KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU45. Simpanan misterius! (Bagian A)"Keysa ... please!" ujar Mas Rengga dengan wajah mengiba. Aku tak peduli, dengan satu kali hentakan aku memalingkan tubuh untuk membelakanginya saat ini. Dengan lembut Mas Rengga mencolek pundakku. "Key, Mas minta maaf, ya! Sungguh, nggak ada maksud buat kasar ke kamu kok! Maafin ya, Key? Nggak enak nanti didengar Ibu. Jangan sampai Ibu berpikir yang tidak-tidak. Kita harus terlihat harmonis dan baik-baik saja di depannya! Key, ayolah ... bantu aku!" Mas Rengga masih saja menjawil pundakku beberapa kali. Aku hanya menanggapinya dengan bergumam."Key, please dong! Ayolah, datang ya ke acara giat besok. Please jangan bikin nahkoda mu ini malu, Key!" ujar Mas Rengga yang membuatku penasaran seketika.Malu? Kenapa harus malu?Aku pun membalikkan tubuh untuk menghadap ke arahnya. Kutatap wajahnya dengan pandangan datar. "Kenapa harus malu sih, Mas? Apa hubungannya kemaluan mu dengan kehadiran diriku besok?" tanyaku deng
46. Simpanan misterius! (Bagian B)Sungguhkah dia mempunyai uang lebih? Dari mana? Atau dapat dari ceperan harian yang aku tak pernah tahu?"Bahkan dengan nominal lima puluh juta rupiah saja aku sanggup membayarnya, Key! Katakan saja sekarang. Segera hubungi semua agency yang kau isi acaranya lusa. Setelah deal, kamu bisa memberikan nomor rekeningnya padaku. Biarkan aku yang akan menanggung semuanya. Asal kamu bisa ikut pergi denganku mengikuti giat yang akan diadakan lusa!" titah suamiku dengan wajah meyakinkan. Aku hanya mengangguk, mengiyakan semua apa yang dia ucapkan."Oke, baiklah!" sahutku akhirnya menyerah. Baiklah, tidak ada salahnya juga jika lusa aku mengikuti. Lagipula, statusku pun masih menjadi istri sahnya. Jadi, aku juga tak pantas jika menolak. Apalagi, benar yang dikatakan oleh Mas Rengga. Bahwa aku jarang sekali mengikuti kegiatan seperti itu. Semenjak Mas Rengga berlayar. Aku lebih suka mengikuti giat menggunakan zoom dan melalui virtual selama ini. Asal mampang
47. Simpanan misterius! (Bagian C)"Iya lah, sudah beres dan kelar. Jadi, kamu lusa hanya perlu ikut denganku tanpa berpikir atau terbebani dengan segala aktivitas selain itu!" jawab Mas Rengga dengan wajah enteng."Boleh aku lihat bukti transfernya?" tanyaku seraya menadahkan tangan. Mumpung ada Ibu, aku ingin membuat Mas Rengga tak berkutik dengan perintahku."Nanti saja, biar aku kirim ke We-A mu, ya!" balas Mas Rengga seraya mengibaskan tangannya ke udara."Maunya sekarang. Kelamaan dong kalau harus lihat di ponselku. Lagipula, ponselnya juga masih aku charger!" sahutku dengan wajah kesal."Berikan ponselmu kepada Keysa!" titah Ibu yang seketika membuat ku dan Mas Rengga menoleh bersamaan ke arah Ibu."Yes!" sorakku terlihat senang."Nih!" Mas Rengga pun menggeser benda pipih yang berada di atas meja itu ke arahku. Bisa kulihat wajahnya seperti tak ikhlas alias dia merelakan dengan separuh hati."Password-nya?" tanyaku seraya melayangkan ponsel ke arahnya."Sini, pakai sidik jari
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU48. Uang 150 juta! (Bagian A)"Bawa sini hp-nya! Biarkan aku saja yang akan membuka password-nya!" kata Mas Rengga seraya menadahkan tangannya ke arahku. Tentu saja aku menggeleng dengan senyum yang masih tersemat di bibirku yang seksi aduhai ini."Halah, Mas, kelamaan. Kamu, loh, hanya tinggal menyebutkan saja ... berapa kode akses dan juga password-nya. Gitu saja kok dibuat repot!" tolakku seraya mengacungkan ponsel itu ke udara. Sehingga bisa kulihat sekilas, bahwa wajah Mas Rengga sudah memerah. Seperti menahan gejolak emosi yang dia coba untuk tahan."Berapa?" ulangku lagi. Kali ini dengan suara yang cukup nyaring. Sehingga bisa kulihat bahwa Mas Rengga tampak pasrah."Kode akses SAR567. Password tetap seperti biasa!" Jawab Mas Rengga dengan nada yang begitu terpaksa.Aku pun tersenyum dan mencoba untuk memasukkan tiga baris huruf dengan tiga baris angka, untuk membuka kode akses yang terlebih dahulu. Karena untuk password, selalu saja Mas Rengga
49. Uang 150 juta (Bagian A)"Ibu juga kenapa nggak konfirmasi sama Keysa? Kalau begini, Keysa yang nggak enak sama Ibu! Ibu pasti pikir Keysa sudah menerima uangnya, dan tak ada niat untuk mengucapkan terima kasih atau berbasa-basa yang lain. Ibu juga nggak memastikan dulu, apa uang itu sampai atau tidak padaku!" ketusku dengan muka memerah.Aku emosi, itu sudah jelas dan manusiawi. Mana bisa suamiku itu berkata dengan entengnya bahwa dia lupa? Ini duit loh, dan jumlahnya pun ratusan juta! Setenang itu dia menyembunyikan dariku. Dan herannya, mertuaku pun begitu baik. Dia lebih memilih diam dan tidak menanyakan langsung padaku. Aku tak tahu, apa maksudnya!"Sejak kapan kamu membuat nomor rekening baru, Mas? Bukankah akan sulit jika kamu membuatnya di cabang yang jauh dari domisili tempat tinggalmu? Aneh loh, ini!" ujarku dengan wajah kesal."Sudahlah, Key! Aku pusing jika kamu banyak bertanya seperti ini!" kata Mas Rengga malah membentakku."Rengga! Kecilkan nada suaramu pada Keysa! S
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU50. Berlayar ke mana? (Bagian A)"Tiket pesawat? Dengan tujuan ke Surabaya? Dari Kalimantan? Apa aku nggak salah lihat? Dua hari yang lalu bukannya jadwal mu pulang ke sini ya, Mas? Untuk apa kamu menaiki Pesawat? Dari Kalimantan? Kamu dari Kalimantan ke Surabaya naik pesawat? Bukannya perjalanan dinas mu itu berlayar? Kok pesawat, sih? Pesanan siapa ini, Mas?" tanyaku yang kini menatap Mas Rengga dengan wajah bingung. Terlihat Mas Rengga hanya bisa membuang napas dengan kasar. Dia mengetukkan jari-jemarinya di atas meja, sedangkan Ibu hanya memandangnya dengan wajah santai."Mas, jawab! Kamu ini tugasnya apa, sih, sebenarnya? Bukannya kamu pergi berlayar untuk menuju ke daerah latihan pengamanan perbatasan wilayah laut Malindo? Kok malah jadi Kalimantan?" tukasku masih saja berusaha mencari jawaban."Iya! Aku memang melakukan perjalanan lintas laut! Tapi, seminggu sebelum jadwal kepulangan. Aku ditugaskan untuk memantau perbatasan Selat, aku turun d
51. Berlayar ke mana? (Bagian B)Tentu saja, sebagai istri abdi negara dengan status menantu satu-satunya keluarga keraton. Harusnya aku juga mesti tanggap dan langsung cekatan seperti Ibu. Ah, betapa selama ini aku terlalu cuek dengan profesi suamiku? Semua ini tentu saja karena kesibukan ku sendiri. Sehingga aku tak punya waktu untuk memperdalam kegiatan Mas Rengga beserta tetek bengek lainnya."Tunggu, bentar. Ini kalian kenapa? Tiba-tiba kok jadi bersekongkol gini untuk menjebakku? Maksudnya gimana? Apa kalian tidak percaya lagi dengan ucapanku?" tanya Mas Rengga yang saat ini merasa terintimidasi."Ini bukan soal percaya atau tidak percaya! Tapi tentang … bagaimana seorang lelaki harus bisa konsisten dengan semua janji-janjinya! Terlebih, kamu sudah menjadi imam keluarga. Ibu harap, kamu bisa lebih bijak dalam menjadi kepala rumah tangga!" kata Ibu."Oke, tak masalah jika kamu tidak ingin menjawab. Mungkin memang benar jika tentara sekarang sudah mulai berkembang dan mungkin saj
52. Berlayar ke mana? (Bagian C)"Ibu, tunggu! Biar Keysa antar dan temani sampai Ibu tidur!" sahutku yang langsung menyusul langkahnya. Ibu hanya diam saja dan membiarkan ku mensejajarkan langkah dengannya. Entahlah, aku tak peduli lagi pada Mas Rengga. Yang jelas, berkat kebodohannya itu aku jadi mendapatkan uang seratus lima puluh juta dari Ibu mertua secara cuma-cuma. Ya, walaupun masih kurang tujuh juta lagi yang akan dia janjikan nanti malam. Aku akan benar-benar menagihnya nanti!Ibu sepertinya benar-benar sedang banyak pikiran, aku hanya sekedar memijat lembut tangannya. Ibu tampak memejamkan mata, namun aku tahu bahwa Ibu tidak tidur. Terlihat dari kelopak matanya yang bergerak-gerak walaupun tertutup. Mungkin Ibu sedang memikirkan sesuatu dan aku tak berani untuk menanyakannya sekarang. Lagi pula Ibu pasti akan memberitahuku jika dirinya merasa sudah siap. Karena tak ingin mengganggu privasi dan juga ingin dirinya menikmati waktu beristirahat. Aku pun beranjak meninggalka
"Jangan berbelit, sebaiknya katakan saja semuanya! Apa saja yang ingin kamu sampaikan, maka sampaikanlah! Aku udah nggak peduli lagi kok. Andai saja proses perceraian dengan abdi negara mudah untuk dilakukan, tentu saja aku sudah melakukannya sejak lama!" tantang Keysa tanpa gentar. "A-apa? Nggak! Keysa, kamu nggak boleh bilang seperti itu, karena kita nggak akan pernah pisah, kita nggak akan pernah cerai, aku bersumpah!" ujar Rengga sungguh-sungguh. Hal itu tentu saja membuat Risa semakin marah, wajah wanita dengan dress berwarna peach itu pun memerah. Tangannya mengepal dengan kuat. "Bagaimana jika kesepakatan yang pernah kau berikan padaku, akan ku sanggupi secepatnya? Bagaimana jika tawaran yang pernah kau ucapkan padaku, sanggup untuk aku penuhi sekarang juga? Apa kau akan tetap bersedia memberikan Mas Rengga untukku? Aku tahu kau seorang wanita cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai popularitas yang cukup diagungkan di seluruh sosial media. Jadi, aku harap semua tantanganm
Bab 48 ENDINGPov Author"Alhamdulillah, akhirnya konferensi pers berjalan dengan lancar. Kita nggak harus buka aib ataupun masalah baru lagi. Beruntungnya juga mereka percaya kalau kejadian waktu itu di Restoran memang diperlukan untuk adegan syuting suatu serial nanti. Padahal, nggak tahu juga itu serial akan tayang kapan dan dimana juga, ya, Mas?" Keysa menghela napas lega. Dia beberapa kali mengusap dadanya dengan lembut. Keduanya saat ini sedang berada di gedung, tepatnya di belakang ruangan yang digunakan untuk jumpa pers tadi."Iya, Sayang. Alhamdulillah! Aku nggak nyangka juga, tanpa briefing pun Keysa bisa dan tahu kapan dia harus buka suara atau tidaknya. Tapi, aku butuh angin segar ini, Sayang. Tadi di dalam udah berasa sidang KPK. Bikin grogi banget, aku sampai mau napas aja susah, loh!" tanggap Rengga kini memandang ke wajah istrinya."Halo, apa kabar kalian? Gimana-gimana acaranya tadi? Lancar kan? Harusnya kalian sih, berterima kasih denganku, ya! Sebab, bibirku yang se
122. Rencana Keysa (Bagian C)Sontak, aku menoleh, ternyata dia tak benar-benar menutup pintu kamar mandi hanya karena ingin melihat aksiku di belakangnya. Ah, suamiku memang unik!"Udah, deh, Mas, jangan bercanda terus! Ayo, buruan! Nggak enak kalau kita nanti terlambat," kataku yang akhirnya memilih untuk tak menggubris candaannya lagi."Key, kamu cantik deh, serius!" ujar Mas Rengga saat aku mulai mengenakan pakaian. Kemeja modern berwarna peach, dipadu dengan celana kulot putih susu. Senada pula dengan hem berwarna peach dan celana kain berwarna putih yang akan dipakai oleh Mas Rengga nanti. "Serius, kita pakai baju couple yang itu, Key? Itu kan warnanya peach gitu. Masak iya aku pakai pink sih, Key?" tanya Mas Rengga masih setia di balik pintu kamar mandi. Dengan melongokkan setengah kepalanya, dia menggeleng seakan keberatan dengan outfit yang kupilih saat ini."Nggak papa, ini bagus banget tahu Mas! Ini kan peach, bukan pink! Siapa pula yang mencetuskan pertama kali, bahwa le
121. Rencana Keysa (Bagian B)"Iya, siap! Aku mengerti, Key, aku paham dengan semua rencana ini. Semoga berhasil, lebih cepat lebih baik, Key! Terima kasih banyak, kamu selalu menolong dan membantu ku hingga begini!" kata Mas Rengga seraya memelukku."Udah, ya, pelukannya!" ujarku berusaha untuk menghindar. Aku hanya menyunggingkan seulas senyum tipis padanya. "Yuk, kita bersiap berangkat! Aku akan mengatakan padanya bahwa kita sudah siap berangkat sebentar lagi. Aku akan menunjukkan padanya, di hadapan media dan semua orang yang sudah hadir untuk menonton, aku akan memamerkan ke seluruh dunia, siapa pemilik mu yang sebenarnya!" seruku dengan mata yang berbinar. Mas Rengga mengangguk antusias. Sementara aku, langsung saja mandi dan bersiap."Key, plakat dan id card serta surat ini sementara akan ku letakkan di dalam brankas kita saja, ya? Boleh?" tanya Mas Rengga sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat."Oke, terserah! Letakkan di tempat paling aman yang kamu rasa bisa dijadika
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU122. Rencana Keysa (Bagian A)"Ini maksudnya apa, sih, Mas? Kan hanya sebuah id card, terus ini apa? Plakat? Maksudnya apa, sih? Aku bingung deh," tanyaku seraya mengerutkan kening. Mas Rengga hanya menggertakkan giginya, hingga bunyi gemeretak terdengar jelas di telinga."Ini id card, hanya 'pemain' ulung yang bisa mendapatkannya. Untuk mendapatkan id card ini, tidak semua orang bisa mencapainya, Key. Apa, ya, aku susah sekali mau jelasin sama kamu. Intinya, ini bisa disebut sebagai penghargaan, Key. Dalam permainan slot judi online, akan ada plakat dan id card yang dikirim, biasanya ditujukan untuk 'pemain' setia yang sudah mencapai level, serta syarat dan ketentuan dari mereka. Ini yang paling tertinggi, ini juga seharusnya rahasia. Jangan sampai ada orang yang tahu, aku punya ini, Key! Ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa aku terjebak dalam permainan judi online secara sadar! Kenapa bisa Risa yang memperolehnya? Apa dia yang sudah mengirimkan plaka
121. Paket Misterius (Bagian C)Rupanya, wanita yang berusaha untuk menggeser posisiku adalah lawan yang cukup tangguh dan juga kuat."Iya, aku tidak sedetail itu, Key. Waktu Yono dan rekan lain memperkenalkan kami, aku juga tidak paham dia siapa. Apa pekerjaannya dan juga statusnya. Aku baru tahu setelah lumayan dekat. Barulah aku mengerti bahwa dia seorang selebgram yang sering diundang sebagai inspirator wanita muda. Cukup menarik!" ujar Mas Rengga."Apanya yang menarik?" tanyaku dengan mata membulat."Eh, nggak! Profilnya, menarik! Iya, hanya itu. Karena wanita bisa mendapatkan kekayaan seperti pengusaha yang sudah bergelut menjalankan bisnis selama puluhan tahun. Tapi, Risa? Hanya dalam hitungan jari saja tahunnya, sudah bisa mendapatkan banyak properti. Banyak investor berlomba-lomba ingin bekerja sama dengannya. Mungkin saja dia pintar berbisnis. Sehingga membuahkan hasil besar!" kata Mas Rengga. Dia menopang dagu nya kembali.Kali ini pandangannya lurus ke arah depan."Halah,
120. Paket Misterius (Bagian B)Pantas sedari tadi dia hanya menunduk, tidak berani menatap kedua bola mataku. Rupanya, Mas Rengga sedang menangis. Bahkan, air matanya ada yang menetes mengenai tanganku."Mas, kamu menangis?" tanyaku seraya mencoba untuk mengangkat dagunya secara perlahan."Keysa, ih. Nggak, ini aku cuma kelilipan," jawabnya dengan nada tegas. Aku tertawa. Rupanya, hanya dengan melihat Mas Rengga seperti itu saja sudah sanggup membuatku tersenyum."Ngapain menangis? Sudah lah, Mas. Santai aja. Kita jalani saja dulu. Yang pasti tugas pertama kita sekarang, mencari tahu keinginan Risa dan apa tujuannya melakukan ini semua. Lalu, kita tinggal mencari tahu siapa dalang di balik surat kaleng yang ditujukan untuk Romo." Aku hanya menenangkan dia apa adanya. Bukannya aku tidak luluh, hanya saja aku malas jika harus berdrama tangis menangis di tempat umum seperti ini. Bisa jadi jika ada yang mem videonya, kami pasti bakal viral lagi. Dan aku nggak mau menambah masalah lagi!
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU119. Paket Misterius (Bagian A)"Ini, Mas!" Mataku masih menatap layar ponsel milik Mas Rengga. Namun sayang, panggilan yang terdengar dari speaker mau tak mau harus merubah kedua ponsel ini menjadi mode pesawat. Namun, Mas Rengga selalu saja menyarankan untuk menonaktifkan nya saja. Entahlah, apa alasannya. "Jangan lupa untuk mematikan ponselnya, Key!" ujar Mas Rengga. Sepertinya dia melihat saat aku hanya mengubah sinyal ponsel menjadi mode pesawat. "Ini udah sama aja kali, Mas!" sahutku seraya mengacungkan dua ponsel ke arahnya dalam posisi mode pesawat."Jangan, Key! Lebih baik nonaktifkan saja! Sini!" pinta Mas Rengga mengulurkan tangannya padaku. "Iya, iya! Biar aku saja yang menggantinya," balasku sembari menekan tombol power hingga kedua ponsel dalam tanganku menggelap, dan kemudian mati."Sudah!" Aku mengangguk lalu memasukkannya ke dalam tas pinggang yang dipakai oleh Mas Rengga."Apa Risa mengirimkan pesan lagi padamu?" tanya Mas Rengg
118. Mungkinkah? (Bagian D)"Terserah. Kita pastikan saja nanti, Mas. Aku juga pusing. Masalah kita belum juga selesai, sekarang harus ditambah lagi masalah surat kaleng yang dikirim pada Romo. Setelah kamu bercerita padaku semuanya, setelah itu juga keluargamu akan tahu, Mas. Terutama Romo dan juga Ibu. Mari kita sebaiknya memikirkan bagaimana cara menyelamatkan nama baik keluarga terlebih dahulu!" ujarku penuh penekanan.Mas Rengga menatapku penasaran, dia seolah ingin tahu, apa maksud dari ucapanku."Maksud kamu bagaimana? Apa hubungannya surat kaleng Romo dengan masalah yang kita hadapi saat ini, Keysa? Kamu jangan membuatku semakin bingung dan merasa tak karuan seperti ini!" kata Mas Rengga dengan tegas. Dia berkali-kali terdengar menghembuskan napas kasar. Dadanya naik turun dengan cepat."Kamu belum tahu kan apa isi surat kaleng itu?" tanyaku padanya."Apa memangnya?" tanya Mas Rengga malah menatapku dengan intens."Di dalam surat kaleng itu mengatakan bahwa kamu terlibat besar