KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU BAB 29PoV Author."Jelita." Jelita menoleh saat mendengar suara Ridwan memanggilnya.Jelita yang sedang duduk di teras rumah Bu Dira, beranjak setelah pamit kepada para tetangganya yang belum pulang setelah pemakaman ayahnya Zahra selesai."Sudah dimakamkan, ya?" tanya Ridwan. Saat Jelita sudah didekatnya."Sudah, Mas. Tadi pagi jam tujuh." jawab Jelita sembari meraih tangan Ridwan dan mencium punggung tangannya."Sebenarnya, Paman meninggal karena kecelakaan apa?" tanya Ridwan."Kecelakaan tunggal, Mas. Motornya melaju dan menabrak tiang listrik," jawab Jelita.Jelita membawa Ridwan masuk ke dalam rumah Bu Dira."Sudah sampai, Nak? Apa keluargamu jadi datang?" tanya Bu Jeni, Ridwan meraih tangan mertuanya dan menciumnya takzim."Iya, Bu. Jalanan macet, jadi Ridwan sampainya siang. Keluarga Ridwan akan datang bulan depan, soalnya tidak enak kalau kita tetap melakukan acara lamaran sekarang, sedangkan ada keluarga kita yang lagi berdu
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 30"Ibu, jangan ngomong begitu." Zahra mendekati Tante Dira. "Ayo, kita pulang, maaf semuanya," ucap Zahra sambil menunduk sopan.Tangannya menarik lengan Tante Dira, Zahra tampak berbisik agar Tante Dira menurut dan mengikuti langkahnya. Entah apa yang dibisikkan Zahra, sehingga ibunya itu menurut."Tidak usah dipikirkan, adik saya yang itu memang kadang-kadang agak lain, maklum," kata Ibu yang tidak enak hati pada mertuaku karena ulah Tante Dira."Tidak apa-apa, santai saja besan, kami memakluminya kok." Ibu mertua berujar sambil menepuk-nepuk punggung tangan ibuku.___"Kenapa rumah Tante Dira ada polisi?" ucap Mas Ridwan.Aku melihat ke arah rumah Tante Dira. Dua orang berseragam coklat sedang menunggu di depan pintu. Entah apa yang terjadi?"Langsung pulang saja, Mas. Mau apa pun yang terjadi dengan mereka, kita biarkan saja." kataku yang malas untuk ikut campur dalam masalah yang dihadapi Tante Dira saat ini.Mobil lanjut jal
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 31PoV Author."Ada masalah apa kamu? Pulang-pulang cemberut!" ucap Bu Dira, ketika melihat Zahra baru pulang dari rumah Bu Jeni."Ibu bisa tidak sih, jangan ikut-ikutan kayak Tante! Aku malu, Bu! Malu!" Zahra menjawab ucapannya dengan berteriak.Zahra merasa sangat malu saat ibu dan adiknya ikut-ikutan memasukan makanan ke dalam kantong plastik dan rantang."Mau jadi anak durhaka kamu! Bicara sama orang tua pake teriak-teriak, kamu pikir Ibu tuli!?" Bu Dira yang gampang tersulut emosi langsung melemparnya dengan tutup rantang yang sedang dipegangnya."Orang-orang di sana pada ngomongin Ibu tadi, aku sampai tidak bisa mengangkat wajah karena malu. Lain kali Ibu jangan seperti ini, Zahra tidak akan berpikir dua kali untuk pergi meninggalkan Ibu sendirian di rumah ini!" ucap Zahra sambil berjalan menuju ke kamarnya."Anak itu, mulai stress karena tidak jadi kawin sama Riswan! Seharusnya, dia harus bisa berusaha mendapatkan orang kaya
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 32PoV Author."Ketemu di mana laki-laki itu?" tanya Bu Dira pada Zita yang sedang mengeluarkan belanjaannya dari paper bag."Ketemu di Facebo*k," jawab Zita." Ini untuk Ibu, ini untuk Kak Zahra, dan ini untuk putriku," ucap Zita."Pasti suami orang, kamu sudah cari tahu belum? Jangan sampai laki-laki itu punya istri sama seperti Jhoni kampret itu!" kata Zahra."Dia duda anak tiga, aku tidak sepertimu, Kak. Dibawa nikah langsung mau tanpa mencari informasi mengenai pasangan terlebih dulu, aku sudah mengenalnya tiga bulan," ucap Zita dengan menyindir Zahra."Apa kamu sudah mengenal orang tuanya?" tanya Bu Dira."Belum, Bu, belum ada waktu yang tepat untuk berkenalan dengan keluarganya," jawab Zita."Idih! Apa tidak ada yang lain lagi? Laki-laki itu sudah tua bangka banget, kamu masih dua puluh dua tahun, masa iya, mau sama tua bangka begitu!" ujar Zahra mengejek."Tua bangka banyak duit tidak apa-apa, aku siap menikah dengannya sece
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 33"Mudah sekali kamu membuat anak gampang! Kenapa kamu mengulang kesalahan yang dulu lagi, Zita! Ibu kecewa sama kamu, Ibu kecewa!" teriak histeris dari Tante Dira."Itulah alasannya, kenapa saya tadi meminta acara syukuran saja, nanti bikin acara besar-besaran, tahu-tahunya lima bulan kemudian sudah lahiran, lagian jadi perempuan kok mura-han!" imbuh Nenek Pipit.Ibunya Irawan ikut bicara, kata-katanya seolah sedang meniupkan bara api agar menyala. Tante Dira pun semakin emosi mendengarnya."Maaf, Bu. Zita khilaf!" ucap Zita lirih, seraya bersimpuh di kaki Tante Dira."Kamu sudah membuat Ibu sangat malu!" sembur Tante Dira.Tante Dira menarik rambut Zita ke belakang, tarikannya kuat sehingga membuat mata Zita mendongak menatap langit-langit.Kami hanya bisa melihat, membiarkan apa yang Tante Dira lakukan pada Zita. Perbuatan Zita memang harus diberi hukuman. Hukuman cambuk atau pun rajam memang harus dilakukan untuk dia yang suda
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 34PoV Rindu."Ini, nama tempatnya apa, Mas?" tanyaku. Untuk ketiga kalinya aku menginjak Kota Pekanbaru. Baru kali ini, aku ingin tahu nama-nama tempat di Kota Pekanbaru."Ini, Marpoyan damai, pokoknya, tinggal di sini damai banget," sahut Mbak Mayang."Syukurlah," ucapku. Jujur, aku ingin sekali banyak bertanya. Tapi, aku mengingat pesan dari Kak Jelita. Aku harus diam, manut, dan bangun sebelum jam enam pagi."Kamu kenapa? Mbak lihat dari tadi diam, biasanya di rumahmu tidak bisa diam, kamu sakit?" tanya Mbak Mayang."He-he-he, sakit perut, Mbak. Mules," jawabku jujur. Memang aku lagi mules, entah makan apa sampai-sampai perutku jadi mules, ditambah situasi yang membuat perutku semakin menjadi mulesnya."Mampir aja dulu, kamu mau buang air?" Ibu mertuaku mengeluarkan suara dari belakang.Karena kami berlima dalam satu mobil, aku duduk di depan bersama suamiku. Ibu dan Mbak Mayang serta satu anaknya di belakang."Lanjut aja, Bu,
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 35Hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan. Ibuku sudah mulai berjualan kue-kue lagi seperti hari-hari biasanya.Mas Ridwan juga membuatkan warung kecil-kecilan untuk Ibu. Agar tidak susah Ibu membawa peralatan kuenya ke dalam rumah setiap sudah berjualan. Ibu cukup membuatnya di warung saja."Jelita," panggil Zahra."Iya, kenapa?" tanyaku seraya menyusun tempat kue Ibu di depan warung."Aku boleh minta tolong tidak?" ucapnya, kulihat wajah Zahra tampak lesu. Dari ekspresinya sudah jelas, kalau dia meminta tolong dengan meminjam uang.Semenjak Zita diboyong ke rumah suaminya, Zahra hanya tinggal berdua bersama Tante Dira, dan sudah lama aku tidak melihat Zita datang berkunjung ke sini, untuk melihat Ibunya."Minta tolong apa, Zahra?" tanya Ibu, karena aku tidak kunjung menyahut ucapannya.Zahra tampak menarik nafas sejenak. Menatapku dan Ibu bergantian.."Mau apa?" timpalku sembari duduk di kursi dan menatapnya."Pinjam uang,
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 36"Hati-hati, ya, Mas?" ucapku, setelah turun dari mobil."Jangan melakukan pekerjaan apa-apa," pesannya, setiap hari dia akan mengingatkanku untuk tidak melakukan pekerjaan apa pun.Mobilnya berlalu. Aku masuk ke dalam rumah."Kak, sini." Aku menoleh ke asal suara.Ranti memanggil sambil melambaikan tangan, agar aku masuk ke dalam kamarnya. Aku yang baru pulang dari membeli keperluan lahiran langsung menuju ke arahnya."Ada apa?" tanyaku.Ranti tampak menutup pintunya setelah melihat tidak ada siapa pun di luar. Lagian siapa yang ada di rumah ini? Selain aku dan dia. Mas Ridwan berangkat ke restoran setelah mengantar aku pulang, Ibu ada di warung berjualan. Aneh-aneh saja adikku ini."Kakak, janji dulu, Kakak jangan cerita ke siapa-siapa, ya?" ucapnya seraya mengarahkan jari kelingkingnya ke arahku."Iya, janji," sahutku.Kelingking kami saling melingkar dengan tatapan Ranti yang penuh teka-teki."Kak,""Ceritakan, ada apa?" desa
"Janin kembarnya berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, beratnya normal, semua sehat dan normal, bulan depan jangan lupa datang lagi, ya? Bulan depan sudah bisa ditentukan tanggal berapa operasi sesarnya," ucap Dokter, yang menangani kelahiran anak pertamaku dulu.Dua tahun pernikahanku dengan Mas Azka, aku pikir, aku akan lama hamilnya, seperti hamil Yusuf, yang memakan waktu bertahun-tahun untuk menunggu kehadirannya di dalam rahimku.Mas Azka tidak pernah menanyakan soal anak. Dia sangat perhatian dan pengertian, tidak pernah menuntut dan memaksa keinginan.Sekarang, aku sudah hamil lagi, kehamilan kembar yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan. Mas Azka menggenggam jemariku, mengucap syukur saat aku memberitahu tentang kehamilanku waktu itu."Rumah pasti akan semakin ramai setelah bayi kita lahir," ucap Mas Azka seraya mengusap perutku.Sepulangnya dari rumah sakit, Mas Azka mengajakku untuk singgah di warung pinggir jalan. Warung menjual mie ayam bakso adalah makanan kegem
37PoV author."Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya ibunya Ranti. Saat Teguh mengantar mereka pulang ke rumah setelah makan malam bersama di rumah eyangnya."Habis lebaran ini, gimana?" sahut Ranti sambil menatap Teguh dari pantulan cermin."Aku ikut saja," kata Teguh sambil fokus menyetir mobil."Iya, habis lebaran ini saja menikahnya, Ibu tidak mau ya? Kalau Teguh bawa kamu ke sana ke sini dengan enaknya, lebih cepat kalian menikah maka lebih baik," sambung ibunya Ranti."Ibu setuju secepat itu karena apa? Apa karena tadi Eyang bilang mobil ini dan rumah tadi adalah milik Teguh?" tanya ayahnya Ranti."Bapak mikir apa? Apa Bapak pikir, Ibu ini mata duitan dan harta gitu? Wajarlah Ibu bersikap seperti tadi, Ibu hanya tidak mau anak kita satu-satunya jatuh ketangan duda kere, makanya Ibu ingin memastikan yang sebenar-benarnya," sahut ibunya Ranti."Jadi, butuh berapa banyak uang untuk membuat pesta pernikahan kami?" tanya Teguh, setelah mobilnya berhenti tepat didepan rumah calon me
BAB 36PoV Teguh.Drtt!Ponselku bergetar di atas nakas, aku menggeser tombol hijau untuk menerima. Karena malas memegangnya, aku mengaktifkan pengeras suara. Aku tidak khawatir siapa pun yang mendengarnya, karena hanya aku yang ada di rumah ini."Assalamualaikum, Mas, kamu sibuk?" "Wa'alaikumsallam, tidak, ini lagi rebahan di ranjang." "Baiklah, Mas. Oh, ya, kapan kamu mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Mas?" tanya Ranti, wanita yang sudah kukenal lama dari dunia maya dan kami mulai dekat dalam dua bulan terakhir ini. Setelah memutuskan untuk ketemuan agar kami saling mengenal. Yang pastinya, setelah berpisah dari Marni.Aku berniat ingin menikah lagi, menikah secara resmi. Kesalahan masa lalu tidak akan kuulangi lagi, menikah dibawah tangan tanpa sepengetahuan keluarga."Kalau kamu mau, malam ini juga boleh, kita buka puasa di rumah Eyangku, kalau di rumahku, tidak ada siapa-siapa," jawabku."Baiklah, sore nanti jemput aku ke rumah, aku mau berbuka puasa dengan keluargamu."
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 30PoV Suci."Apa kalian sudah menemukan ibunya Marni?" tanya Mas Teguh sesaat aku dan Mas Azka baru sampai di lobby rumah sakit."Kami belum menemukannya, menurut informasi dari mantan suaminya dulu, ibunya Marni sudah pindah dari kampungnya, setelah menjual rumah dan tanahnya," jelas Mas Azka sesuai dengan apa yang dikatakan laki-laki yang mengaku mantan suaminya Marni."Kalau tidak salah, namanya Azril," lanjut Mas Azka."Iya, namanya Azril, Mas." Aku membenarkan ucapan Mas Azka."Di mana kalian bertemu dengan Azril?" tanya Mas Teguh, sepertinya Mas Teguh sudah mengenal pria itu, dari pertanyaannya saja sudah bisa kutebak."Di kampung Marni, itu pun ketemunya tidak sengaja, saat kami menanyakan ibunya Marni, kamu sudah kenal?""Ya, aku sudah kenal. Jadi, gimana ini?" tanya Mas Teguh dengan gelisah."Tidak punya cara lain, kita sebar foto Marni ke sosmed, siapa tahu ada tetangga baru ibunya yang melihat postingan itu," usul Azka.
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 29Teguh bersahur dan berbuka puasa pertama tanpa Bu Sukma, teguh sedih melihat kursi yang selalu Bu Sukma duduki. Sebak di dada Teguh saat mengingat Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya.Tiada siapa yang menemaninya sahur dan berbuka puasa. Teguh sendiri menyiapkan segala sesuatu.Sudah beberapa hari ini Teguh tidak pergi ke rumah Azka. Teguh hanya tidak mau menambahkan masalah, bila Ia terus datang ke rumah Azka untuk melihat anak-anaknya.Tok!Tok!Tok!Suara ketukan dan bel berbunyi membuat Teguh urung untuk menyuap nasi ke dalam mulutnya. Entah siapa yang datang disaat hari sudah magrib? Teguh berlalu ke depan untuk membukakan pintu utama."Mas Teguh." "Marni! Ngapain kamu datang ke sini lagi!" bentak Teguh saat melihat Marni sudah berdiri di ambang pintu rumahnya."Mas, bantu aku, aku sudah disiksa sama calon suamiku dan anak buahnya," ucap Marni mengiba kepada Teguh."Kau pergi dari sini! Kita tidak punya urusan apa-apa l
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 28PoV Author."Sari, kamu masuk dan tolong mandiin Zulaikha, ya, jangan beri Bu Suci melakukan pekerjaan sendirian, saya takut Istri saya sakit karena kecapek'an," ucap Azka pada Sari yang sedang menyirami bunga di teras."Baik, Pak," sahut Sari sambil mematikan keran air dan menggulung selangnya."Oh, ya, Sari. Ini uang, kamu belikan sayur katuk dan ayam kampung ya, katuknya dibening dan ayam kampungnya di sop seperti biasa," pesan Azka pada Sari. Sari mengangguk sambil menerima dua lembar uang merah dari Azka.Azka pernah mendengar dari almarhumah Bu Sukma, bahwa sayur katuk bisa memproduksi Asi lebih banyak, begitu juga dengan sop ayam kampung. Itulah sebabnya, Azka selalu mengusahakan untuk menyediakan makanan itu, ditambah Suci harus menyusui dua anak sekaligus."Sudah mau berangkat kerja, ya, Pak?" tanya Sari. Azka mengangguk dan berlalu untuk pergi ke pabrik."Mbok, Pak Azka perhatian sekali ya, aku kepengen suami seperti pa
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 27PoV Suci."Masak apa, hm? Bau masakan istriku enak sekali," ucap Mas Azka sambil menarik kursi meja makan. Lalu memperhatikan satu persatu hidangan yang sudah tersedia di atas meja makan."Cumi asam manis sama sop ayam kampung," sahutku. Menu favorit sewaktu Ibu mertuaku masih ada di dunia ini. Aku sangat merindukannya.Aku menyendokkan nasi dan lauk untuknya. Kemudian aku duduk untuk menemaninya makan."Sebelum bulan puasa nanti, kita ziarah ke makam Ibu, ya, Mas." "Iya, Sayang, nanti kita ziarah dan malam bangun sahurnya kita tidur di rumah Eyang, Kok cuma ngeliatin? Nggak ikut makan?""Aku sudah makan, sambil masak sambil makan.""Ini kamu masak sendirian?" "Dibantu sama Sari," jawabku sambil menuangkan air putih untuknya."Jangan kecapek'an, Sayang, Yusuf lagi aktif-aktifnya itu, kamu fokus ke anak kita aja, urusan dapur dan rumah biar menjadi tugas Mbok Nem dan Sari aja," ucap Mas Azka seraya mengusap punggung tanganku.Ob
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 26PoV Author."Berikan saja anak itu pada ayahnya, aku tidak mau kamu membawa anakmu itu tinggal denganku, kamu tahu sendiri kan, kalau aku tidak mau direpotkan atau mendengarkan suara tangisan anak bayi, kepalaku bisa sakit kalau mendengarnya menangis," ucap Pria yang bernama Danu, yang menjalin hubungan dengan Marni."Bagaimana caranya? Mantan suamiku itu pasti tidak mau bertemu denganku, lalu? Bagaimana caranya aku memberikan anaknya ini." "Tenang saja, sepulang dari rumah sakit, kita ke rumah mantan suamimu, setelah itu, baru kita pergi ke luar kota menemui orang tuaku dan kita menikah di sana," ucap Danu, terdengar meyakinkan namun diiringi dengan senyum miring."Baik." Marni tersenyum senang.________"Rumahnya sepi, sepertinya tidak ada orang," ucap Marni sambil melihat ke arah rumah yang ada di seberang jalan.Rumah yang pernah memberikan kehidupan yang nyaman sewaktu Marni berpura-pura menjadi pembantu."Pintu pagarnya ka
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 25PoV Teguh.Suara orang terdengar ramai, karena malam ini banyak anak yatim-piatu yang datang. Para tetangga juga datang untuk mendoakan ibuku. Aku memilih berada di dalam kamar. Malas bila harus keluar kamar dan mendengar pembicaraan orang-orang terhadapku.Tok!Tok!Tok!"Teguh, orang-orang sudah pada datang, kamu harus keluar untuk bantu-bantu mengangkat makanannya." Aku menutup kuping ketika mendengar suara Eyang.Aku tetap tidak mau keluar.________"Bawa saja semua yang ada di dalam rumah ini, jangan tinggalkan satu barang apa pun, biar Teguh mencarinya sendiri kalau dia butuh!" Suara Tante Erni terdengar saat aku baru membuka pintu kamar. Semua tamu dan tetangga sudah pulang ke rumah mereka masing-masing."Tidak usah Tante, di rumah kami sudah lengkap semuanya. Kami hanya membawa isi yang ada di dalam kamar Azka dan Suci saja," sahut Azka."Oh, ya? Baguslah kalau begitu, kalau gitu aku mau minta perhiasan Ibu, aku mau menju