Home / Pernikahan / KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU / 33. Ultimatum Ibu Mertua! (Bagian B)

Share

33. Ultimatum Ibu Mertua! (Bagian B)

Author: Aksara Ocean
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

33. Ultimatum Ibu Mertua! (Bagian B)

Ibu mertua, hanya menyimak dengan wajah yang sulit untuk ku artikan. Karena sampai saat ini pun, aku tidak bisa menyelami isi pikiran apalagi isi hati darinya.

"Benar kok, Bu. Aku sama sekali nggak masalah, ataupun keberatan. Sistem hidup berumah tangga dengan Keysa itu mudah. Aku nggak pernah takut kehilangan lelaki yang nggak setia. Karena aku pun nggak akan meninggalkan pria-ku dalam kondisi apapun dan bagaimanapun keadaannya. Asalkan ... dia tidak mencintai yang lain. Sekali saja, dia berani menghadirkan wanita lain dalam rumah tangga kita. Maka, itu berarti tandanya aku disuruh pergi saat itu juga. Selesai. Karena bicara tentang setia atau tidaknya seseorang, itu semua tergantung karakter dan prinsip orang itu sendiri. Jadi, sudah tidak perlu lagi untuk ditanyakan kenapa alasannya, bagaimana bisa, atau bahkan bertanya tentang pendapatnya hingga terkadang menimbulkan perdebatan. Apalagi, berusaha untuk menyalahkan diri. Insecure karena merasa k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   34. Apa yang Ibu bicarakan? (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU34. Apa yang Ibu bicarakan? (Bagian A)"Terima kasih banyak, Risa. Semoga kau mau datang lagi ke rumahku untuk bersilaturahmi! Bagaimana dengan malam ini? Sungguh malam yang begitu asyik dan seru untuk dinikmati, bukan?" tanyaku seraya melipat tangan ke depan dada. Tak lupa, aku menampilkan senyum terbaik yang pernah kumiliki."Jangan tersenyum terlalu yakin begitu. Boleh jadi sekarang kamu sedang bahagia menikmati masa indahmu! Tapi, jangan salah! Hidup tak semulus lantai rumahmu, Mbak! Tunggu aja, aku nggak akan membiarkan kamu menang! Jangan terlalu percaya diri juga, aku hanya sedang mengalah sekarang! Kita tunggu saja nanti, siapa yang pantas menyandang gelar menantu untuk keluarga Sastrowijoyo!" ujar Risa seraya menjentikkan jarinya yang dipoles kuteks berwarna bening dengan glitter emas di atasnya. "Oke! Dengan senang hati akan ku tunggu. Cepat lah pulang, mandi lalu beristirahat! Jangan lupa untuk minum susu hangat campur jahe, agar tidurmu b

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   35. Apa yang Ibu bicarakan? (Bagian B)

    35. Apa yang Ibu bicarakan? (Bagian B)Kalimat dan tatanan bahasa yang dia ucapkan sungguh tidak dapat ku mengerti, karena mungkin saja dia sedang salah tingkah. Karena saat ini sedang dipandang begitu lekat oleh cinta pertamaku."Sudah-sudah, kenapa jadi membahas dan berdebat hal yang tidak penting begini? Ya sudah, ayo, Pak! Kita pamit pulang. Bukannya tadi Bapak bilang orangnya sudah dalam perjalanan, ya? Ndak enak nanti kalau orang yang udah janjian ketemu sama kita, malah menunggu lebih lama. Biasakan untuk tepat waktu jika sudah mempunyai janji dengan seseorang!" timpal Ibu seraya beranjak dari tempatnya duduk. Ibuku itu pun bergegas mengambil piring-piring kotor yang sudah terkumpul untuk dibawa ke wastafel, sehingga tiba-tiba saja ibu mertuaku pun melarangnya."Sudah, Besan. Taruh saja itu ke atas wastafel. Ndak usah dicuci, biar nanti saya yang akan menyelesaikan. Lagipula saya juga tidak capek dan tidak ada keperluan apa-apa. Sudah, cepat sana temui orangnya. Bener kata Bes

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   36. Ancaman! (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU36. Ancaman! (Bagian A)"Tolong matikan dulu ponsel mu itu, Rengga! Karena ucapan Ibu ini nanti begitu serius, sehingga kalian berdua harus menyimak dengan baik-baik! Ini juga akan menyangkut harga diri Ibu sebagai penerus dari generasi ningrat yang sudah disematkan oleh nenek moyang. Jadi, tidak bisa kalian abaikan begitu saja!" kata Ibu mertua seraya melotot ke arah Mas Rengga. Tumben! Biasanya Ibu selalu memanggil suamiku dengan sebutan 'Le' atau kadang Raden Mas. Namun, sungguh berbeda dengan kali ini karena Ibu hanya memanggil dengan sebutan Rengga saja. Hal itu malah membuatku penasaran sekaligus ketar-ketir karena tak biasanya."Nggeh, Bu!" sahut Mas Rangga dengan tegas. Dia pun memasukkan ponselnya ke dalam saku celana yang dia kenakan. Aku hanya meliriknya sekilas, biasanya dia akan menyuruhku untuk meletakkan ponsel itu di atas meja atau di mana saja sesukaku menyimpannya. Namun, berbeda dengan kedatangannya kali ini. Dia lebih suka memeg

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   37. Ancaman! (Bagian B)

    37. Ancaman! (Bagian B)"Loh, kok Ibu malah nyambung ke halal dan haram? Memangnya makanan hehe!" celetuk Mas Rengga seraya cengengesan, seolah Ibu tengah mempertontonkan sebuah dagelan. Aku pun mengernyitkan kening, merasa heran dengan sikap Mas Rangga. Karena memang tidak ada hal yang lucu di pembicaraan kami kali ini, bahkan menurutku ... Ibu sedang serius membicarakan sesuatu, terlihat dari wajahnya yang tegang!"Kenapa kamu tertawa? Apa ada yang lucu?" tanya Ibu seraya menaikkan satu alis. Dia menatap suamiku dengan tajam."Eh, nggak, Bu. Maaf, Rengga pikir ya, kan, kita sedang bahas bahagia. Kok rasanya aneh, tiba-tiba nyambung ke barang haram dan halal!" sahut Mas Rengga sembari tersenyum. Sempat-sempatnya, dia memamerkan barisan gigi di saat kondisi serius begini. Aku tak habis pikir."Karena semuanya ini nanti akan saling berkesinambungan. Sekarang Ibu mau tanya, tolong kalian pikirkan baik-baik! Apa bedanya seseorang yang mengatakan daging babi haram untuk dimakan, tapi mal

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   38. Telepon di saat yang tak tepat! (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU38. Telepon di saat yang tak tepat! (Bagian A)“Apa bagaimana maksud kamu, Key? Jangan ngada-ngada, deh, kamu! Suka sembarangan kalau ngomong!" ujar Mas Rengga yang malah melotot kan bola matanya ke arahku. Aku pun hanya tersenyum miring, sedangkan Ibu kini seakan minta jawaban atas seruanku baru saja."Apa maksudnya, Key?" tanya Ibu ikut-ikutan kaget. Hampir saja Ibu terlonjak karena kaget."Ada niatan mungkin, Bu. Maksud aku!" sahutku dengan wajah tenang. Belum, aku rasa belum saatnya membongkar dan memberitahu Ibu. Karena aku sendiri pun tidak bisa menjamin, apa yang akan terjadi pada kehidupan ku selanjutnya. Lagi pula, aku sendiri juga belum mendapatkan bukti yang valid atas kedekatan Mas Rengga dengan Risa. Sejauh ini hanya bukti pesan singkat yang dikirimkan Risa kepada Mas Rengga, juga pengakuan darinya secara terang-terangan. Untuk bukti dari Mas Rengga sendiri pun, aku belum menemukan apa-apa. Jadi, setidaknya aku harus sabar dan menunggu

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   39. Telepon di saat yang tak tepat! (Bagian B)

    39. Telepon di saat yang tak tepat! (Bagian B)"Eh, nggak, Bu. Keysa lanjut menyimak!" tugasku cepat."Iya, sekali lagi Ibu tekankan ... bahwa nikmat kepuasan yang sesungguhnya itu adalah, nikmat milik mereka yang halal. Karena yang halal, dalam pemenuhannya akan mendapat ridho dan pahala dari Allah subhanahu wa ta'ala. Jangan salah, lho! Di dalam kemaluan kalian masing-masing itu ada sedekah dan juga pahala. Jadi, jangan ragu, untuk menempuh ibadah dengan niat mencari pahala sebanyak-banyaknya!" kata Ibu seraya menyeringai."Iya, Bu!" sahut Mas Rengga seraya menggigit bibir bawahnya."Tapi, Bu ... jika di dalam kemaluan istri sah, isinya pahala? Lalu, di dalam kemaluan pelakor isinya apa?" tanyaku yang kini memasang wajah polos."Keysa! Ada-ada saja kamu ini yang ditanyakan!" seru Mas Rengga berusaha menegurku."Lah, apa, sih? Aku kan hanya bertanya karena memang nggak tahu!" balasku sembari mengedikkan bahu."Di dalam istri sah, isinya pahala. Kalau di dalam kemaluan pelakor ... t

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   40. Tangisan Ibu! (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU40. Tangisan Ibu! (Bagian A)"Kenapa malah bengong begitu? Ayo, cepat angkat! Keburu nanti temanmu itu tidak sabar, loh!" kata Ibu seraya mengacungkan tangannya ke wajah Mas Rengga. Matanya menyorot dengan tajam, dia terlihat memicingkan mata beberapa kali, untuk memastikan bahwa Mas Rengga mau menuruti perintahnya dengan segera."Nggak kok, Bu. Nggak apa-apa. Nanti jika memang dia perlu sesuatu, atau mungkin ada keperluan yang mendesak juga dia akan menelepon kembali!" sahut Mas Rengga sembari menutupi kegugupannya. Sebagai seorang istri yang sudah menemaninya beberapa tahun belakangan ini, membuatku paham bahwa suamiku itu kini tengah terlihat khawatir. Wajahnya yang terlihat gugup, matanya yang seakan memandang dengan tatapan kosong, hidungnya yang kembang kempis seolah sedang menunggu satu kabar dari seseorang. Serta bibirnya yang terkadang dia gigit dengan singkat, dan berkomat-kamit seperti mengucapkan kalimat tertentu. Mas Rengga benar-benar

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   41. Tangisan Ibu! (Bagian B)

    41. Tangisan Ibu! (Bagian B)"Atau mungkin saja aturan dan juga ketetapan terbaru untuk abdi negara itu berubah? Sehingga Ibu belum mengikuti perkembangannya?" tanya Ibu dengan wajah yang begitu penasaran. Dan Mas Rengga pun hanya menjawab dengan senyuman yang begitu tipis."Please, Ibu. Rengga mohon, hargailah privasi dan juga keputusan Rengga kali ini, karena ini semua menyangkut perihal pekerjaan. Jadi Rengga mohon maaf, kalau harus menerima panggilan telepon di luar. Siapa tahu ada sesuatu hal yang penting, yang memang tidak boleh diberikan atau dibocorkan kepada orang lain tentang informasi tersebut. Karena memang, biasanya pun, jika ada pemberitahuan mendadak seperti ini. Maka itu tandanya ada beberapa informasi yang begitu penting dan bisa jadi ... perlu untuk dilindungi!" kata suamiku dengan nada tegas. Sembari berlari kecil, Mas Rengga pun meninggalkan kami dengan segudang pertanyaan. Ibu pun mendelik, baru saja dia hendak berdiri karena menyusul Mas Rengga. Namun, dengan c

Latest chapter

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   124. ENDING B

    "Jangan berbelit, sebaiknya katakan saja semuanya! Apa saja yang ingin kamu sampaikan, maka sampaikanlah! Aku udah nggak peduli lagi kok. Andai saja proses perceraian dengan abdi negara mudah untuk dilakukan, tentu saja aku sudah melakukannya sejak lama!" tantang Keysa tanpa gentar. "A-apa? Nggak! Keysa, kamu nggak boleh bilang seperti itu, karena kita nggak akan pernah pisah, kita nggak akan pernah cerai, aku bersumpah!" ujar Rengga sungguh-sungguh. Hal itu tentu saja membuat Risa semakin marah, wajah wanita dengan dress berwarna peach itu pun memerah. Tangannya mengepal dengan kuat. "Bagaimana jika kesepakatan yang pernah kau berikan padaku, akan ku sanggupi secepatnya? Bagaimana jika tawaran yang pernah kau ucapkan padaku, sanggup untuk aku penuhi sekarang juga? Apa kau akan tetap bersedia memberikan Mas Rengga untukku? Aku tahu kau seorang wanita cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai popularitas yang cukup diagungkan di seluruh sosial media. Jadi, aku harap semua tantanganm

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   123. ENDING A

    Bab 48 ENDINGPov Author"Alhamdulillah, akhirnya konferensi pers berjalan dengan lancar. Kita nggak harus buka aib ataupun masalah baru lagi. Beruntungnya juga mereka percaya kalau kejadian waktu itu di Restoran memang diperlukan untuk adegan syuting suatu serial nanti. Padahal, nggak tahu juga itu serial akan tayang kapan dan dimana juga, ya, Mas?" Keysa menghela napas lega. Dia beberapa kali mengusap dadanya dengan lembut. Keduanya saat ini sedang berada di gedung, tepatnya di belakang ruangan yang digunakan untuk jumpa pers tadi."Iya, Sayang. Alhamdulillah! Aku nggak nyangka juga, tanpa briefing pun Keysa bisa dan tahu kapan dia harus buka suara atau tidaknya. Tapi, aku butuh angin segar ini, Sayang. Tadi di dalam udah berasa sidang KPK. Bikin grogi banget, aku sampai mau napas aja susah, loh!" tanggap Rengga kini memandang ke wajah istrinya."Halo, apa kabar kalian? Gimana-gimana acaranya tadi? Lancar kan? Harusnya kalian sih, berterima kasih denganku, ya! Sebab, bibirku yang se

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   122. Rencana Keysa (Bagian C)

    122. Rencana Keysa (Bagian C)Sontak, aku menoleh, ternyata dia tak benar-benar menutup pintu kamar mandi hanya karena ingin melihat aksiku di belakangnya. Ah, suamiku memang unik!"Udah, deh, Mas, jangan bercanda terus! Ayo, buruan! Nggak enak kalau kita nanti terlambat," kataku yang akhirnya memilih untuk tak menggubris candaannya lagi."Key, kamu cantik deh, serius!" ujar Mas Rengga saat aku mulai mengenakan pakaian. Kemeja modern berwarna peach, dipadu dengan celana kulot putih susu. Senada pula dengan hem berwarna peach dan celana kain berwarna putih yang akan dipakai oleh Mas Rengga nanti. "Serius, kita pakai baju couple yang itu, Key? Itu kan warnanya peach gitu. Masak iya aku pakai pink sih, Key?" tanya Mas Rengga masih setia di balik pintu kamar mandi. Dengan melongokkan setengah kepalanya, dia menggeleng seakan keberatan dengan outfit yang kupilih saat ini."Nggak papa, ini bagus banget tahu Mas! Ini kan peach, bukan pink! Siapa pula yang mencetuskan pertama kali, bahwa le

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   121. Rencana Keysa (Bagian B)

    121. Rencana Keysa (Bagian B)"Iya, siap! Aku mengerti, Key, aku paham dengan semua rencana ini. Semoga berhasil, lebih cepat lebih baik, Key! Terima kasih banyak, kamu selalu menolong dan membantu ku hingga begini!" kata Mas Rengga seraya memelukku."Udah, ya, pelukannya!" ujarku berusaha untuk menghindar. Aku hanya menyunggingkan seulas senyum tipis padanya. "Yuk, kita bersiap berangkat! Aku akan mengatakan padanya bahwa kita sudah siap berangkat sebentar lagi. Aku akan menunjukkan padanya, di hadapan media dan semua orang yang sudah hadir untuk menonton, aku akan memamerkan ke seluruh dunia, siapa pemilik mu yang sebenarnya!" seruku dengan mata yang berbinar. Mas Rengga mengangguk antusias. Sementara aku, langsung saja mandi dan bersiap."Key, plakat dan id card serta surat ini sementara akan ku letakkan di dalam brankas kita saja, ya? Boleh?" tanya Mas Rengga sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat."Oke, terserah! Letakkan di tempat paling aman yang kamu rasa bisa dijadika

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   122. Rencana Keysa (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU122. Rencana Keysa (Bagian A)"Ini maksudnya apa, sih, Mas? Kan hanya sebuah id card, terus ini apa? Plakat? Maksudnya apa, sih? Aku bingung deh," tanyaku seraya mengerutkan kening. Mas Rengga hanya menggertakkan giginya, hingga bunyi gemeretak terdengar jelas di telinga."Ini id card, hanya 'pemain' ulung yang bisa mendapatkannya. Untuk mendapatkan id card ini, tidak semua orang bisa mencapainya, Key. Apa, ya, aku susah sekali mau jelasin sama kamu. Intinya, ini bisa disebut sebagai penghargaan, Key. Dalam permainan slot judi online, akan ada plakat dan id card yang dikirim, biasanya ditujukan untuk 'pemain' setia yang sudah mencapai level, serta syarat dan ketentuan dari mereka. Ini yang paling tertinggi, ini juga seharusnya rahasia. Jangan sampai ada orang yang tahu, aku punya ini, Key! Ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa aku terjebak dalam permainan judi online secara sadar! Kenapa bisa Risa yang memperolehnya? Apa dia yang sudah mengirimkan plaka

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   121. Paket Misterius (Bagian C)

    121. Paket Misterius (Bagian C)Rupanya, wanita yang berusaha untuk menggeser posisiku adalah lawan yang cukup tangguh dan juga kuat."Iya, aku tidak sedetail itu, Key. Waktu Yono dan rekan lain memperkenalkan kami, aku juga tidak paham dia siapa. Apa pekerjaannya dan juga statusnya. Aku baru tahu setelah lumayan dekat. Barulah aku mengerti bahwa dia seorang selebgram yang sering diundang sebagai inspirator wanita muda. Cukup menarik!" ujar Mas Rengga."Apanya yang menarik?" tanyaku dengan mata membulat."Eh, nggak! Profilnya, menarik! Iya, hanya itu. Karena wanita bisa mendapatkan kekayaan seperti pengusaha yang sudah bergelut menjalankan bisnis selama puluhan tahun. Tapi, Risa? Hanya dalam hitungan jari saja tahunnya, sudah bisa mendapatkan banyak properti. Banyak investor berlomba-lomba ingin bekerja sama dengannya. Mungkin saja dia pintar berbisnis. Sehingga membuahkan hasil besar!" kata Mas Rengga. Dia menopang dagu nya kembali.Kali ini pandangannya lurus ke arah depan."Halah,

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   120. Paket Misterius (Bagian B)

    120. Paket Misterius (Bagian B)Pantas sedari tadi dia hanya menunduk, tidak berani menatap kedua bola mataku. Rupanya, Mas Rengga sedang menangis. Bahkan, air matanya ada yang menetes mengenai tanganku."Mas, kamu menangis?" tanyaku seraya mencoba untuk mengangkat dagunya secara perlahan."Keysa, ih. Nggak, ini aku cuma kelilipan," jawabnya dengan nada tegas. Aku tertawa. Rupanya, hanya dengan melihat Mas Rengga seperti itu saja sudah sanggup membuatku tersenyum."Ngapain menangis? Sudah lah, Mas. Santai aja. Kita jalani saja dulu. Yang pasti tugas pertama kita sekarang, mencari tahu keinginan Risa dan apa tujuannya melakukan ini semua. Lalu, kita tinggal mencari tahu siapa dalang di balik surat kaleng yang ditujukan untuk Romo." Aku hanya menenangkan dia apa adanya. Bukannya aku tidak luluh, hanya saja aku malas jika harus berdrama tangis menangis di tempat umum seperti ini. Bisa jadi jika ada yang mem videonya, kami pasti bakal viral lagi. Dan aku nggak mau menambah masalah lagi!

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   119. Paket Misterius (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU119. Paket Misterius (Bagian A)"Ini, Mas!" Mataku masih menatap layar ponsel milik Mas Rengga. Namun sayang, panggilan yang terdengar dari speaker mau tak mau harus merubah kedua ponsel ini menjadi mode pesawat. Namun, Mas Rengga selalu saja menyarankan untuk menonaktifkan nya saja. Entahlah, apa alasannya. "Jangan lupa untuk mematikan ponselnya, Key!" ujar Mas Rengga. Sepertinya dia melihat saat aku hanya mengubah sinyal ponsel menjadi mode pesawat. "Ini udah sama aja kali, Mas!" sahutku seraya mengacungkan dua ponsel ke arahnya dalam posisi mode pesawat."Jangan, Key! Lebih baik nonaktifkan saja! Sini!" pinta Mas Rengga mengulurkan tangannya padaku. "Iya, iya! Biar aku saja yang menggantinya," balasku sembari menekan tombol power hingga kedua ponsel dalam tanganku menggelap, dan kemudian mati."Sudah!" Aku mengangguk lalu memasukkannya ke dalam tas pinggang yang dipakai oleh Mas Rengga."Apa Risa mengirimkan pesan lagi padamu?" tanya Mas Rengg

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   118. Mungkinkah? (Bagian D)

    118. Mungkinkah? (Bagian D)"Terserah. Kita pastikan saja nanti, Mas. Aku juga pusing. Masalah kita belum juga selesai, sekarang harus ditambah lagi masalah surat kaleng yang dikirim pada Romo. Setelah kamu bercerita padaku semuanya, setelah itu juga keluargamu akan tahu, Mas. Terutama Romo dan juga Ibu. Mari kita sebaiknya memikirkan bagaimana cara menyelamatkan nama baik keluarga terlebih dahulu!" ujarku penuh penekanan.Mas Rengga menatapku penasaran, dia seolah ingin tahu, apa maksud dari ucapanku."Maksud kamu bagaimana? Apa hubungannya surat kaleng Romo dengan masalah yang kita hadapi saat ini, Keysa? Kamu jangan membuatku semakin bingung dan merasa tak karuan seperti ini!" kata Mas Rengga dengan tegas. Dia berkali-kali terdengar menghembuskan napas kasar. Dadanya naik turun dengan cepat."Kamu belum tahu kan apa isi surat kaleng itu?" tanyaku padanya."Apa memangnya?" tanya Mas Rengga malah menatapku dengan intens."Di dalam surat kaleng itu mengatakan bahwa kamu terlibat besar

DMCA.com Protection Status