Share

END

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2023-01-27 07:39:29

Meski ini pernikahan kedua, bahagianya tak lebih rendah dari yang pertama. Bahkan, ada lebihnya.. Pria yang menyandingku kali ini tidak lain di mulut, lain di hati. Ia tulus mencintai saat orang lain meremehkan.

Mas Zayyin senantiasa mengenalkanku pada kerabat dan relasinya. Begitu juga denganku yang mengenalkan ia pada keluarga.

"Kamu itu pandai cari istri, Zay! Sudah cantik, baik pula. Semoga rukun selalu sampai kakek nenek, ya!" ucap salah satu tante mas Zay.

Aku menanggapi pujian itu dengan senyuman, ucapan terima kasih atau balas memuji. Aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Dulu saat masih bersama mas Ragil pun sering menemaninya bertemu relasi.

Jika tak sedang melayani tamu, aku dan mas Zay melanjutkan obrolan. Tentu saja lebih banyak bercanda daripada seriusnya.

*

Di sini, di kamar hotel ini hanya ada kami berdua. Suasana di dadaku jangan ditanya. Ramai oleh debaran-debaran kencang. Makin lama makin ribut saja mereka.

Kadang kuelus dada agar bisa meredakan gemuruh di
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    SAYA ISTRI SAH

    "Minggiir, saya istri sah Ragil Suryono!"Akhirnya orang-orang memberiku jalan menuju ruang akad nikah mas Ragil dan penyanyi organ tunggal itu. Aku harus cepat sampai ke sana agar bisa menggagalkan pernikahan mereka.Aku baru saja tahu kalau mas Ragil mau melangsungkan akad nikah pagi ini. Saking tergesa, aku dandan seadanya menuju rumah mempelai wanita."Oh, itu istri pertamanya, ya. Pantesan suaminya nikah lagi, udah tua, gendut lagi!" celetuk orang yang ada di luar ruangan. "Jauh lah sama si Susi, muda, cantik, semok pula. Laki'kan gitu, lihat barang bagus yang kinclong, barang lama dibuang!" timpal yang satunya. Kalau tak dikejar waktu, aku ingin sekali nguwel-nguwel mulut bar-bar netijen. Aku hanya melemparkan tatapan tajam sambil mengangkat tangan yang terkepal.Keduanya langsung mingkem, mungkin takut kena hantaman tangan halilintar. Tak ingin membuang waktu, aku melanjutkan perjalanan menuju tempat akad.Tapi, langkah ini terhenti di depan pintu masuk. Bumi rasa runtuh saat

    Last Updated : 2022-10-03
  • KUBUAT MADUKU GENDUT    MURKA

    Wanita yang bersanggul segede baskom itu melotot. Tangannya teracung ke atas dan siap melayang di pipi ini. Gampang banget nangkap tangan segede gagang sapu itu."Adaaaaw!"Sebelum kedorong tubuhnya, tangan ceking itu kupelintir dulu."Mamaaa!" jerit seseorang yang kemudian kutahu itu adalah suara Susi.Makinlah aku panas lihat betapa muda, cantik dan seksinya wanita berkebaya pengantin itu. Aku kalap dan menghampirinya.Tapi, langkah ini dihentikan oleh cekalan tangan mas Ragil dan tangan lelaki lain.. Lepas itu, aku diseret paksa keluar ruangan."Lepaskan, aku mau buat perhitungan sama si Susi jablay itu!"Aku berontak sekuat tenaga, tapi tangan tiga lelaki itu berkalilipat kekuatannya. Aku dibawa ke sebuah mobil dan dimasukkan paksa. Sebelum melaju aku masih mendengar mas Ragil bicara, "Antar Tiara ke rumahnya, bilang ke pembantu di sana awasi jangan sampai dia datang ke sini lagi!""Sialan kamu, Mas! Aku bersumpah akan membuatmu menyesal seumur hidup sudah memperlakukan aku begini

    Last Updated : 2022-10-03
  • KUBUAT MADUKU GENDUT    GENTONG DAN BIOLA

    "Ini kartu nama saya. Kalau perlu bantuan, silakan hubungi. Sekarang, saya antar ibu pulang dulu, mari!" tawarnya lagi. Aku mengambil kartu kecil berwarna coklat yang disodorkan Zayyin. Memerhatikan sebentar dan membaca tulisan yang tertera di sana.Ternyata orang ini pengacara. Di sana tertera alamat kantornya dan nomor ponselnya. Kumasukkan dalam tas. Lalu, menyelipkan sembarang di dalamnya. Mungkin suatu saat akan berguna.Sepanjang jalan, aku lebih tenang. Tak lagi menjerit-jerit dan memukul jok. Aku lebih memilih diam dan memandang keluar jendela mobil. Bukan menikmati pemandangan, tapi hanya melamun tak jelas.Pria itu tak bicara sepatah katapun hingga tiba di halaman rumah. Ia hanya fokus menyetir dan larut dengan pikirannya sendiri. Kami akhirnya terjebak dalam kebisuan cukup panjang. "Terima kasih!"Aku tak mau bicara banyak setelah sampai rumah. Inginnya langsung masuk karena kacaunya perasaan.Zayyin pun sama. Tak bicara. Ia hanya menjawab sama-sama, lalu pamit dan langsu

    Last Updated : 2022-10-03
  • KUBUAT MADUKU GENDUT    NGAJAK DAMAI

    Aku jambak rambut bagian depan, terus menggoyang-goyangkan kepala. Mau acak-acakan juga tak apa. Toh, takkan ada yang melihat. "Bu, maaf, ada bapak sama itu kayaknya!"Lamunanku bubar saat bi Eti tiba-tiba memberi informasi menyebalkan."Berani benar dia bawa jabl*ynya. Mau nyoba tendangan halilintarku rupanya! Kebetulan aku emang lagi butuh pelampiasan emosi!" Dengan telapak tangan terkepal, aku pergi menemui mas Ragil. Sebelum ke sana, sempat belok dulu sebab teringat harus mengambil sesuatu di kamar anak-anak. Siapa tahu bisa berguna. Sepanjang jalan menuju ruang depan, kepala ini rasanya mau meledak. Sementara dada panas, sangat panas. Mas Ragil membawa istri barunya ke rumah ini pasti mau pameran kehebatannya bisa menggaet perawan. Atau ingin puas menghina sebab dendam akibat kedatanganku di hari pernikahannyaMereka duduk sangat rapat, mesra sekali seolah tak ada manusia berperasaan di rumah ini. Dari sini saja aku sudah melihat mas Ragil takkan berlaku adil. Ia akan mati-ma

    Last Updated : 2022-10-03
  • KUBUAT MADUKU GENDUT    DIKERJAI

    Aku paham yang dimaksud adalah pilihan kalau tak mau dimadu, cerai. Dia sedang tak menunjukkan kebijaksanaan, tapi lebih pada keditaktoran.Jadi, dia sedang membuat permainan ingin menyingkirkanku secara tak langsung. Tak semudah itu Ferguso! Ingat, pada harta ini ada hasil usahaku. Aku ingin menjawab, tapi ditahan. Mati-matian aku menahan ledakan emosi. Tangan terkepal hingga jari-jari sangat rapat satu sama lain. Rahang mengeras dan mata sudah tak bisa sayu."Iya, Mas. Aku akan berusaha rukun dengan mba Tiara. Bagaimanapun mba Tiara istri pertama, jadi harus aku hormati! Aku siap mundur jika mba Tiara sedih." Huh, aku tahu apa yang diucapkannya tidak tulus. Dari penyelidikan anak buah, kudapat info bahwa sikap asli Susi tak seelok parasnya. Ia sangat sombong dan sok cantik. Bahkan tak segan menghina orang-orang.Waktu miskin saja begitu, apalagi setelah jadi istri juragan Ragil. Makinlah ia mendongak."Terima kasih, Sayang!"Romantis sekali dia bilang sayang. Padaku hanya panggil

    Last Updated : 2022-10-03
  • KUBUAT MADUKU GENDUT    SARAN

    "Bu, ada undangan!"Aku menerima sepucuk undangan yang disodorkan bi Eti. Setelah wanita itu undur diri, aku langsung membukanya.Ternyata pak Slamet mau menikahkan anaknya. Aku harus memberitahu mas Ragil sebab ini teman dekatnya.Tapi, kalau aku beritahu nanti dia bakal datang sama si Susi. Kurang ajar sekali. Sudahlah, biar kuwakili saja.Kenapa juga undangan ini mepet datangnya. Apa lupa bahwa kami teman lama. Atau saking banyak undangan, jadi terselip mungkin.Itu tak penting. Lebih baik sekarang cari baju baru untuk ke undangan. Kudu yang bagus. Mereka tak boleh memandang iba seorang Tiara. Akan kutunjukan bahwa dunia baik-baik saja meski telah dikhianati.Tiara bukan wanita lemah yang hanya bisa meratapi nasib. Aku harus tetap bertahan sampai tujuan pemindahan harta tercapai. Tidak boleh ada yang menganggap Tiara lemah dan hanya bisa meratapi nasib di tempat tidur. Itu tak boleh terjadi sama sekali sebab aku punya harga diri tinggi. Aku tahu mas Ragil tidak bodoh. Ia pasti tak

    Last Updated : 2022-10-03
  • KUBUAT MADUKU GENDUT    UDAH, BU

    Hari ini, aku mendatangi undangan pernikahan anak pak Slamet. Dengan fashion pilihan mami Della, aku tampil lebih percaya diri. Tak kalah dari pakaian selebritis. Kalau aku langsing pasti lebih keren lagi. Sayangnya masih gendut. Pesta yang digelar di gedung Yasmin ini tergolong mewah. Maklumlah pak Slamet 'kan pengusaha matrial yang cukup sukses. Gengsilah pesta anaknya kalau gak besar-besaran.Setelah mengucap selamat pada mempelai dan keluarga, aku langsung menuju prasmanan. Di sinilah godaan makan bertarung dengan keinginan langsing.Tapi, laper!Makan ajalah sedikit, gak apa-apa asal gak berlebihan.Aku mulai menyuap makanan yang diambil barusan. Kali ini porsinya dikurangi sepertiga dari biasanya. Semoga perut tak berontak sebab jatahnya lebih sedikit. Ketenanganku menikmati makanan ternyata tak bisa lama. Kedatangan mas Ragil dan istri mudanya telah menghancurkan kedamaian hatiku secara tiba-tiba.Jadi, dia sudah tahu ada undangan pak Slamet? Dan, sengaja tak menghubungiku ka

    Last Updated : 2022-10-03
  • KUBUAT MADUKU GENDUT    ITU SESAAT

    "Saya gak mau makan!"Zayyin membawaku ke sebuah restoran yang berjarak lima belas menit perjalanan dari gedung Yasmin. Aku tak mau sebenarnya masuk ke sini, tapi dia meyakinkan takkan lama. Dan, katanya lagi jadi bisa ngobrol aman tentang sesuatu yang penting.Tempat ini sepi pengunjung jadi terasa luas pemandangannya. Hanya ada set meja kursi berjejer rapi juga di dinding berkaca banyak. Ada alunan musik romantis yang mengiringi sepanjang keberadaan kami di sini. Tapi, hal tersebut tak membuat suasana hatiku membaik. Masih panas bahkan membara. "Oh, ya sudah biar saya saja yang makan. Tadi 'kan saya belum sempat prasmanan. Keburu ngamanin ibu!"Dih, bodo amat. Salah sendiri ikut campur urusan orang. Dan, aneh juga, sih, kenapa aku malah duduk melihatnya makan. Gak ada kerjaan saja. Dasar orang aneh. Seperti Zayyin emang benar-benar lapar. Dia lahap banget saat menyantap makanan yang sudah tersaji. Sebenarnya makanan yang dipesan terlihat enak, tapi aku enggan menyentuh. Ada guram

    Last Updated : 2022-10-03

Latest chapter

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    END

    Meski ini pernikahan kedua, bahagianya tak lebih rendah dari yang pertama. Bahkan, ada lebihnya.. Pria yang menyandingku kali ini tidak lain di mulut, lain di hati. Ia tulus mencintai saat orang lain meremehkan. Mas Zayyin senantiasa mengenalkanku pada kerabat dan relasinya. Begitu juga denganku yang mengenalkan ia pada keluarga. "Kamu itu pandai cari istri, Zay! Sudah cantik, baik pula. Semoga rukun selalu sampai kakek nenek, ya!" ucap salah satu tante mas Zay.Aku menanggapi pujian itu dengan senyuman, ucapan terima kasih atau balas memuji. Aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Dulu saat masih bersama mas Ragil pun sering menemaninya bertemu relasi. Jika tak sedang melayani tamu, aku dan mas Zay melanjutkan obrolan. Tentu saja lebih banyak bercanda daripada seriusnya. *Di sini, di kamar hotel ini hanya ada kami berdua. Suasana di dadaku jangan ditanya. Ramai oleh debaran-debaran kencang. Makin lama makin ribut saja mereka.Kadang kuelus dada agar bisa meredakan gemuruh di

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    SAH

    Keluarga besarku pun turut hadir. Kakek, nenek, om, tante, kakak, adik. sepupu, dan keponakan ada. Keluarga mas Zay pun telah duduk di dua shaf ini. Jumlahnya cukup banyak dan aku belum hapal semua. Dari penampilan, aku sudah menduga mereka berlatar golongan kaya. Meski bukan pengusaha semua, tak sembarangan pekerjaan yang mereka sandang. Ada dokter, dosen,wartawan, pengacara bahkan anggota dewan kata mas Zay. . Dari arah barisan pria, terdengar host akad nikah tengah membuka acara. Dia mengucapkan terima kasih pada hadirin dan menyampaikan informasi bahwa akad akan segera dimulai.Hatiku bergetar hebat kala akad suci diikrarkan mas Zayyin. Sekian detik berikutnya aku resmi menyandang gelar nyonya Zayyin Satrio.Airmata ini tumpah dalam dekapan mama. Lalu, kurasakan mama mertua mendekapkan tangannya juga pada sisi tubuhku yang lain."Selamat, ya. Semoga pernikahan keduamu langgeng hingga melebihi batas usia," ucap mama di sela isakan. Aku pun tak sanggup berkata-kata. Hanya mampu me

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    YANG TERINDAH

    "Kupikir lama tak jumpa, kamu makin tua, nyatanya..."Aku deg-degan menunggu lanjutannya. Ampun, eh ini jantung bisa-bisanya tak bisa dikendalikan. Coba tolonglah sampai kapan akan begini."Ternyata memang makin tua!""Haaa, asem!"Zay tertawa puas melihat reaksiku. Pria itu seperti senang sekali mendapatkan aku dongkol. Eh, tapi candaan itu sukses membuat grogi hilang. Efeknya kami jadi bisa ngobrol seperti dulu."Gimana butiknya?"Aku jadi antusias bercerita soal perkembangan usaha butik. Aku ceritakan bahwa sekarang semakin besar dan terkenal. Bahkan beberapa selebritis pun sudah jadi langganan tetap di butik itu.Orderan gaun pengantin juga sudah mulai berdatangan. Kadang bangga sebab disejajarkan dengan butik-butik yang telah lama meniti karirnya."Kerjaan Mas di sana gimana?""Biasalah, bikin waktu makin sempit buat godain cewek!"Ini laki belum tahu rasanya disumpel sama gagang sapu. Seenaknya aja bilang tentang godain cewek di depan calon istri. Apa di pikir aku tidak akan mar

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    YANG MAMPU

    Aku jadi tertawa mendengar perkataan asalnya. Emang hobi humor jadi renyah banget ngemas kata-kata."Aku gak bulan depan karena mau besok datang ke rumah calon mertua. Sekarang, kamu siap-siap pulang sana. Tunggu aku di rumah papa mamamu!""Haaa!""Ho'oh, sejutarius. Sekarang lagi packing, nih coz malem terbangnya!""Mas Zay, apa-apaan, sih! Ngapain dadakan gini. Aku belum ngapa-ngapain, tahu!""Ngapa-ngapainnya nanti kalau udah halal. Sekarang siap-siap pulang sana! Dengar, ya aku ini bukan pemaksa, hanya tak memberimu pilihan saja!" Mas Zay beneran serius mau datang besok. Itu bikin aku kelimpungan sendiri. Setelah telpon ditutup langsung manggil bi Eti dan bilang apa yang terjadi."Masya Allah, Bu. Luar biasa, ya kejutan dari Gusti Allah. Saya jadi nangis, nih!""Nangisnya nanti aja, Bi. Sekarang tolong packing baju saya. Bibi juga ikut, ya takutnya di sana butuh bantuan!""Siap, Komandan!"Aku harus cepat sampai di rumah orang tua untuk bicara tentang Zay. Masalahnya aku belum pe

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    KANGEN TIDAK

    Aku harus memikirkan ini baik-baik. Trauma kegagalan pernikahan membuatku tsk boleh sembarangan memutuskan masalah serius ini. Aku tak ingin terulang untuk kedua kalinya.Dulu, mas Ragil juga mengatakan akan setia. Tidak akan mendua apapun yang terjadi. Nyatanya semua itu dusta.Bisa jadi Zay juga melakukan hal sama. Saat ada maunya bergaya bak pemuja cita. Setelah bosan menjadi semacam pecandu rokok, lepas bersepah dibuanglah bendanya.Aku belum bisa percaya pada lelaki. Tetaplah di benak ini mereka semua tukang tipu. Di depan bilang cinta, di belakang main mata.Mas Ragil dan Susi pamit sebab akan langsung ke pesantren dan rumah orang tua keduanya.. Katanya juga tak bisa lama di sini sebab Surabaya banyak hal yang harus diurusi."Nanti Mba sama Mas Zay ke Surabaya, ya. Jangan lupa, loh!" bisik. Susi saat kami berpelukan. Karena gemas digoda terus, aku cubit saja tangannya."Pamit, ya, Ra. Pikirkan sekali lagi tentang Zay. Kami siap hadir di acara pernikahan kalian, ok!"Mas Ragil ju

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    14

    TIARA"Mba Tiaraaa!"Ternyata mas Ragil datang bersama Susi. Kukira sendiri, sudah tegang saja tadi. Tubuh Susi sudah langsing seperti semula. Tampaknya ia sungguh-sungguh melaksanakan dietnya.Aku berpelukan dengan Susi, lalu mempersilakan keduanya masuk. Selepas menyediakan jamuan barulah kami ngobrol."Wah, wah kejutan banget dikunjungi tuan dan nyonya besar. Ada apa, nih sampai menyempatkan diri mampir?""Ish, Mba! Emang gak boleh gitu kita datang ke sini?"Aku dan Susi tertawa bersama, mas Ragil cuma senyum gitu. Tak enak, sih dipandangin terus. Tatapan matanya itu belum berubah ternyata. Masih ngarep, kali, ya?"Ayo diminum dulu. Makannya beli aja, ya. Gak masak soalnya. Abis ngedadaklah kalian datangnya! Bentar aku telpon dulu restorannya!""Gak usah, Mba kami udah makan, kok!""Iya, gak usah, Ra. Udah kenyang juga kami!"Aku mengurungkan niat menelpon. Daripada juga banyak tersisa sebab mereka tak mau makan nantinya."Dari sini kami akan ke pesantren anak-anak!"Syukurlah, ana

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    LEMBARAN BARU

    RAGILLepas makan, aku mengajak Susi ngobrol di balkon. Tmt terbuka di luar kamar kami memang pas untuk bersantai. Di sini dapat menikmati embusan angin alami. Juga pemandangan langit cerah di siang hari atau kelam di malam hari. Pembicaraan yang kubuka tergolong ringan, tentang apa yang ia lakukan dengan teman-temannya. Wanita itu kembali mencair. Ia bisa bercerita banyak hal. Seolah-olah telah kembali sifatnya yang dulu ceria. Dari sini aku paham bahwa Susi berubah karena sikapku yang dingin. Ia menjaga jarak seiring gaya tak peduli suaminya. "Mau buka butik, ya?"Sampai juga pada bahasan butik. Aku sengaja mengarahkan pembicaraan pada hal ini untuk memastikan sesuatu. Jika benar, harus segera diberikan solusi. "Pengen, sih tapi-!""Kalau sudah sukses apa akan pergi seperti Tiara?"Aku mengejar mata Susi yang tak berani beradu tatap. Ia seperti menghindar penyelidikanku. Bahkan kini menunduk setelah menggigit bibirnya. Hal tersebut justru membuatku makin curiga bahwa memang beren

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    RASA BERSALAH

    Sebelumnya aku kirim pesan mau makan malam di rumah, tapi ia tak perlu masak. Aku akan pesan di restoran yang nanti langsung diantar ke rumah.Tak ada balasan padahal sudah dibaca. Hmm, tak biasanya. Apa sedang repot atau marah?Ya, sudahlah lebih baik tetap memesan makanan. Kalau sudah datang mau gak mau 'kan harus diantar.(Maaf, Mas sepertinya aku pulang malam. Ada urusan dengan teman perempuan. Maaf, ya, Mas) Sebenarnya kecewa dengan penolakan Susi, tapi tak bisa menyalahkan dia sepenuhnya. Mungkin bergaul dengan orang lain adalah cara menghilangkan kejenuhan. Pastilah bukan hanya aku yang merasakan pernikahan ini hambar, ia juga tentu merasakannya.(Nanti kujemput, serlok aja)(Gak usah, Mas. Aku pulang sendiri, kan mas sibuk nanti menganggu lagi)Jantungku sedikit mengencang saat membaca pesan itu. Tersindir pasti meski Susi tak bermaksud begitu. Ditambah jadi merasa tak dibutuhkan oleh seorang istri.Sangat jauh berbeda dengan Susi yang dulu. Dia sangat menuntut untuk diperhat

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    LARI

    RAGIL Aku pergi bersama susi ke Surabaya di sana ada proyek baru yang harus dikerjakan. Sesungguhnya bukan karena proyek itu aku pergi, tapi lebih untuk lari dari sebuah kenyataan. Terlalu beresiko jika terus di sini. Akan ada kemungkinan terus bertemuKenyataan perpisahan ini sangat menyakitkan sungguh tak pernah terbersit sekejap pun bahwa aku akan berpisah dari Tiara. Wanita yang setia mendampingi dalam suka dan duka selama lima belas tahun lamanya.Tangan yang dulu membalas genggamanku, kini terlepas tanpa bisa diraih lagi. Aku merasa sedang berada di fase terendah dalam kehidupan saat Ia memutuskan tali ikatan pernikahan.Untuk mengurangi kepedihan, aku menyibukkan diri dengan proyek. Aku harus sibuk sebab jika tidak, pikiran dan perasaan akan terbang menuju Tiara. Lalu, larut dalam kenangan tak ada habisnya.Tapi setelah sadar, pedih kembali mencabik rasa. Itu serupa pedang mengorek-ngorek luka yang masih menganga. Lalu, dari sana mengalirlah darahnya."Mas, makan dulu!"Susi m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status