jangan mengelak!" Kudorong tubuh Bang Sony kasar. Aku sangat kesal, teganya dia membohongiku. Ternyata selama ini diam-diam dia mendekati Arina di belakangku, begitu? Tega! Sudah nggak kasih nafkah layak, tinggal gratis di rumah ibuku, tapi dia malah ngelunjak. Selama ini aku diam saja saat dia nggak kasih nafkah karena masih ada Feri.Aku juga nggak terlalu menuntut saat dia hanya memberiku uang berapa rupiah saja hasil dari ngojeknya karena memang kebutuhan masih ditanggung ibu, tapi berbohong demi Arina? Benar-benar kelewatan!"Keterlaluan kamu, Bang! Kamu tahu kalau aku kesal sama Arina karena dia sudah menguasai Feri, tapi kamu diam-diam justru mendekati dia, ha?!" Kutonjok lengan kanan Bang Sony lagi. Air mataku deras mengalir, sementara Bang Sony terus memohon maaf. "Maaf,

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   30 Pulang

    Pov : Arina"Kata dokter, ibu kena gejala stroke, Fer. Nggak boleh kerja berat-berat dulu. Suruh banyak istirahat," ucap Mbak Vina saat aku dan Mas Feri sampai ke kamar ibu. Bang Sony nggak ada di kamar, mungkin pulang menjaga Fino dan Fian."Astaghfirullah, apa selama ini ibu kecapekan atau banyak pikiran?" tanya Mas Feri dengan wajah cemas. Ibu hanya menggelengkan kepalanya. Tak sepatah katapun terucap dari bibir ibu. Seperti ada sesuatu yang dia pikirkan dan sembunyikan.Mas Feri memijit lengan ibu perlahan. Begitu lah Mas Feri, begitu menyayangi ibu meski ibu sering kali membuatnya kesal. Namun kini aku cukup bersyukur karena Mas Feri mulai sadar, meski belum sepenuhnya. Karena kadang masih saja plinplan dalam mengambil keputusan. Masih mudah dirayu dan diracuni pikirannya."Memangnya semua pekerjaan rumah, ibu yang mengerjakan, Mbak?" tanya Mas Feri lagi. Mbak Vina sedikit tersentak mendengar pertanyaan Mas Feri barusan. Dia sedikit salah tingkah dan gugup."Eng-- nggak lah, Fer.

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-13
  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   31 Terbakar Sendiri

    Pov : Vina|Alhamdulillah, bisa berlibur juga akhirnya.|Status Arina dengan fotonya di depan Monas benar-benar membuatku panas. Dia enak jalan-jalan, sementara aku di rumah kerepotan. Meski baju-baju ibu di laundry tetap saja ribet. Aku harus masak, ngurusin dua bocah, ngepel, nyuci piring, antar jemput Fano sekolah TK ditambah ibu yang selama Arin nggak ada sering minta makanan aneh-aneh. Seharusnya ibu bersyukur aku mau ribet masakin ini itu sesuai permintaannya. Bukannya berterima kasih malah bilang masakanku tak seenak masakan Arina segala. Menyebalkan bukan?"Masak apa, Vin?" tanya ibu singkat saat aku sibuk menumis kacang panjang dengan campuran tahu. Ibu melongok ke panci begitu saja lalu mundur ke belakang. Perlahan duduk di kursi makan sambil memijit lengannya sendiri. "Tadi aku masak sop ayam buat ibu kalau memang nggak suka tumis kacang," ucapku kemudian saat ibu membuka tudung saji. Ibu mengangguk pelan. "Arina sama Feri kapan pulang, Vin?" tanya ibu singkat. Entah me

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   32 Pilihan Sulit

    Pov : Vina Rencana pertama untuk membuat Feri dan Arina pulang ternyata manjur juga. Mereka yang tadinya masih ada jatah liburan tiga hari lagi, mendadak akan pulang lebih cepat setelah aku sengaja memberi kabar bahwa ibu sakit. Benar saja, ibu memang sakit setelah jalan-jalan dengan Delima kemarin. Mungkin dia kecapekan hingga tensinya sedikit naik. Kuminta ibu untuk tiduran di ranjang lalu klik. Foto dengan caption ibu kambuh lagi pun sudah terpasang di status whatsapp. |Mbak, ibu beneran sakit? Kambuh lagi tensinya?| Pesan dari Arina yang kuyakini dia begitu mengkhawatirkan ibu. Senyumku mengembang seketika. |Iya. Gara-gara kamu pelit dan perhitungan. Kamu sengaja bujuk Feri supaya nggak ngajak ibu jalan-jalan ke Jakarta, ibu jadi kepikiran, kan? Padahal ibu pengin banget lihat Monas! Untung saja Delima pengertian, dia ngajak ibu jalan ke kebun binatang sama aku dan anak-anak. Lumayan daripada nggak sama sekali||Ya Allah, Mbak. Mas Feri nggak ngajak ibu juga ada sebabnya. Taku

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   33 Keputusan Feri

    Pov : Feri Bingung. Dilema. Nggak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi aku ingin melihat ibu bahagia tapi di sisi lain aku juga ingin membuat Arina bahagia. Aku nggak mungkin tega jika kebahagiaan ibu nanti di atas luka dan tangisan istriku sendiri. Urusan anak sudah aku jelaskan berulang kali pada ibu, jika itu HAK mutlak Allah yang kita tak bisa mendikte apalagi memaksa kehendakNya. Jika memang aku dan Arina diizinkan memiliki anak, pastilah esok atau lusa DIA akan menitipkan malaikat kecil itu di rahim Arina, namun jika tidak? Bisa dengan jalan lain yang tak menyakitkan untuk keduanya, untuk ibu dan Arina tentunya. Bukan dengan jalan menikahi perempuan lain hanya untuk mendapatkan buah hati. Ibu baru saja pulang ke rumah setelah tiga hari di rumah sakit. Dia masih belum sembuh benar sepertinya, namun ingin lekas pulang karena tak betah dengan selang infus yang menancap di tangannya. Kedatangan Delima membuat Arina menatapku beberapa saat lamanya, hingga dia pamit padaku untuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-18
  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   34 Siapa Laki-laki Itu

    "Tadi siang bahas apa sama ibu dan Delima, Mas? Kamu beneran mau nikah siri sama mantan tunanganmu itu?" tanyaku sedikit serak saat menyiapkan makan malam. Mas Feri menghembuskan napas perlahan lalu menatapku beberapa saat lamanya. Dia pun mengulum senyum lalu menarik kursi ke belakang, memintaku untuk duduk di sampingnya. "Aku nggak mungkin mengecewakanmu lagi dan lagi, Arina. Percaya lah. Ibu memang memaksaku untuk menikahi Delima. Aku sudah menolaknya, tapi ibu minta sebuah perjanjian," ucap Mas Feri dengan wajah ditekuk. "Perjanjian, Mas? Perjanjian apa?" tanyaku kaget. Perjanjian apalagi coba? Ada-ada saja pakai acara perjanjian segala. "Ibu bilang, jika kamu tak setia maka aku harus mau menikahi Delima. Maafkan ibu, Arin. Ibu terlalu berambisi memiliki cucu, jadi sikapnya akhir-akhir ini makin tak menentu. Ah entahlah. Aku sudah berusaha menenangkan dan menjelaskan betapa setianya kamu, namun nyatanya sia-sia. Ibu masih tetap memintaku untuk menikah dengan Delima jika kamu k

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-19
  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   35 Cerita Masa Lalu

    Kamu Arina, kan?" tanya laki-laki di hadapanku itu lagi sembari mengingat-ingat. Senyumnya mengembang seketika saat melihatku menganggukkan kepala."MasyaAllah, Om. Nggak nyangka bisa ketemu di sini," ucapku dengan senyum lebar. Laki-laki bertubuh tinggi dan sedikit gemuk itu pun berbinar bahagia. Aku dan Om Hermawan memang sudah bertahun-tahun nggak ketemu sejak beliau dan keluarga kecilnya pindah ke luar negeri. Aku sendiri tak pernah menyangka jika akhirnya dipertemukan di sini, di kantor tempat Mas Feri bekerja. Sudah cukup lama Mas Feri bekerja di kantor ini, tapi entah mengapa baru kali ini aku bertemu dengan Om Hermawan.Ketiga orang di sampingku melirik sekilas, tampak begitu jelas di wajah mereka yang cukup kaget karena aku mengenal laki-laki yang kupastikan usianya lebih dari 60 tahun itu."Arina, ayo ke ruangan Om. Ada beberapa hal yang mau Om tanyakan sama kamu selama ini," ucap Om Hermawan lagi. Aku hanya sedikit membungkukkan badan lalu tersenyum tipis.Om Hermawan ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-19
  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   36 Balasan Telak

    Pov : Feri Meeting hari ini selesai sudah. Perkenalan dengan direktur baru terpaksa ditunda karena Pak Alfin belum siap ke kantor hari ini karena dia masih ada sedikit urusan. Kemungkinan besok Pak Alfin baru masuk kantor, memperkenalkan dirinya sebagai direktur baru pengganti papanya-- Pak Hermawan.Syukur lah, biar aku siapkan dulu berkas-berkas yang akan kulaporkan dan membutuhkan tandatangannya. Jadi besok saat meeting semua sudah siap tersedia. Ponselku berdering saat aku baru saja menyandarkan tubuh ke kursi kerja. Mbak Vina menelepon. Kulirik jam di tangan menunjuk angka sepuluh lebih lima belas menit. Tumben sekali dia menelepon jam-jam segini, biasanya dia cukup tahu waktu, menelepon saat jam makan siang atau sebelum jam masuk kantor. Entah apa yang akan ditanyakan atau dilaporkannya padaku. "Assalamu'alaikum, Fer. Kamu di mana?" tanya Mbak Vina sedikit gugup. "Wa'alaikumsalam, Mbak. Aku di kantor lah jam segini. Kenapa, Mbak? Ada masalah dengan ibu? Tumben jam segini tel

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20

Bab terbaru

  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   Extra Part 4

    Tahun Berganti"Ibu dan Feri kecelakaan, Rin. Sekarang mereka masih di Rumah Sakit Husada Keluarga. Kamu dan Bian bisa ke sini sekarang, kan? Aku tak tahu apa yang harus kulakukan detik ini. Tulang-tulang dalam tubuhku rasanya lolos begitu saja."Suara Mbak Vina di tengah isaknya detik ini membuatku shock dan luruh ke lantai begitu saja. Secangkir kopi yang belum sedikitpun kusesap jatuh berceceran, tercipta kepingan-kepingan kecil yang tajam.Pasca Bian wisuda, sengaja kuajak dia berlibur ke Jogja. Kupikir libur bersama kali ini bisa membuat keluarga kecilku semakin hangat dan bahagia, bisa saling berbagi cerita satu sama lain setelah sekian lama tak bersua dan bersama. Namun ternyata impianku tak sesuai kenyataan yang ada. Semua harapan itu pun luluh lantah tak bersisa. Kulihat Bian berlari kecil ke arahku yang masih tertunduk lesu di samping meja makan. Kembali mendengarkan cerita Mbak Vina yang penuh jeda karena dia juga tak kuasa menahan rasa sesak dalam dadanya."Ibu dan Feri gi

  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   Extra Part 3

    Rumah produksi aneka fashion berdiri di depan mata. Mas Feri memberikan nama yang cukup unik untuknya. Perpaduan namanya dengan namaku. Iya, Ferina Fashion. Konveksi rumahan yang ternyata sudah berjalan nyaris enam bulan lamanya. Mas Feri merintis usaha ini saat kami masih sama-sama di Jogja. Tak kusangka dia merencanakan kepindahan ini dengan cukup matang. Lagi-lagi aku tercengang saat dia memintaku masuk ke sebuah ruangan khusus. Ruangan yang sangat nyaman dengan fasilitasnya yang lengkap. Seolah bukan kantor melainkan tempat istirahat yang menenangkan dan tempat mencari inspirasi yang mengasyikkan. "Kamu mungkin sudah melupakan mimpi ini, Dek. Mimpi untuk memiliki ruangan tersendiri dan kembali melatih jari-jarimu untuk berkreasi," ucap Mas Feri setelah memintaku duduk di sofa samping jendela. Ada taman kecil di luar jendela yang bisa kunikmati keindahannya. "Mimpi apa, Mas? Aku sudah tak memiliki mimpi apa-apa karena bagiku semua mimpi itu telah terwujud. Aku sangat menikma

  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   Extra Part 2

    Hari ini aku dan Mas Feri akan menghadiri acara perpisahan kelulusan Bian. Setelah melewati serangkaian ujian, akhirnya surat tanda lulus pun bisa digenggam. Raut bahagia tampak begitu jelas di wajahnya yang tampan. Berulang kali mengucapkan syukur atas karuniaNya, berulang kali pula dia mengucapkan terima kasih padaku karena sudah mendoakan dan memberikan support terbaik untuknya. Bian adalah anakku yang pintar. Dia mendapatkan peringkat pertama dalam kelulusan ini. Bukan itu saja yang membuatku bangga, tapi sikap dan unggah-ungguhnya selama ini pun membuatku begitu bersyukur memilikinya. Dia tak neko-neko, sederhana, taat pada agama dan cukup selektif memilih teman bergaul dan tak sembarangan hingga membuat pergaulannya terjaga. Dia bisa memilah mana yang terbaik untuknya dan mana yang hanya menciptakan dampak negatif untuk kehidupannya. "Aku juara bukan semata-mata karena usaha kerasku, tapi karena mama yang tak pernah lupa mendoakanku di setiap sujudnya. Mama adalah wanit

  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   Extra Part 1

    ~14 tahun Kemudian ~Waktu terus bergulir. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Bulan pun berganti tahun. Tak terasa tahun demi tahun telah terlewati, mengurangi jatah usia yang telah ditetapkanNya. Setiap detik, aku selalu mensyukuri apapun yang DIA karuniakan untuk hidupku. Aku yakin, takdirNya akan selalu indah.Masa-masa suram itu terlewati dengan sempurna juga berkat karuniaNya. DIA tak akan pernah meninggalkanku begitu saja setelah deretan ujian yang dijatuhkan ke pundakku. DIA tetap akan membantu dan menarikku dari lubang duka itu untuk kembali menemukan kata bahagia.Seperti inilah sekarang, setelah berhasil melewati segala ujianNya, kini aku mendapatkan hadiah spesial dariNya. Aku memiliki keluarga kecil yang bahagia. Suami, anak dan keluarga yang penuh kasih dan cinta adalah salah satu anugerah terbesar yang kupunya dan aku begitu mensyukurinya.Arbian Bagaskara. Anak lelakiku itu tumbuh menjadi anak yang tampan, penyayang dan periang. Dia adalah malaikat kecil kami

  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   67 Spesial

    Luka dan bahagia silih berganti. Ada banyak sekali ujianNya yang terlewati. Bermacam caraNya untuk menguji setiap hamba agar mereka semakin teguh dalam Iman dan taqwa. Tak terkecuali hidupku dan Mas Feri. Beginilah hidup di dunia, seperti roda yang berputar. Kadang di bawah, kadang pula di atas. Tangis, sedih, luka dan bahagia silih berganti sebagai pertanda kita naik tangga. Setiap ujian yang dia berikan, anggap saja sebagai tangga untuk memperkokoh Iman. Tak pernah ada kata sia-sia di setiap tetes perjuangan. Tak pernah ada kata percuma di setiap pengorbanan. Semua alur yang kita lalui itu adalah bagian dari ketetapanNya, bukan sebuah ketidak sengajaan semata. Karena setiap daun yang jatuh pun atas kehendakNya. Begitu pula sakit yang dialami Mas Feri, aku yakin memang semua sudah menjadi ujianNya. Ujian agar aku dan dia lebih mengerti apa arti kesabaran, perjuangan dan pengorbanan. Ada banyak hal yang kami dapatkan setelah sakit itu, rasa sayang yang semakin bertambah, rasa cin

  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   66 Penyesalan

    Saat masih asyik ngobrol panjang lebar, terdengar salam dari luar. Mbak Vina pun izin untuk melihat siapa yang datang. Sepertinya suara Bang Sony. Dia duduk di ruang tamu bersama Mbak Vina, sementara Fano dan Fian sudah ke sana karena panggilan mamanya. "Mau apalagi kamu ke sini, Bang?" Kudengar pertanyaan keluar dari bibir Mbak Vina. Aku tahu, Mbak Vina memang belum sepenuhnya ikhlas dengan pengkhianatan Bang Sony selama ini. Wajar saja, tak mudah bagi seorang istri untuk melupakan pengkhianatan suaminya sendiri. "Maafkan aku, Vin. Maafkan aku sudah mengkhianati cinta dan rumah tangga kita," balas Bang Sony sedikit gugup. Dia menundukkan kepala, seolah tak berani menatap sorot mata Mbak Vina yang tajam."Sudah berulang kali kamu ngomong begitu. Aku capek dengarnya, Bang. Gara-gara kamu, nyawa Feri dan Fian terancam. Perempuanmu itu memang keterlaluan. Biar saja sekarang membusuk di penjara!" Ucap Mbak Vina ketus. Dia begitu geram saat tahu dalang yang membuat Fian dan Mas Feri ce

  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   65 Segenggam Hikmah

    Pagi ini, aku dan Mas Feri siap-siap ke rumah ibu. Sengaja membawa beberapa potong baju, barang kali nanti tiba-tiba pengin nginep di sana. Mas Feri tampak lebih bersemangat menjalani hari-harinya setelah berhasil melewati prediksi dokter itu. Aku dan Mas Feri diantar Mang Edi ke rumah ibu. Beberapa hari belakangan kami memang tak main ke sana. Ibu dan Mbak Vina sepertinya juga cukup sibuk, jadi tak ada waktu luang untuk menjenguk Bian.Akhir-akhir ini Mas Feri juga sering ke resto untuk melihat perkembangan usaha baru kami itu. Usaha yang sudah menampakkan hasilnya. Di luar dugaan, semua seolah dimudahkan olehNya. Alhamdulillah. Keuntungan yang didapat tiap bulannya pun semakin bertambah. Aku selalu mendengarkan cerita-cerita Mas Feri tentang perkembangan resto kami setiap dia pulang kerja. Lelah yang selama ini selalu terlihat di wajahnya itu berganti dengan senyum dan semangat yang kian meningkat dari hari ke hari. Tak hanya soal duniawi, Mas Feri juga meningkatkan ibadahnya, se

  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   64 Pesan Darinya

    Aku benar-benar tak menyangka jika Mas Alvin akan menikah secepat ini. Bukan masalah iri, cemburu atau apa seperti yang dituduhkan Mas Feri, hanya saja selama ini Mas Alvin memang tak pernah cerita apapun soal rencana pernikahannya. Aku juga tak pernah tahu siapa teman dekatnya akhir-akhir ini. Wajar jika aku sangat kaget mendengar kabar bahagianya itu, kan?Mas Alvin memang jarang menceritakan tentang hidupnya. Dia agak tertutup sejak aku menikah dengan Mas Feri. Meski begitu dia masih sering menanyakan kabar keluarga kecilku, termasuk menanyakan soal perkembangan Bian. Namun lagi-lagi dia tak pernah cerita soal asmaranya, apalagi calon istri dan tanggal pernikahannya. Aku juga tak tahu kenapa dia menutupi kabar bahagia itu dariku, sementara pada Mas Feri dia justru cerita semuanya. Padahal dulu akulah yang menjadi tempatnya berkeluh kesah.Ah ya, dulu. Kini aku pun maklum, dia begitu karena terlalu menghargai statusku. Mungkin karena tak ingin ada fitnah diantara aku dan dia makany

  • KUKEMBALIKAN GAJI SUAMI PADA IBUNYA   63 Prediksi Dokter

    Waktu terus bergulir, Mas Feri sepertinya sudah bisa 'berteman' dengan sakitnya. Tak seperti bulan lalu yang masih sering menjerit sakit kepala tiba-tiba, tapi sekarang dia sudah bisa mengontrol diri saat sakit itu tiba-tiba datang menyerang. Entah mengapa, aku jarang melihat Mas Feri kesakitan. Atau dia memang sengaja menyembunyikan segala sakitnya, hanya demi terlihat baik-baik saja di depanku dan keluarga besarnya? Mas Feri sering izin ke resto untuk sekadar cuci mata. Aku pun mengizinkan asalkan dia janji banyak istirahat di sana. Ada ruangan khusus untuk Mas Feri melepas lelah. Sejak Mas Feri sakit, kami memang menyewa sopir untuk mengantar jemput dia saat ingin pergi ke sana-sini. Tak kuizinkan Mas Feri menyetir mobil sendirian. Penglihatan Mas Feri mulai kabur, kadang dia juga sering lemah. "Mas, gimana sakitmu? Sudah membaik atau ada keluhan lain yang mungkin bertambah sakit?" tanyaku lagi saat dia tampak begitu lelah saat pulang dari resto. "Alhamdulillah sudah mendinga

DMCA.com Protection Status