Terima kasih udah mampir. 💛
🏵️🏵️🏵️ “Kamu masih nanya kenapa Mama bersikap seperti itu? Apa kamu lupa siapa Tante Sandra? Tadi aja, dia masih tetap dengan kesombongannya. Dia bilang, cewek di luar sana masih banyak yang mau sama Revan daripada harus milih kamu.” “Tante Sandra ngomong gitu, Mah?” “Iya. Jadi, Mama harap kamu jaga jarak dengan Revan. Tolong ngerti, Sayang.” “Iya, Mah.” Aku sangat lega karena Ratu tidak membohongi orang tuanya. Namun, aku tetap sangat kesal mengingat apa yang Mbak Sandra katakan tadi. Dia tidak pernah memikirkan apa yang dia ucapkan kepadaku. Dia seolah-olah hanya ingin menyakiti perasaanku. Entah teguran apa yang pantas Mbak Sandra dapatkan agar tidak bersikap sesuka hati kepadaku. Sebenarnya, aku tidak bermaksud untuk mendoakan sesuatu yang tidak baik terhadapnya, tetapi perbuatannya telah memaksaku untuk tetap membencinya. Terus terang, aku lelah memiliki tetangga seperti Mbak Sandra, tetapi aku harus sabar. Aku dan Mas Fandy berencana akan menjual rumah ini lalu membeli
🏵️🏵️🏵️ Hari ini Minggu, aku dan Ratu memilih menghabiskan waktu di rumah orang tuaku, sedangkan Mas Fandy mengaku bertemu dengan klien baru di kantornya. Terus terang, aku tidak pernah menaruh curiga sedikit pun terhadap dirinya. Aku selalu percaya kalau dia suami terbaik. Orang tuaku juga menjodohkanku dengan Mas Fandy karena mereka yakin kalau laki-laki itu akan memberiku kebahagiaan. Ternyata apa yang Ayah dan Bunda pikirkan, akhirnya menjadi kenyataan. Mas Fandy adalah suami idaman bagiku, juga papa terbaik untuk Ratu. Dia selalu mampu mewujudkan apa pun yang aku inginkan. Walaupun hubungan kami berawal dari perjodohan, tetapi dia mengaku tidak pernah menyesal telah mempersunting diriku. Aku juga tidak merasa keberatan ketika dijodohkan dengannya karena aku telah jatuh cinta kepadanya saat pandangan pertama. Aku akhirnya mengakui apa yang kurasakan setelah beberapa bulan pernikahan kami. Dia pun mengatakan tertarik dengan kecantikanku. “Mah, itu Papa?” Aku dikagetkan suara
🏵️🏵️🏵️ Aku tidak bermaksud untuk tidak percaya kepada Mas Fandy, tetapi cara yang dia lakukan menurutku salah. Walaupun dia mengaku kalau dirinya lebih baik langsung bertemu dengan Mbak Sandra, tetapi hal itu tetap membuatku menaruh curiga. Bagaimana caranya agar aku menemukan jawaban yang lebih masuk akal dari Mas Fandy? Sepertinya, dia tetap tidak ingin memberikan alasan lain. Saat aku kembali bertanya, dia justru menunjukkan perubahan di wajahnya. Dia tampak gugup dan bersikap tidak seperti biasanya. Kenapa dia harus menunjukkan reaksi seperti itu jika memang tidak ada sesuatu hal yang disembunyikan dariku? Apa sebaiknya aku mencari tahu sendiri kenapa Mas Fandy bertemu Mbak Sandra? “Tadi Papa udah jelasin semuanya. Harusnya Mama ngerti.” Mas Fandy seolah-olah menghindar. Baiklah, aku tidak perlu bertanya lagi. “Ya udah, kita istirahat sekarang.” Aku tidak ingin berdebat dengannya. Aku pun memilih memunggunginya untuk menunjukkan kalau aku sedang tidak baik-baik saja setelah
🏵️🏵️🏵️ “Yah, supaya kamu tahu.” Mbak Dewi dengan santainya memberikan alasan. Aku tetap heran dan tidak habis pikir, kenapa Mbak Sandra masih percaya kepada Mbak Dewi. Apa mungkin dia tidak tahu kalau Mbak Dewi selalu menceritakan info apa pun yang dia dapatkan dari dirinya? Sebenarnya, sedih jika berada di posisinya. Dia memercayai orang yang tidak mampu menjaga rahasia. “Kenapa sampai nunggak?” tanyaku penasaran. “Kan, gaji Rama nggak seimbang dengan pengeluaran. Lebih besar pasak daripada tiang.” “Apa? Bukannya jabatan Mas Rama enak di kantor tempatnya bekerja?” “Itu dulu sebelum ketahuan korupsi.” “Korupsi?” “Iya. Itu semua karena Sandra. Kemauannya terlalu banyak.” Aku tidak dapat membayangkan seperti apa kesabaran Mas Rama untuk menghadapi Mbak Sandra. Selama ini, aku berpikir kalau keuangan mereka sangat lancar karena melihat penampilan Mbak Sandra yang tidak kalah dari wanita sosialita. Ternyata apa yang terlihat di depan mata, tidak selamanya sesuai dengan kenyata
🏵️🏵️🏵️ Beberapa bulan berlalu, dua orang laki-laki berpakaian sangat rapi menghampiriku yang sedang duduk bersantai di teras depan rumahku. Hari ini, aku sengaja meminta izin untuk tidak masuk kantor karena sebelumnya telah lembur hingga pulang larut malam. Awalnya, dua orang tersebut mengaku akan berkunjung ke rumah Mbak Sandra, tetapi setelah beberapa kali menekan bel, tidak ada sahutan sama sekali. Aku pun mempersilakan mereka duduk lalu menyuguhkan minuman. “Maaf, jadi merepotkan Ibu.” Salah satu dari mereka membuka suara. “Sama sekali tidak merasa direpotkan, Pak.” Aku memberikan balasan lalu tersenyum. “Perkenalkan, saya Arga dan ini Reno.” Laki-laki yang bernama Arga memperkenalkan dirinya dan temannya kepadaku. “Saya Bella.” Aku pun menyebutkan namaku. Arga mulai menceritakan tujuan kedatangan mereka ke rumah Mbak Sandra. Ternyata dugaanku benar, mereka dari pihak bank untuk memberikan peringatan terakhir kepada Mbak Sandra karena belum menyetorkan angsuran rumahnya s
🏵️🏵️🏵️ “Itu hanya masa lalu, Mah.” “Hanya Papa bilang? Menghancurkan kehidupan orang lain menurut Papa hal sepele?” Aku tidak terima dengan jawaban Mas Fandy. “Itu udah lama berlalu, untuk apa kita bahas lagi sekarang? Lebih baik kita fokus dengan masa depan.” “Apa yang Papa sembunyikan dari Mama? Jawab, Pah!” Aku menaikkan suara. Akhirnya, Mas Fandy pun menceritakan kisahnya dengan wanita yang bernama Lia yang juga merupakan adik kandung Mbak Sandra. Mas Fandy mengakhiri hubungannya dengan Lia karena dirinya dijodohkan denganku. Terus terang, aku tidak tahu kalau Mas Fandy telah menjalin hubungan dengan wanita lain sebelum kami dijodohkan. Kala itu, dia tidak menolak perjodohan kami sama sekali. Dia bahkan tampak bahagia saat awal kami bertemu. “Kenapa Papa nggak nolak saat kita dijodohkan?” Aku ingin tahu jawabannya. “Karena Papa tertarik dengan kecantikan Mama. Seiring berjalannya waktu, Papa benar-benar jatuh cinta sama Mama.” Aku terdiam setelah mendengar jawabannya.
🏵️🏵️🏵️ “Mami selalu menganggap Tante sebagai orang ketiga dalam hubungan Om Fandy dan Tante Lia.” “Tapi Om Fandy dulu nggak pernah cerita kalau dirinya memiliki hubungan dengan wanita lain sebelum kami bertemu.” “Harusnya Mami tahu kebenaran ini supaya beliau tidak menyalahkan Tante.” “Sekarang udah nggak penting bagi Tante. Tante hanya ingin agar Mami kamu bersedia menjual rumah kalian ke Tante. Kamu nggak mau, ‘kan, lihat orang tua kamu dililit utang?” Aku masih tetap pada tujuan awal, menunjukkan apa yang kumiliki kepada Mbak Sandra. Selama ini, dia telah membuatku menjadi orang paling mengalah. Namun sekarang, dia yang harus berada di posisi itu. Dia harus mengalah hingga bersedia menyerahkan rumahnya kepadaku. Dia yang telah memaksaku menjadi lebih kuat dalam ambisi. Selama ini, dia telah menganggapku merebut Mas Fandy dari adiknya. Saat ini, aku akan membuktikan kalau aku juga mampu merebut harta yang dia miliki. Aku membenci Mbak Sandra, juga Mas Fandy. Pantas saja s
🏵️🏵️🏵️ Aku segera melangkah menuju depan rumah untuk menemui Mbak Sandra. Entah apa tujuan wanita itu berkunjung sepagi ini. Walaupun aku tetap kesal atas sikapnya selama ini, aku tidak perlu menunjukkan hal itu di depannya. “Ada apa, Mbak?” tanyaku kepada tetanggaku itu. “Aku mau ngomong penting, Bel.” Mbak Sandra menjawabku dengan nada lembut. “Mau ngomong apa? Kita masuk aja.” Aku pun memasuki rumah lalu diikuti Mbak Sandra, kemudian kami duduk di sofa ruang tamu. “Aku bersedia menjual rumahku padamu.” Sungguh, ini benar-benar kejutan luar biasa. Apa mungkin Revan yang telah membujuk maminya untuk menjual rumah mereka kepadaku? Ternyata anak itu sangat bisa diandalkan. Aku terharu dengan usahanya. “Mbak serius?” Aku ingin memastikan apakah Mbak Sandra serius dengan ucapannya. “Iya. Di samping aku butuh uang untuk melunasi utang ke bank, aku juga udah mendengar kebenaran dari Revan.” “Kebenaran apa, Mbak?” tanyaku ingin tahu. “Kebenaran kalau kamu tidak merebut Fandy dar