Terima kasih udah mampir. 💛
🏵️🏵️🏵️ Lagi dan lagi, Mbak Sandra seolah-olah ingin selalu mencari masalah denganku. Dia berkacak pinggang sambil menatapku dengan tajam. Harusnya aku yang melakukan itu karena dia telah berbuat jahat terhadap anakku. “Apa kau ingin balas dendam?” Mbak Sandra meninggikan suaranya. “Apa maksud Mbak?” Aku tidak mengerti kenapa dia melontarkan pertanyaan yang membingungkan. “Kau puas melihat Revan terluka dan seperti orang kehilangan semangat hidup?” “Mungkin Mbak salah alamat kali, ya.” Aku tidak ingin tahu apa maksud ucapannya. “Seandainya kau tidak kasih tahu Revan tentang pernikahan Ratu, dia pasti masih sehat-sehat saja sekarang. Sepertinya kau ingin melihat anakku menderita.” Seenaknya dia memberikan tuduhan terhadapku. “Aku bukan seperti Mbak. Aku hanya ingin agar Revan tidak mengganggu Ratu lagi. Dia harus tahu kalau wanita yang dia hubungi adalah istri orang lain.” “Tapi kenyataannya, anakmu yang berusaha menghubungi anakku. Apa kau nggak didik dia supaya nggak ganjen
🏵️🏵️🏵️ Beberapa menit kemudian, Ratu kembali keluar dengan pakaian yang berbeda. Dia juga tampak lebih segar dengan polesan make up tipis di wajahnya. Apa mungkin dia ingin menemui Revan? Itu artinya, dia masih belum berhasil melupakan mantan kekasihnya itu sepenuhnya. “Saya ingin ketemu Revan, Tante.” Ratu melihat ke arah Mbak Sandra. Ternyata dugaanku benar kalau dia ingin bertemu pemuda yang dulu sangat dia cintai tersebut. “Kamu serius?” Mbak Sandra tampak kaget. “Iya. Saya bersedia menemui Revan hanya sebagai rasa kemanusiaan. Itu juga atas izin suami saya dan dia juga yang akan ngantar saya.” Sungguh, aku terkejut melihat dan mendengar ketegasan Ratu terhadap Mbak Sandra. Anakku itu juga tidak menyebut dirinya lagi menggunakan nama ketika berbicara dengan Mbak Sandra. Sepertinya dia sudah telanjur sakit atas perbuatan yang Mbak Sandra lakukan selama ini. “Bagaimana kalau Revan makin sakit setelah melihat kamu datang bersama Bayu?” Mbak Sandra sepertinya berharap agar Rat
🏵️🏵️🏵️ Aku sangat bersyukur karena Ratu positif hamil dua bulan. Aku terharu melihat Bayu menitikkan air mata setelah mengetahui ada benihnya di rahim Ratu. Dia sangat berterima kasih kepada istrinya itu karena telah bersedia mengandung anaknya. Kejadian beberapa hari yang lalu ketika Ratu menerima pesan dari Revan sempat membuat Bayu cemburu dan khawatir. Namun, Ratu pun memberikan penjelasan kepada suaminya tersebut. Dia mengaku tidak akan mengkhianati cinta Bayu. “Kenapa dia masih hubungin kamu, Sayang? Apa perlu Kakak ngomong sama dia supaya jauhin kamu?” Bayu sangat jelas tidak ingin melihat Ratu kembali berkomunikasi dengan Revan. “Dia itu hanya masa lalu, Kak. Terbukti sekarang, aku mengandung anak Kakak.” Ratu mendekatkan tangan Bayu ke perutnya. “Kakak percaya sama kamu.” Bayu pun mencium kening Ratu. Aku tidak mengerti kenapa Revan kembali menghubungi Ratu. Setelah beberapa bulan berlalu, dia tiba-tiba muncul lagi. Harusnya dia sadar kalau cintanya tidak akan pernah
🏵️🏵️🏵️“Mas, mobil baru kita jadi datang hari ini, ‘kan?” Aku mendengar suara teriakan Mbak Sandra—tetangga di samping kanan rumahku. Aku tidak mengerti kenapa wanita itu seolah-olah ingin memamerkan apa yang dia miliki di depanku. Sejak dirinya menjadi tetanggaku, hanya kesombongan yang selalu dia tunjukkan.“Iya, Dek.” Aku mendengar balasan Mas Rama—suaminya.“Gitu, dong, Mas. Kalau ada duit, harus beli barang baru. Aku nggak suka pakai barang usang.” Wanita itu kembali melanjutkan percakapannya dengan suaminya. Satu hal yang membuatku tidak habis pikir, kenapa bicaranya harus berteriak. Setiap dia membeli barang baru, aku pasti langsung tahu karena dia sendiri yang memberitahukan, tetapi tidak secara langsung. Kadang melaui tetangga atau anggota keluarganya.Aku ingin tertawa saat dia tadi menyebut barang usang. Aku tahu kalau saat ini, aku dan Mas Fandy—suamiku, masih setia mempertahankan Baleno tahun lama dan bekas yang kami beli beberapa tahun yang lalu. Aku tidak pernah m
🏵️🏵️🏵️Aku dan Mas Fandy saling berpandangan. Aku yakin kalau dia juga pasti kaget mendengar suara Mbak Sandra. Jangankan hari biasa, saat lebaran Idul Fitri saja, wanita itu tidak pernah berkunjung ke rumahku, padahal kami bertetangga sudah menginjak delapan tahun.Akan tetapi, aku tidak pernah membalasnya. Aku dan Mas Fandy selalu bersilaturahim ke rumah Mbak Sandra jika kami tidak mudik ke kampung halaman orang tuaku. Mas Fandy selalu memberikan pengertian kepadaku agar tidak membalas kejahatan dengan kejahatan juga.Sebenarnya, masih banyak perbuatan tidak pantas yang Mbak Sandra tujukan kepadaku. Tidak hanya sindiran yang terlontar dari bibirnya, tetapi juga sikap yang selalu ingin ikut campur dengan urusan keluargaku.Kadang aku ingin membalasnya dan memintanya agar tidak mengusik keluargaku. Namun, beberapa tahun berlalu, aku tetap tidak mampu melakukan itu. Aku masih memikirkan perasaannya jika aku sampai mengeluarkan kata-kata kasar.“Dek, buka pintunya. Nggak enak sama Mb
🏵️🏵️🏵️Mbak Sandra langsung memasuki halaman rumahku karena tadi sebelum menyiram tanaman, aku telah membuka pintu pagar. Dia bertolak pinggang dan seolah-olah ingin menantangku. Jika seandainya aku bersikap seperti biasanya, mungkin hal ini tidak akan terjadi.Entah kenapa tadi kesabaranku tiba-tiba berubah sangat tipis, setipis tisu dibagi dua. Padahal biasanya, aku berusaha memberikan tanggapan santai untuk membalas apa pun yang keluar dari bibirnya hingga pada akhirnya, aku yang selalu tersakiti.Ternyata sikap yang Ratu tunjukkan tadi malam, sangat berpengaruh terhadapku pagi ini. Aku tidak terima jika anak itu lebih membela tetangga yang sering menyakiti hati dan perasaan mamanya selama ini. Itu tidak adil.“Maksud kamu apa, Bel?” Mbak Sandra menunjukkan tatapan yang membuatku ingin tertawa. Dia bersikap seolah-olah ingin menakutiku.“Apa, sih, Mbak?” Aku sok bersikap polos dan pura-pura tidak tahu maksud pertanyaannya.“Jangan sok polos kamu!” Dia meninggikan suaranya. Terny
🏵️🏵️🏵️Ternyata aku salah menilai Mbak Sandra. Aku berpikir kalau dia telah berubah karena tidak mencampuri urusanku lagi. Namun, dia bertindak lebih dari yang aku duga. Bisa-bisanya dia menyebar fitnah tentang anakku. Aku tidak habis pikir, kenapa dia tega berbuat seperti itu terhadap Ratu.Oleh karena perbuatannya yang menuduh Ratu menggoda Revan, tidak sedikit tetangga lain yang menunjukkan tatapan aneh terhadapku jika berpapasan. Ada juga yang langsung mengucapkan sindiran dan mengatakan Ratu tampak pendiam di luar, tetapi memiliki sisi yang tidak terduga.Jika seandainya mereka ingin menilaiku tidak baik, aku masih terima. Namun, hatiku sangat sakit karena Ratu yang mereka jadikan sebagai bahan gunjingan. Pernah sekali, mereka terang-terangan mengatakan Ratu kurang bimbingan dan didikan, aku pun dengan tegas langsung memperingatkan mereka.“Tolong omongannya dijaga, ya, Mbak-Mbak. Kalian juga punya anak gadis. Kalau seandainya anak kalian yang dituduh seperti itu, apa kalian t
🏵️🏵️🏵️Terus terang, aku masih penasaran dengan apa yang terjadi terhadap Lani. Mungkinkah dia akan mencoreng nama baik keluarganya? Selama ini, aku sering mendengar pujian yang Mbak Sandra beberkan kepada Mbak Dewi.Dia mengaku kalau Lani sering jadi topik pembicaraan di kampusnya. Di samping dirinya yang cantik, tetapi juga berprestasi. Mbak Sandra bahkan dengan yakin mengatakan kalau Lani harus mendapatkan jodoh yang tidak sekadar mapan, tetapi juga terpandang.Dia mengaku sangat yakin kalau Lani akan makin meninggikan derajat keluarga mereka. Aku sebagai pendengar hanya diam saja. Aku tahu kalau wanita itu sengaja menceritakan semua itu dengan suara meninggi agar aku juga turut mendengarkan.“Punya anak seperti Lani, mah, mudah untuk mendapatkan menantu kaya dan terpandang. Lani itu benar-benar cantik.” Mbak Sandra selalu bersemangat jika menceritakan anaknya kepada Mbak Dewi.“Kalau anakku yang lamar Lani, diterima, nggak?” tanya Mbak Dewi kala itu.“Maaf, Wi … Bayu bukan mena