Terima kasih udah mampir. 💛
🏵️🏵️🏵️ “Mami selalu menganggap Tante sebagai orang ketiga dalam hubungan Om Fandy dan Tante Lia.” “Tapi Om Fandy dulu nggak pernah cerita kalau dirinya memiliki hubungan dengan wanita lain sebelum kami bertemu.” “Harusnya Mami tahu kebenaran ini supaya beliau tidak menyalahkan Tante.” “Sekarang udah nggak penting bagi Tante. Tante hanya ingin agar Mami kamu bersedia menjual rumah kalian ke Tante. Kamu nggak mau, ‘kan, lihat orang tua kamu dililit utang?” Aku masih tetap pada tujuan awal, menunjukkan apa yang kumiliki kepada Mbak Sandra. Selama ini, dia telah membuatku menjadi orang paling mengalah. Namun sekarang, dia yang harus berada di posisi itu. Dia harus mengalah hingga bersedia menyerahkan rumahnya kepadaku. Dia yang telah memaksaku menjadi lebih kuat dalam ambisi. Selama ini, dia telah menganggapku merebut Mas Fandy dari adiknya. Saat ini, aku akan membuktikan kalau aku juga mampu merebut harta yang dia miliki. Aku membenci Mbak Sandra, juga Mas Fandy. Pantas saja s
🏵️🏵️🏵️ Aku segera melangkah menuju depan rumah untuk menemui Mbak Sandra. Entah apa tujuan wanita itu berkunjung sepagi ini. Walaupun aku tetap kesal atas sikapnya selama ini, aku tidak perlu menunjukkan hal itu di depannya. “Ada apa, Mbak?” tanyaku kepada tetanggaku itu. “Aku mau ngomong penting, Bel.” Mbak Sandra menjawabku dengan nada lembut. “Mau ngomong apa? Kita masuk aja.” Aku pun memasuki rumah lalu diikuti Mbak Sandra, kemudian kami duduk di sofa ruang tamu. “Aku bersedia menjual rumahku padamu.” Sungguh, ini benar-benar kejutan luar biasa. Apa mungkin Revan yang telah membujuk maminya untuk menjual rumah mereka kepadaku? Ternyata anak itu sangat bisa diandalkan. Aku terharu dengan usahanya. “Mbak serius?” Aku ingin memastikan apakah Mbak Sandra serius dengan ucapannya. “Iya. Di samping aku butuh uang untuk melunasi utang ke bank, aku juga udah mendengar kebenaran dari Revan.” “Kebenaran apa, Mbak?” tanyaku ingin tahu. “Kebenaran kalau kamu tidak merebut Fandy dar
🏵️🏵️🏵️ “Ratu nggak bermaksud bohongin Mama, tapi Ratu terpaksa.” “Jadi, kamu beneran bohongin Mama?” Aku sedikit terkejut. Ratu pun menceritakan sesuatu yang mengejutkan. Dia mengaku kalau dirinya masih menjalin hubungan dengan Revan. Dia juga mengatakan sesuatu yang tidak aku pikirkan selama ini. Dia dengan jujur menyampaikan rasa cintanya terhadap Revan. “Jadi, kalian nggak pernah putus?” tanyaku untuk memastikan. “Iya, Mah.” Jawabannya membuatku terkejut. “Sejauh mana hubungan kalian hingga kamu tega bohongin Mama?” Aku menaikkan suara. “Kami tidak pernah melakukan sesuatu di luar batas, Mah. Revan sangat menjaga Ratu.” Walaupun Ratu berkata seperti itu, tetapi aku tetap khawatir jika mereka tetap menjalin hubungan, apalagi sering bertemu. Sedalam itu perasaan cinta Ratu dan Revan hingga mereka seolah-olah tidak terpisahkan? Apakah Mbak Sandra mengetahui hubungan mereka? “Tante Sandra juga tahu kalau Ratu dan Revan pacaran.” Ratu kembali membuka suara. Apa? Ternyata tet
🏵️🏵️🏵️ Aku dan Mas Fandy sepakat mengirim Ratu kuliah ke luar kota. Dia akan tinggal bersama Mas Haris—kakakku satu-satunya. Aku bertindak seperti itu supaya dia menjaga jarak dengan Revan. Semoga usahaku ini berhasil untuk memisahkan mereka. Setelah Ratu tidak tinggal bersama kami lagi, Revan lebih sering tampak murung. Namun, aku berusaha untuk tidak kasihan kepadanya. Mungkin lebih baik dia tidak bertemu dengan Ratu supaya dia membuka hati untuk gadis lain. “Sedendam itu kamu padaku, Bel, hingga kamu tega memisahkan Revan dan Ratu. Kamu pasti tahu kalau anakku sangat mencintai anakmu.” Aku dikagetkan suara Mbak Sandra. Sore ini, aku sedang menyiram tanaman di halaman depan rumah. Aku pun menghentikan kegiatanku sejenak lalu berbalik arah melihat Mbak Sandra. “Aku hanya ingin Ratu fokus kuliah, Mbak.” Aku memberikan alasan. “Itu hanya alasan kamu aja. Walaupun mereka pacaran sejak SMP, Ratu tetap berprestasi. Itu artinya, dia selalu fokus belajar.” “Kuliah, kan, harus lebih
🏵️🏵️🏵️ “Apa kamu sedendam itu sama Sandra?” “Aku nggak ngerti maksud Mbak.” Mbak Dewi akhirnya menceritakan sesuatu yang membuatku terkejut. Dia mengaku sedih mendengar keluh kesah Mbak Sandra yang telah menyebabkan Revan dijauhkan dari wanita yang dicintai. Mbak Sandra merasa bersalah atas perpisahan anaknya dengan Ratu. Mbak Sandra bahkan mengaku tidak akan berbuat jahat dan kasar kepadaku jika mengetahui kejadian yang sebenarnya di masa lalu. Selama ini, dia hanya berpikir kalau aku yang telah menyebabkan perpisahan antara Mas Fandy dan Lia. Mbak Sandra berpikir keras untuk mencari cara agar aku percaya dengan niatnya yang ingin melamar Ratu untuk Revan. Dia yakin dan percaya kalau kebahagiaan Revan hanyak bersama Ratu. Dia ingin melihat kedua anak itu bersatu dalam ikatan pernikahan. “Serius, Mbak?” tanyaku kepada Mbak Dewi. “Iya, Bel. Aku kasihan lihat dia. Aku yakin kalau dia benar-benar berubah setelah melihat anaknya bahagia berhubungan dengan anak kamu.” Mbak Dewi me
🏵️🏵️🏵️ Setelah berbincang beberapa jam, aku dan Mbak Dewi pun berpamitan pulang kepada Mbak Sandra. Hatiku merasa tenang karena Revan kembali bersemangat. Dia berjanji tidak akan melakukan hal-hal yang akan menyakiti dirinya. “Pah, Mama udah setuju kalau Ratu berhubungan lagi dengan Revan.” Aku memberitahukan kenyataan itu kepada Mas Fandy saat kami sedang bersantai di ruang TV setelah menunaikan salat Isya. “Terima kasih, Mah.” Aku tidak mengerti kenapa Mas Fandy mengucapkan terima kasih. “Kenapa Papa berterima kasih?” tanyaku penasaran. “Ratu sering curhat ke Papa tentang hubungannya yang tidak bisa bersatu dengan Revan.” “Apa?” Aku terkejut mendengar pengakuan Mas Fandy. “Iya, Mah. Biasanya dia nelepon Papa pas di kantor.” “Kenapa Papa nggak ngomong? Mama kirain, dia udah bisa lupain Revan.” Aku berkata seperti itu karena setiap Ratu menghubungiku, dia tidak pernah bicara tentang Revan. “Papa takut mau ngomong sama Mama. Tapi Papa juga takut dengan keadaan Ratu. Papa han
🏵️🏵️🏵️ Aku penasaran dengan gadis yang Bayu cintai karena selama ini, aku belum pernah melihat dirinya dekat dengan seseorang. Teman-teman yang bertamu ke rumah tetanggaku itu juga hampir semua laki-laki. Padahal sekarang, dia telah memasuki dunia kerja. “Aku juga nggak tahu, Bel. Dia nggak mau jujur. Katanya dia tetap rahasiakan dari siapa pun karena gadis itu punya pria idaman.” Ternyata Mbak Dewi tidak mampu menghapus rasa penasaranku karena dia juga tidak mengetahui gadis yang Bayu impikan. Anak tetanggaku itu memang susah ditebak walaupun dia sangat ramah terhadapku dan Mas Fandy. “Bayu nggak terbuka sama Mbak?” tanyaku kepada Mbak Dewi. “Kalau tentang hal lain, dia selalu cerita. Tapi entah kenapa dia nggak mau cerita tentang gadis yang dia suka.” Wajah Mbak Dewi menunjukkan kekecewaan. “Nanti aku coba cari tahu lagi.” Bukan Mbak Dewi namanya kalau tidak berhasil mencari tahu sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya. Dia mengaku sangat penasaran karena selama ini, dia hera
🏵️🏵️🏵️ Pengakuan Ratu membuat dadaku sesak. Aku seolah-olah sedang dihantam batu yang sangat besar. Aku tidak ingin percaya dengan apa yang keluar dari bibirnya. Anakku tidak mungkin melakukan sesuatu yang membuat orang tuanya malu. “Kamu jangan bercanda, Sayang.” Aku memegang kedua lengannya dengan kuat. “Maafin Ratu, Mah. Ratu nggak bisa jaga nama baik keluarga.” Dia menangis histeris. “Ada apa, Mah?” Aku dikejutkan suara Mas Fandy. Mungkin karena mendengar suara Ratu, dia pun terbangun. “Anak kita, Pah.” Aku juga tidak mampu membendung air mataku agar tidak jatuh. Sementara Mas Fandy langsung menghampiriku dan Ratu. “Ratu kenapa, Mah?” Suamiku itu tampak bingung. “Revan udah merusak Ratu, Pah.” Aku sangat sakit mengeluarkan kalimat tersebut. “Maksudnya apa, Mah?” Mas Fandy kembali bertanya. Akhirnya, aku pun menceritakan apa yang terjadi sebenarnya kepada Mas Fandy. Wajahnya menunjukkan perubahan. Tanpa bicara satu kata pun, dia keluar kamar. Aku tidak tahu apa yang aka