91. Masuk Lambe Julid (Bagian B)Aku langsung saja masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan tubuh lalu mengganti pakaian. Saat keluar dari kamar mandi, aku lihat Ibu sudah keluar dari kamar. Mungkin dia beristirahat.Aku berjalan menghampiri Mas Rengga yang sedang tertidur pulas. Aku menatap wajahnya, sembari berpikir.Apa mungkin, suamiku ini betul sudah mengkhianati ku di belakang? Apa alasannya kira-kira?Pikiran menari-nari di kepala. Tak bisa mencerna dengan jernih. Setelah tersadar, aku buru-buru mengembalikan ponsel Mas Rengga. Setelah menghapus seluruh percakapan bersama dengan Risa tadi, dan tak lupa memblokir nomor barunya serta. Jadi, setelah ini urusan Risa menjadi denganku, bukan dengan Mas Rengga lagi.Aku segera turun ke bawah, bersiap makan. Ku lihat Ibu ternyata masih berada di sofa sembari menikmati sepiring ubi rebus. "Bu, kenapa nggak istirahat aja? Ibu makan? Ini Keysa mau makan dulu, ya!" pamit ku yang langsung saja duduk di meja makan."Wes makan o dulu, Ibu ma
92. Masuk Lambe Julid (Bagian C)Ibu terlihat berpikir, lalu menghembuskan napas panjang. Hal itu malah membuatku semakin takut saja, aku takut Ibu marah dan jadi berbalik menyalahkan tindakanku yang gegabah."Nggak papa, Key!" Hanya itu yang keluar dari bibir Ibu, tapi tetap saja belum bisa membuatku merasa lega."Apa yang kamu lakukan itu sudah benar, kamu berhak untuk melakukannya, dan dia memang pantas untuk mendapatkannya," ujar Ibu seraya mengedikkan bahu.Kini, malah gantian aku yang melongo, hampir tak percaya dengan tanggapan yang diberikan oleh Ibu."Maksud Ibu? Jadi, Ibu nggak marah sama Keysa?" tanyaku tak yakin. Bahkan, aku sampai beberapa kali mengerjapkan mata."Iya, nggak papa. Itu bahkan belum seberapa. Perempuan itu harus tegas, diam bukan berarti lemah. Dan ndak selamanya diam itu akan dinilai sebagai emas. Sudah ndak zamannya. Ndak usah merasa bersalah. Itu sudah bagus, cukup untuk pembukaan, setidaknya dia tahu bahwa kamu sudah berusaha untuk memperingatkan dengan
93. Masuk Lambe Julid (Bagian D)Aku pun setuju, dengan begitu aku tidak perlu bolak-balik dan berkeliling di jalanan lagi hanya untuk memgambil mobil yang sudah selesai diperbaiki.Aku hanya tinggal menunggu di rumah, menanti mobilku datang dan membayar sesuai dengan tagihan yang sudah disepakati.Kulihat Mas Rengga masih saja terlelap, aku tak tahu dia sakit apa sebenarnya. Aku memutuskan, jika esok hari masih panas, maka aku akan segera membawanya ke Rumah Sakit saja. Aku juga merasa khawatir padanya.Setelah selesai melihat kondisi Mas Rengga, aku turun ke bawah untuk menemani Ibu dan mengobrol dengannya."Keysa hanya takut, Bu, jika nantinya kejadian ini akan merusak citra Keraton dan membawa identitas Keysa sebagai menantu. Sebenarnya juga Keysa nggak tahu, bagaimana jika berita ini viral nantinya. Tapi, selama belum ada bukti, ya, Keysa akan anggap saja Risa sebagai perempuan yang halu, begitu kan ya?" tanyaku meminta saran pada Ibu."Sudah, nggak usah terlalu kamu pikirkan. Su
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU94. Rengga Ragu (Bagian A)Aku bingung, sama sekali nggak menyangka akan se-dahsyat ini postingan yang dibagikan oleh seseorang.Aku sudah mengira, bahkan sudah memperhitungkan apa saja kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, andai video tadi tersebar. Tapi, sungguh aku tidak akan pernah mengerti, bahwa respon dari netizen bakal seantusias ini.Tanpa sadar, aku berjalan melangkah perlahan menghampiri Ibu, lalu duduk di sampingnya. Mataku masih menatap layar ponsel dan membaca semua komentar yang bertubi-tubi membanjiri postingan tersebut. Hampir sembilan puluh persen, mereka pro padaku, mendukung dan bahkan hingga mengumpat dan menandai akun Risa. Tapi, lima persen lagi seperti membela Risa, yang malah berujung diserang oleh netizen dan menuduh sebagai pendukung pelakor. Dan yang lima persen sisanya lagi, tampak netral dan mendoakan agar semua terselesaikan dengan cara baik-baik. Jujur, saat ini pun tanganku gemeteran. Aku juga tidak menyangka,
95. Rengga Ragu (Bagian B)Masalahnya, mereka mengundangku untuk datang bersama dengan Risa. Agensiku pun bilang, bahwa aku harus segera meluruskan masalah ini, satu-satunya ya, dengan datang dan muncul langsung bersama dengan Risa. Tak ada pilihan lain, itu pun jika aku masih menginginkan karirku di sosial media aman dan kembali tenang seperti semula. Jika tidak, atau menunggu berita meredup. Mungkin akan semakin banyak netizen yang bertanya-tanya dan merasa tidak puas. Lalu mereka mulai meninggalkan ku dan akhirnya akunku akan sepi dari tawaran atau job-job lainnya."Kenapa lagi? Memang susah jika harus berurusan dengan publik. Apalagi kamu seorang wanita penebar inovatif di kalangan perempuan lain. Mau atau tidak, cepat atau lambat, ya harus mau muncul. Atau kalau tidak, kamu bisa datang bersama dengan Rengga. Tapi, itu nanti. Setelah Rengga pulih, kasihan dia jika tertekan dan menjadi jatuh sakit. Sepertinya, Ibu rasa kalian memang harus segera bertemu bertiga. Untuk meluruskan
96. Rengga Ragu (Bagian C)Aku tercekat, rupanya dada ini masih saja berdegup dengan cepat saat dia memperlakukan ku sehangat ini. Namun, dengan perlahan, aku mulai menarik tanganku kembali.Mas Rengga malah semakin mengeratkan genggaman tangannya."Di sini saja, Key. Jangan pergi!" ujar Mas Rengga dengan suara lirih.Aku kembali terdiam, dan akhirnya berujung pasrah merelakan tanganku dalam dekapannya.Menjelang Magrib, Mas Rengga terbangun. Sehingga mau tak mau membuatku terbangun pula. "Bisa jalan, Mas? Mau mandi?" tanyaku saat melihat dirinya mulai menurunkan kedua kaki dari tempat tidur. Gerakannya lemah sekali hingga membutuhkan waktu sedikit lama hanya untuk menapakkan kaki di atas lantai."Sudah, kamu istirahat saja. Kasihan kamu capek! Aku cuma mau buang air kecil," pamitnya dengan seulas senyum. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat. "Biar aku bantu!" Aku langsung beranjak turun dan memapahnya secara perlahan. Tangan Mas Rengga cukup berat berada di leher ku, namun dengan
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU 97. Obrolan (Bagian A) "Bagaimana bisa kamu menyiram suamimu sendiri seperti tadi, Key? Apa yang sudah dilakukan Rengga padamu?" tanya Ibu yang kini melirik ke arahku dengan pandangan menyelidik. Lalu, beralih menatap Mas Rengga. Tangannya dengan gesit membantu mengusap dada dan sebagian tubuh Mas Rengga yang terkena siraman air, Ibu juga yang sudah membantu suamiku melepaskan pakaiannya. Aku hanya mendengus kasar. Dadaku bergemuruh dan napasku mulai naik turun tidak stabil. Aku tahu, Ibu pasti tidak terima melihat aku bersikap seperti itu, dia akan mengira aku sudah berani kurang ajar kepada suami sendiri. Apalagi, Ibu tidak tahu, apa penyebabnya sehingga aku bertindak senekat itu. "Lebih baik Ibu tanyakan sendiri pada anak semata wayang Ibu! Maaf ya, Bu, Keysa sama sekali nggak bermaksud untuk kurang ajar pada Ibu, apalagi suami sendiri. Tapi, perkataan dan sikap Mas Rengga sudah berlebihan, dia keterlaluan!" ujarku dengan mata menatap tajam k
98. Obrolan (Bagian B)Aku membiarkannya, memberinya waktu untuk berbicara. Sudah lelah aku, dari tadi menanggapinya, memberikan ruang dan jeda waktu untuk mengobrol dengan jelas. Tapi, dia malah berbelit tak karuan. Jadi, ku biarkan saja dia semaunya."Soal Risa, aku mohon jangan pernah berniat untuk melukainya sedikit pun, apalagi menyakitinya, Key! Aku mohon dengan sangat padamu," ujar Mas Rengga dengan suara lirih sekali.Ponsel dalam genggaman tanganku, langsung terjatuh begitu saja di atas kasur. Aku menoleh padanya, hati ini sudah tak tahu lagi, bagaimana rasa dan bentuknya. Mungkin, sudah hancur berkeping atau terbelah-belah.Mataku memanas, seakan cairan bening dari dalam sana berdesak-desakan dan siap untuk turun. Namun, dengan sekuat tenaga aku coba untuk tahan. Aku tidak ingin menangis dan dianggap lemah olehnya. Apalagi, jika dia sampai berhasil untuk meraih tubuhku, lalu membawanya dalam dekapan. Ah, tidak, membayangkannya saja rasanya aku tak mau."Apa kamu bisa mengul
"Jangan berbelit, sebaiknya katakan saja semuanya! Apa saja yang ingin kamu sampaikan, maka sampaikanlah! Aku udah nggak peduli lagi kok. Andai saja proses perceraian dengan abdi negara mudah untuk dilakukan, tentu saja aku sudah melakukannya sejak lama!" tantang Keysa tanpa gentar. "A-apa? Nggak! Keysa, kamu nggak boleh bilang seperti itu, karena kita nggak akan pernah pisah, kita nggak akan pernah cerai, aku bersumpah!" ujar Rengga sungguh-sungguh. Hal itu tentu saja membuat Risa semakin marah, wajah wanita dengan dress berwarna peach itu pun memerah. Tangannya mengepal dengan kuat. "Bagaimana jika kesepakatan yang pernah kau berikan padaku, akan ku sanggupi secepatnya? Bagaimana jika tawaran yang pernah kau ucapkan padaku, sanggup untuk aku penuhi sekarang juga? Apa kau akan tetap bersedia memberikan Mas Rengga untukku? Aku tahu kau seorang wanita cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai popularitas yang cukup diagungkan di seluruh sosial media. Jadi, aku harap semua tantanganm
Bab 48 ENDINGPov Author"Alhamdulillah, akhirnya konferensi pers berjalan dengan lancar. Kita nggak harus buka aib ataupun masalah baru lagi. Beruntungnya juga mereka percaya kalau kejadian waktu itu di Restoran memang diperlukan untuk adegan syuting suatu serial nanti. Padahal, nggak tahu juga itu serial akan tayang kapan dan dimana juga, ya, Mas?" Keysa menghela napas lega. Dia beberapa kali mengusap dadanya dengan lembut. Keduanya saat ini sedang berada di gedung, tepatnya di belakang ruangan yang digunakan untuk jumpa pers tadi."Iya, Sayang. Alhamdulillah! Aku nggak nyangka juga, tanpa briefing pun Keysa bisa dan tahu kapan dia harus buka suara atau tidaknya. Tapi, aku butuh angin segar ini, Sayang. Tadi di dalam udah berasa sidang KPK. Bikin grogi banget, aku sampai mau napas aja susah, loh!" tanggap Rengga kini memandang ke wajah istrinya."Halo, apa kabar kalian? Gimana-gimana acaranya tadi? Lancar kan? Harusnya kalian sih, berterima kasih denganku, ya! Sebab, bibirku yang se
122. Rencana Keysa (Bagian C)Sontak, aku menoleh, ternyata dia tak benar-benar menutup pintu kamar mandi hanya karena ingin melihat aksiku di belakangnya. Ah, suamiku memang unik!"Udah, deh, Mas, jangan bercanda terus! Ayo, buruan! Nggak enak kalau kita nanti terlambat," kataku yang akhirnya memilih untuk tak menggubris candaannya lagi."Key, kamu cantik deh, serius!" ujar Mas Rengga saat aku mulai mengenakan pakaian. Kemeja modern berwarna peach, dipadu dengan celana kulot putih susu. Senada pula dengan hem berwarna peach dan celana kain berwarna putih yang akan dipakai oleh Mas Rengga nanti. "Serius, kita pakai baju couple yang itu, Key? Itu kan warnanya peach gitu. Masak iya aku pakai pink sih, Key?" tanya Mas Rengga masih setia di balik pintu kamar mandi. Dengan melongokkan setengah kepalanya, dia menggeleng seakan keberatan dengan outfit yang kupilih saat ini."Nggak papa, ini bagus banget tahu Mas! Ini kan peach, bukan pink! Siapa pula yang mencetuskan pertama kali, bahwa le
121. Rencana Keysa (Bagian B)"Iya, siap! Aku mengerti, Key, aku paham dengan semua rencana ini. Semoga berhasil, lebih cepat lebih baik, Key! Terima kasih banyak, kamu selalu menolong dan membantu ku hingga begini!" kata Mas Rengga seraya memelukku."Udah, ya, pelukannya!" ujarku berusaha untuk menghindar. Aku hanya menyunggingkan seulas senyum tipis padanya. "Yuk, kita bersiap berangkat! Aku akan mengatakan padanya bahwa kita sudah siap berangkat sebentar lagi. Aku akan menunjukkan padanya, di hadapan media dan semua orang yang sudah hadir untuk menonton, aku akan memamerkan ke seluruh dunia, siapa pemilik mu yang sebenarnya!" seruku dengan mata yang berbinar. Mas Rengga mengangguk antusias. Sementara aku, langsung saja mandi dan bersiap."Key, plakat dan id card serta surat ini sementara akan ku letakkan di dalam brankas kita saja, ya? Boleh?" tanya Mas Rengga sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat."Oke, terserah! Letakkan di tempat paling aman yang kamu rasa bisa dijadika
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU122. Rencana Keysa (Bagian A)"Ini maksudnya apa, sih, Mas? Kan hanya sebuah id card, terus ini apa? Plakat? Maksudnya apa, sih? Aku bingung deh," tanyaku seraya mengerutkan kening. Mas Rengga hanya menggertakkan giginya, hingga bunyi gemeretak terdengar jelas di telinga."Ini id card, hanya 'pemain' ulung yang bisa mendapatkannya. Untuk mendapatkan id card ini, tidak semua orang bisa mencapainya, Key. Apa, ya, aku susah sekali mau jelasin sama kamu. Intinya, ini bisa disebut sebagai penghargaan, Key. Dalam permainan slot judi online, akan ada plakat dan id card yang dikirim, biasanya ditujukan untuk 'pemain' setia yang sudah mencapai level, serta syarat dan ketentuan dari mereka. Ini yang paling tertinggi, ini juga seharusnya rahasia. Jangan sampai ada orang yang tahu, aku punya ini, Key! Ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa aku terjebak dalam permainan judi online secara sadar! Kenapa bisa Risa yang memperolehnya? Apa dia yang sudah mengirimkan plaka
121. Paket Misterius (Bagian C)Rupanya, wanita yang berusaha untuk menggeser posisiku adalah lawan yang cukup tangguh dan juga kuat."Iya, aku tidak sedetail itu, Key. Waktu Yono dan rekan lain memperkenalkan kami, aku juga tidak paham dia siapa. Apa pekerjaannya dan juga statusnya. Aku baru tahu setelah lumayan dekat. Barulah aku mengerti bahwa dia seorang selebgram yang sering diundang sebagai inspirator wanita muda. Cukup menarik!" ujar Mas Rengga."Apanya yang menarik?" tanyaku dengan mata membulat."Eh, nggak! Profilnya, menarik! Iya, hanya itu. Karena wanita bisa mendapatkan kekayaan seperti pengusaha yang sudah bergelut menjalankan bisnis selama puluhan tahun. Tapi, Risa? Hanya dalam hitungan jari saja tahunnya, sudah bisa mendapatkan banyak properti. Banyak investor berlomba-lomba ingin bekerja sama dengannya. Mungkin saja dia pintar berbisnis. Sehingga membuahkan hasil besar!" kata Mas Rengga. Dia menopang dagu nya kembali.Kali ini pandangannya lurus ke arah depan."Halah,
120. Paket Misterius (Bagian B)Pantas sedari tadi dia hanya menunduk, tidak berani menatap kedua bola mataku. Rupanya, Mas Rengga sedang menangis. Bahkan, air matanya ada yang menetes mengenai tanganku."Mas, kamu menangis?" tanyaku seraya mencoba untuk mengangkat dagunya secara perlahan."Keysa, ih. Nggak, ini aku cuma kelilipan," jawabnya dengan nada tegas. Aku tertawa. Rupanya, hanya dengan melihat Mas Rengga seperti itu saja sudah sanggup membuatku tersenyum."Ngapain menangis? Sudah lah, Mas. Santai aja. Kita jalani saja dulu. Yang pasti tugas pertama kita sekarang, mencari tahu keinginan Risa dan apa tujuannya melakukan ini semua. Lalu, kita tinggal mencari tahu siapa dalang di balik surat kaleng yang ditujukan untuk Romo." Aku hanya menenangkan dia apa adanya. Bukannya aku tidak luluh, hanya saja aku malas jika harus berdrama tangis menangis di tempat umum seperti ini. Bisa jadi jika ada yang mem videonya, kami pasti bakal viral lagi. Dan aku nggak mau menambah masalah lagi!
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU119. Paket Misterius (Bagian A)"Ini, Mas!" Mataku masih menatap layar ponsel milik Mas Rengga. Namun sayang, panggilan yang terdengar dari speaker mau tak mau harus merubah kedua ponsel ini menjadi mode pesawat. Namun, Mas Rengga selalu saja menyarankan untuk menonaktifkan nya saja. Entahlah, apa alasannya. "Jangan lupa untuk mematikan ponselnya, Key!" ujar Mas Rengga. Sepertinya dia melihat saat aku hanya mengubah sinyal ponsel menjadi mode pesawat. "Ini udah sama aja kali, Mas!" sahutku seraya mengacungkan dua ponsel ke arahnya dalam posisi mode pesawat."Jangan, Key! Lebih baik nonaktifkan saja! Sini!" pinta Mas Rengga mengulurkan tangannya padaku. "Iya, iya! Biar aku saja yang menggantinya," balasku sembari menekan tombol power hingga kedua ponsel dalam tanganku menggelap, dan kemudian mati."Sudah!" Aku mengangguk lalu memasukkannya ke dalam tas pinggang yang dipakai oleh Mas Rengga."Apa Risa mengirimkan pesan lagi padamu?" tanya Mas Rengg
118. Mungkinkah? (Bagian D)"Terserah. Kita pastikan saja nanti, Mas. Aku juga pusing. Masalah kita belum juga selesai, sekarang harus ditambah lagi masalah surat kaleng yang dikirim pada Romo. Setelah kamu bercerita padaku semuanya, setelah itu juga keluargamu akan tahu, Mas. Terutama Romo dan juga Ibu. Mari kita sebaiknya memikirkan bagaimana cara menyelamatkan nama baik keluarga terlebih dahulu!" ujarku penuh penekanan.Mas Rengga menatapku penasaran, dia seolah ingin tahu, apa maksud dari ucapanku."Maksud kamu bagaimana? Apa hubungannya surat kaleng Romo dengan masalah yang kita hadapi saat ini, Keysa? Kamu jangan membuatku semakin bingung dan merasa tak karuan seperti ini!" kata Mas Rengga dengan tegas. Dia berkali-kali terdengar menghembuskan napas kasar. Dadanya naik turun dengan cepat."Kamu belum tahu kan apa isi surat kaleng itu?" tanyaku padanya."Apa memangnya?" tanya Mas Rengga malah menatapku dengan intens."Di dalam surat kaleng itu mengatakan bahwa kamu terlibat besar