Beranda / Pernikahan / KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU / 39. Telepon di saat yang tak tepat! (Bagian B)

Share

39. Telepon di saat yang tak tepat! (Bagian B)

Penulis: Aksara Ocean
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

39. Telepon di saat yang tak tepat! (Bagian B)

"Eh, nggak, Bu. Keysa lanjut menyimak!" tugasku cepat.

"Iya, sekali lagi Ibu tekankan ... bahwa nikmat kepuasan yang sesungguhnya itu adalah, nikmat milik mereka yang halal. Karena yang halal, dalam pemenuhannya akan mendapat ridho dan pahala dari Allah subhanahu wa ta'ala. Jangan salah, lho! Di dalam kemaluan kalian masing-masing itu ada sedekah dan juga pahala. Jadi, jangan ragu, untuk menempuh ibadah dengan niat mencari pahala sebanyak-banyaknya!" kata Ibu seraya menyeringai.

"Iya, Bu!" sahut Mas Rengga seraya menggigit bibir bawahnya.

"Tapi, Bu ... jika di dalam kemaluan istri sah, isinya pahala? Lalu, di dalam kemaluan pelakor isinya apa?" tanyaku yang kini memasang wajah polos.

"Keysa! Ada-ada saja kamu ini yang ditanyakan!" seru Mas Rengga berusaha menegurku.

"Lah, apa, sih? Aku kan hanya bertanya karena memang nggak tahu!" balasku sembari mengedikkan bahu.

"Di dalam istri sah, isinya pahala. Kalau di dalam kemaluan pelakor ... t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   40. Tangisan Ibu! (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU40. Tangisan Ibu! (Bagian A)"Kenapa malah bengong begitu? Ayo, cepat angkat! Keburu nanti temanmu itu tidak sabar, loh!" kata Ibu seraya mengacungkan tangannya ke wajah Mas Rengga. Matanya menyorot dengan tajam, dia terlihat memicingkan mata beberapa kali, untuk memastikan bahwa Mas Rengga mau menuruti perintahnya dengan segera."Nggak kok, Bu. Nggak apa-apa. Nanti jika memang dia perlu sesuatu, atau mungkin ada keperluan yang mendesak juga dia akan menelepon kembali!" sahut Mas Rengga sembari menutupi kegugupannya. Sebagai seorang istri yang sudah menemaninya beberapa tahun belakangan ini, membuatku paham bahwa suamiku itu kini tengah terlihat khawatir. Wajahnya yang terlihat gugup, matanya yang seakan memandang dengan tatapan kosong, hidungnya yang kembang kempis seolah sedang menunggu satu kabar dari seseorang. Serta bibirnya yang terkadang dia gigit dengan singkat, dan berkomat-kamit seperti mengucapkan kalimat tertentu. Mas Rengga benar-benar

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   41. Tangisan Ibu! (Bagian B)

    41. Tangisan Ibu! (Bagian B)"Atau mungkin saja aturan dan juga ketetapan terbaru untuk abdi negara itu berubah? Sehingga Ibu belum mengikuti perkembangannya?" tanya Ibu dengan wajah yang begitu penasaran. Dan Mas Rengga pun hanya menjawab dengan senyuman yang begitu tipis."Please, Ibu. Rengga mohon, hargailah privasi dan juga keputusan Rengga kali ini, karena ini semua menyangkut perihal pekerjaan. Jadi Rengga mohon maaf, kalau harus menerima panggilan telepon di luar. Siapa tahu ada sesuatu hal yang penting, yang memang tidak boleh diberikan atau dibocorkan kepada orang lain tentang informasi tersebut. Karena memang, biasanya pun, jika ada pemberitahuan mendadak seperti ini. Maka itu tandanya ada beberapa informasi yang begitu penting dan bisa jadi ... perlu untuk dilindungi!" kata suamiku dengan nada tegas. Sembari berlari kecil, Mas Rengga pun meninggalkan kami dengan segudang pertanyaan. Ibu pun mendelik, baru saja dia hendak berdiri karena menyusul Mas Rengga. Namun, dengan c

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   42. Rencana Keysa (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU42. Rencana Keysa (Bagian A)Setelah mengantarkan Ibu ke kamar agar dirinya bisa beristirahat, aku bergegas masuk ke dalam kamarku sendiri. Ruangan dengan wallpaper batu-bata berwarna terracotta ini cukup membuatku merasa sedikit tenang. Aku memikirkan kembali semua kata-kata Ibu. Memang, jika dilihat dari gaya bicara dan juga gerak-geriknya beberapa waktu ini, Ibu sepertinya sedang mencoba menutupi sesuatu. Tapi, entahlah. Aku sendiri tidak ingin menerka-nerka. Ku ambil infused water di atas meja riasku. Aku memang rutin mengonsumsi minuman sehat dan menyegarkan itu, setidaknya dua kali dalam sehari. Agar tidak lupa, aku selalu mempersiapkan nya setiap pagi, lalu meletakkan sebagian di atas meja rias. Segera saja kutenggak hingga hampir setengah. Aku memilih duduk di sisi ranjang, sembari menghabiskan air resapan buah lemon dan jeruk nipis yang kini tinggal sedikit. Semenjak aku mendonorkan satu ginjal sebelah kiri untuk Mas Rengga, aku diwajibk

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   43. Rencana Keysa (Bagian B)

    43. Rencana Keysa (Bagian B)Dia menatap wajahku dengan lekat. Ponselnya pun dia letakkan di samping tangan kanannya. Sedangkan posisiku saat ini, berada di samping kirinya."Kenapa kamu nggak ngajak Risa? Kenapa harus aku?" tanyaku dengan nada malas. "Aneh kamu! Istriku kan kamu, bukan Risa. Kenapa nyambung ke sana, sih? Kamu dosa loh, jika menuduhku terus-terusan! Apalagi, tuduhan mu itu tidak berdasar. Kamu tidak mempunyai bukti untuk mengatakan hal itu padaku!" kata Mas Rengga dengan nada sengit."Tak berdasar? Kenapa kamu bilang tak berdasar di saat wanita itu mengakuinya secara terang-terangan? Bahkan, dia dengan percaya dirinya hadir memenuhi undangan makan malam ku. Apa kamu tahu, Mas? Apa tujuan dia datang ke sini?" tanyaku memandang wajah Mas Rengga dengan sinis. Aku masih duduk di tepian ranjang saat kulihat Mas Rengga malah melengos dariku."Sudah pasti kamu ingin membuat keributan antara aku, Risa dan juga Ibu. Benar bukan? Aku sendiri nggak paham. Apa sebenarnya yang ad

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   44. Rencana Keysa (Bagian C)

    44. Rencana Keysa (Bagian C)"Mas! Masa iya, seorang raja laut kelaminnya busuk? Malu dong, ya, kalau sampai berita ini terdengar di seantero kota. Eh, bahkan tembus hingga satu negara dan jadi viral?" ujarku dengan wajah sedih yang memang sengaja dibuat-buat."Keysa, jangan kurang ajar kamu, ya! Kalau kamu memang speak-up masalah ini hingga ke atasan. Kamu pasti juga akan malu dan hancur! Jadi, sebaiknya pikirkan juga karirmu yang sudah kamu bangun mati-matian untuk bertahan hidup itu! Jangan sok!" katanya dengan senyum meremehkan."Ah, takut, dong! Aku sih, nggak masalah ya. Mau hancur pun, aku masih bisa bangkit lagi. Eh, atau bahkan setelah kasus ini terkuak nanti. Aku bahkan bisa menjadi semakin viral, lalu diundang untuk acara wetube, podcast ah atau bahkan ... aku ditawari untuk menjadi bintang iklan dengan gaji menggiurkan. Ya ampun, aku baru saja mencium aroma cuan yang akan datang membanjiri isi rekeningku nantinya. Aku sih, hanya cukup berdrama. Menangis bahkan jika perlu s

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   45. Simpanan misterius! (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU45. Simpanan misterius! (Bagian A)"Keysa ... please!" ujar Mas Rengga dengan wajah mengiba. Aku tak peduli, dengan satu kali hentakan aku memalingkan tubuh untuk membelakanginya saat ini. Dengan lembut Mas Rengga mencolek pundakku. "Key, Mas minta maaf, ya! Sungguh, nggak ada maksud buat kasar ke kamu kok! Maafin ya, Key? Nggak enak nanti didengar Ibu. Jangan sampai Ibu berpikir yang tidak-tidak. Kita harus terlihat harmonis dan baik-baik saja di depannya! Key, ayolah ... bantu aku!" Mas Rengga masih saja menjawil pundakku beberapa kali. Aku hanya menanggapinya dengan bergumam."Key, please dong! Ayolah, datang ya ke acara giat besok. Please jangan bikin nahkoda mu ini malu, Key!" ujar Mas Rengga yang membuatku penasaran seketika.Malu? Kenapa harus malu?Aku pun membalikkan tubuh untuk menghadap ke arahnya. Kutatap wajahnya dengan pandangan datar. "Kenapa harus malu sih, Mas? Apa hubungannya kemaluan mu dengan kehadiran diriku besok?" tanyaku deng

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   46. Simpanan misterius! (Bagian B)

    46. Simpanan misterius! (Bagian B)Sungguhkah dia mempunyai uang lebih? Dari mana? Atau dapat dari ceperan harian yang aku tak pernah tahu?"Bahkan dengan nominal lima puluh juta rupiah saja aku sanggup membayarnya, Key! Katakan saja sekarang. Segera hubungi semua agency yang kau isi acaranya lusa. Setelah deal, kamu bisa memberikan nomor rekeningnya padaku. Biarkan aku yang akan menanggung semuanya. Asal kamu bisa ikut pergi denganku mengikuti giat yang akan diadakan lusa!" titah suamiku dengan wajah meyakinkan. Aku hanya mengangguk, mengiyakan semua apa yang dia ucapkan."Oke, baiklah!" sahutku akhirnya menyerah. Baiklah, tidak ada salahnya juga jika lusa aku mengikuti. Lagipula, statusku pun masih menjadi istri sahnya. Jadi, aku juga tak pantas jika menolak. Apalagi, benar yang dikatakan oleh Mas Rengga. Bahwa aku jarang sekali mengikuti kegiatan seperti itu. Semenjak Mas Rengga berlayar. Aku lebih suka mengikuti giat menggunakan zoom dan melalui virtual selama ini. Asal mampang

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   47. Simpanan misterius! (Bagian C)

    47. Simpanan misterius! (Bagian C)"Iya lah, sudah beres dan kelar. Jadi, kamu lusa hanya perlu ikut denganku tanpa berpikir atau terbebani dengan segala aktivitas selain itu!" jawab Mas Rengga dengan wajah enteng."Boleh aku lihat bukti transfernya?" tanyaku seraya menadahkan tangan. Mumpung ada Ibu, aku ingin membuat Mas Rengga tak berkutik dengan perintahku."Nanti saja, biar aku kirim ke We-A mu, ya!" balas Mas Rengga seraya mengibaskan tangannya ke udara."Maunya sekarang. Kelamaan dong kalau harus lihat di ponselku. Lagipula, ponselnya juga masih aku charger!" sahutku dengan wajah kesal."Berikan ponselmu kepada Keysa!" titah Ibu yang seketika membuat ku dan Mas Rengga menoleh bersamaan ke arah Ibu."Yes!" sorakku terlihat senang."Nih!" Mas Rengga pun menggeser benda pipih yang berada di atas meja itu ke arahku. Bisa kulihat wajahnya seperti tak ikhlas alias dia merelakan dengan separuh hati."Password-nya?" tanyaku seraya melayangkan ponsel ke arahnya."Sini, pakai sidik jari

Bab terbaru

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   124. ENDING B

    "Jangan berbelit, sebaiknya katakan saja semuanya! Apa saja yang ingin kamu sampaikan, maka sampaikanlah! Aku udah nggak peduli lagi kok. Andai saja proses perceraian dengan abdi negara mudah untuk dilakukan, tentu saja aku sudah melakukannya sejak lama!" tantang Keysa tanpa gentar. "A-apa? Nggak! Keysa, kamu nggak boleh bilang seperti itu, karena kita nggak akan pernah pisah, kita nggak akan pernah cerai, aku bersumpah!" ujar Rengga sungguh-sungguh. Hal itu tentu saja membuat Risa semakin marah, wajah wanita dengan dress berwarna peach itu pun memerah. Tangannya mengepal dengan kuat. "Bagaimana jika kesepakatan yang pernah kau berikan padaku, akan ku sanggupi secepatnya? Bagaimana jika tawaran yang pernah kau ucapkan padaku, sanggup untuk aku penuhi sekarang juga? Apa kau akan tetap bersedia memberikan Mas Rengga untukku? Aku tahu kau seorang wanita cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai popularitas yang cukup diagungkan di seluruh sosial media. Jadi, aku harap semua tantanganm

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   123. ENDING A

    Bab 48 ENDINGPov Author"Alhamdulillah, akhirnya konferensi pers berjalan dengan lancar. Kita nggak harus buka aib ataupun masalah baru lagi. Beruntungnya juga mereka percaya kalau kejadian waktu itu di Restoran memang diperlukan untuk adegan syuting suatu serial nanti. Padahal, nggak tahu juga itu serial akan tayang kapan dan dimana juga, ya, Mas?" Keysa menghela napas lega. Dia beberapa kali mengusap dadanya dengan lembut. Keduanya saat ini sedang berada di gedung, tepatnya di belakang ruangan yang digunakan untuk jumpa pers tadi."Iya, Sayang. Alhamdulillah! Aku nggak nyangka juga, tanpa briefing pun Keysa bisa dan tahu kapan dia harus buka suara atau tidaknya. Tapi, aku butuh angin segar ini, Sayang. Tadi di dalam udah berasa sidang KPK. Bikin grogi banget, aku sampai mau napas aja susah, loh!" tanggap Rengga kini memandang ke wajah istrinya."Halo, apa kabar kalian? Gimana-gimana acaranya tadi? Lancar kan? Harusnya kalian sih, berterima kasih denganku, ya! Sebab, bibirku yang se

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   122. Rencana Keysa (Bagian C)

    122. Rencana Keysa (Bagian C)Sontak, aku menoleh, ternyata dia tak benar-benar menutup pintu kamar mandi hanya karena ingin melihat aksiku di belakangnya. Ah, suamiku memang unik!"Udah, deh, Mas, jangan bercanda terus! Ayo, buruan! Nggak enak kalau kita nanti terlambat," kataku yang akhirnya memilih untuk tak menggubris candaannya lagi."Key, kamu cantik deh, serius!" ujar Mas Rengga saat aku mulai mengenakan pakaian. Kemeja modern berwarna peach, dipadu dengan celana kulot putih susu. Senada pula dengan hem berwarna peach dan celana kain berwarna putih yang akan dipakai oleh Mas Rengga nanti. "Serius, kita pakai baju couple yang itu, Key? Itu kan warnanya peach gitu. Masak iya aku pakai pink sih, Key?" tanya Mas Rengga masih setia di balik pintu kamar mandi. Dengan melongokkan setengah kepalanya, dia menggeleng seakan keberatan dengan outfit yang kupilih saat ini."Nggak papa, ini bagus banget tahu Mas! Ini kan peach, bukan pink! Siapa pula yang mencetuskan pertama kali, bahwa le

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   121. Rencana Keysa (Bagian B)

    121. Rencana Keysa (Bagian B)"Iya, siap! Aku mengerti, Key, aku paham dengan semua rencana ini. Semoga berhasil, lebih cepat lebih baik, Key! Terima kasih banyak, kamu selalu menolong dan membantu ku hingga begini!" kata Mas Rengga seraya memelukku."Udah, ya, pelukannya!" ujarku berusaha untuk menghindar. Aku hanya menyunggingkan seulas senyum tipis padanya. "Yuk, kita bersiap berangkat! Aku akan mengatakan padanya bahwa kita sudah siap berangkat sebentar lagi. Aku akan menunjukkan padanya, di hadapan media dan semua orang yang sudah hadir untuk menonton, aku akan memamerkan ke seluruh dunia, siapa pemilik mu yang sebenarnya!" seruku dengan mata yang berbinar. Mas Rengga mengangguk antusias. Sementara aku, langsung saja mandi dan bersiap."Key, plakat dan id card serta surat ini sementara akan ku letakkan di dalam brankas kita saja, ya? Boleh?" tanya Mas Rengga sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat."Oke, terserah! Letakkan di tempat paling aman yang kamu rasa bisa dijadika

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   122. Rencana Keysa (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU122. Rencana Keysa (Bagian A)"Ini maksudnya apa, sih, Mas? Kan hanya sebuah id card, terus ini apa? Plakat? Maksudnya apa, sih? Aku bingung deh," tanyaku seraya mengerutkan kening. Mas Rengga hanya menggertakkan giginya, hingga bunyi gemeretak terdengar jelas di telinga."Ini id card, hanya 'pemain' ulung yang bisa mendapatkannya. Untuk mendapatkan id card ini, tidak semua orang bisa mencapainya, Key. Apa, ya, aku susah sekali mau jelasin sama kamu. Intinya, ini bisa disebut sebagai penghargaan, Key. Dalam permainan slot judi online, akan ada plakat dan id card yang dikirim, biasanya ditujukan untuk 'pemain' setia yang sudah mencapai level, serta syarat dan ketentuan dari mereka. Ini yang paling tertinggi, ini juga seharusnya rahasia. Jangan sampai ada orang yang tahu, aku punya ini, Key! Ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa aku terjebak dalam permainan judi online secara sadar! Kenapa bisa Risa yang memperolehnya? Apa dia yang sudah mengirimkan plaka

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   121. Paket Misterius (Bagian C)

    121. Paket Misterius (Bagian C)Rupanya, wanita yang berusaha untuk menggeser posisiku adalah lawan yang cukup tangguh dan juga kuat."Iya, aku tidak sedetail itu, Key. Waktu Yono dan rekan lain memperkenalkan kami, aku juga tidak paham dia siapa. Apa pekerjaannya dan juga statusnya. Aku baru tahu setelah lumayan dekat. Barulah aku mengerti bahwa dia seorang selebgram yang sering diundang sebagai inspirator wanita muda. Cukup menarik!" ujar Mas Rengga."Apanya yang menarik?" tanyaku dengan mata membulat."Eh, nggak! Profilnya, menarik! Iya, hanya itu. Karena wanita bisa mendapatkan kekayaan seperti pengusaha yang sudah bergelut menjalankan bisnis selama puluhan tahun. Tapi, Risa? Hanya dalam hitungan jari saja tahunnya, sudah bisa mendapatkan banyak properti. Banyak investor berlomba-lomba ingin bekerja sama dengannya. Mungkin saja dia pintar berbisnis. Sehingga membuahkan hasil besar!" kata Mas Rengga. Dia menopang dagu nya kembali.Kali ini pandangannya lurus ke arah depan."Halah,

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   120. Paket Misterius (Bagian B)

    120. Paket Misterius (Bagian B)Pantas sedari tadi dia hanya menunduk, tidak berani menatap kedua bola mataku. Rupanya, Mas Rengga sedang menangis. Bahkan, air matanya ada yang menetes mengenai tanganku."Mas, kamu menangis?" tanyaku seraya mencoba untuk mengangkat dagunya secara perlahan."Keysa, ih. Nggak, ini aku cuma kelilipan," jawabnya dengan nada tegas. Aku tertawa. Rupanya, hanya dengan melihat Mas Rengga seperti itu saja sudah sanggup membuatku tersenyum."Ngapain menangis? Sudah lah, Mas. Santai aja. Kita jalani saja dulu. Yang pasti tugas pertama kita sekarang, mencari tahu keinginan Risa dan apa tujuannya melakukan ini semua. Lalu, kita tinggal mencari tahu siapa dalang di balik surat kaleng yang ditujukan untuk Romo." Aku hanya menenangkan dia apa adanya. Bukannya aku tidak luluh, hanya saja aku malas jika harus berdrama tangis menangis di tempat umum seperti ini. Bisa jadi jika ada yang mem videonya, kami pasti bakal viral lagi. Dan aku nggak mau menambah masalah lagi!

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   119. Paket Misterius (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU119. Paket Misterius (Bagian A)"Ini, Mas!" Mataku masih menatap layar ponsel milik Mas Rengga. Namun sayang, panggilan yang terdengar dari speaker mau tak mau harus merubah kedua ponsel ini menjadi mode pesawat. Namun, Mas Rengga selalu saja menyarankan untuk menonaktifkan nya saja. Entahlah, apa alasannya. "Jangan lupa untuk mematikan ponselnya, Key!" ujar Mas Rengga. Sepertinya dia melihat saat aku hanya mengubah sinyal ponsel menjadi mode pesawat. "Ini udah sama aja kali, Mas!" sahutku seraya mengacungkan dua ponsel ke arahnya dalam posisi mode pesawat."Jangan, Key! Lebih baik nonaktifkan saja! Sini!" pinta Mas Rengga mengulurkan tangannya padaku. "Iya, iya! Biar aku saja yang menggantinya," balasku sembari menekan tombol power hingga kedua ponsel dalam tanganku menggelap, dan kemudian mati."Sudah!" Aku mengangguk lalu memasukkannya ke dalam tas pinggang yang dipakai oleh Mas Rengga."Apa Risa mengirimkan pesan lagi padamu?" tanya Mas Rengg

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   118. Mungkinkah? (Bagian D)

    118. Mungkinkah? (Bagian D)"Terserah. Kita pastikan saja nanti, Mas. Aku juga pusing. Masalah kita belum juga selesai, sekarang harus ditambah lagi masalah surat kaleng yang dikirim pada Romo. Setelah kamu bercerita padaku semuanya, setelah itu juga keluargamu akan tahu, Mas. Terutama Romo dan juga Ibu. Mari kita sebaiknya memikirkan bagaimana cara menyelamatkan nama baik keluarga terlebih dahulu!" ujarku penuh penekanan.Mas Rengga menatapku penasaran, dia seolah ingin tahu, apa maksud dari ucapanku."Maksud kamu bagaimana? Apa hubungannya surat kaleng Romo dengan masalah yang kita hadapi saat ini, Keysa? Kamu jangan membuatku semakin bingung dan merasa tak karuan seperti ini!" kata Mas Rengga dengan tegas. Dia berkali-kali terdengar menghembuskan napas kasar. Dadanya naik turun dengan cepat."Kamu belum tahu kan apa isi surat kaleng itu?" tanyaku padanya."Apa memangnya?" tanya Mas Rengga malah menatapku dengan intens."Di dalam surat kaleng itu mengatakan bahwa kamu terlibat besar

DMCA.com Protection Status