22. Tamu Spesial! (Bagian B)Kami larut dalam keasyikan mengolah makanan. Hingga tak terasa waktu pun sudah siang. Hari ini aku ada kelas yang harus diberikan materi selama kurang lebih dua jam, tiga jam lah jika dihitung dengan jarak pulang-perginya juga.Mas Rengga memaksaku untuk mengantar jemput. Karena tak enak menolak dan dipaksa juga oleh Ibu, jadilah aku menurut saja. Untuk hari ini, aku akui bahwa Mas Rengga sukses men-treat-ku like a Queen.Seperti pasangan bucin yang biasanya muncul di sosial media sebagai trending topik. Hanya saja, jika dia melakukannya jauh sebelum aku mencium aroma perdustaan yang dia berikan, tentu dengan senang hati ... aku pasti merasa menjadi seorang wanita yang paling beruntung di dunia. Tapi, jika sekarang? Yang ada malah muak tak berkesudahan.Aku tak tahu, apa yang dilakukan Mas Rengga selama aku mengajar di kampus. Yang jelas, mobil masih tetap di posisi semula saat aku selesai mengajar dan menghampirinya di parkiran kampus. Dengan pakaian dan
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU23. Penolakan dari Ibu! (Bagian A)"Penyanyi dangdut? Awas, modus penipuan sepertinya, Key!" timpal Bapak dengan wajah panik."Tunggu, biar Keysa yang coba lihat!" sahutku mengangguk mantap. Dengan langkah terburu, aku melihat ke depan. Bisa ku tengok dari jendela, ternyata Risa dan beberapa antek-nya sedang celingukan di depan rumahku."Astaghfirullahaladzim. Kenapa aku bisa lupa kalau sudah janjian dengannya hari ini. Tapi kan aku bilang malam, kenapa dia terburu-buru datang di kala senja begini? Aku jadi bingung, mana ada Bapak dan Ibu juga di dalam. Apa sebaiknya aku biarkan dia masuk? Atau bagaimana?" racauku dengan suara lirih. Sedangkan, aku sendiri. Bisa-bisanya lupa karena keasyikan mengobrol dan menyambut kedatangan orang tuaku hari ini, hingga sama sekali tak ingat jika aku menyuruh Risa untuk datang ke mari.Rupanya, dia benar-benar tinggi sekali nyalinya. Dia tak tahu berhadapan dengan siapa? Jika dia merasa menjadi gundik kelas kakap, m
24. Penolakan dari Ibu! (Bagian B)Karena memang dandanan Risa hari ini sungguh terlihat berani dan sudah melebihi batas menurutku. Apalagi jika untuk menghadiri undangan dari istri sah yang lelakinya dicuri olehnya. Saat ini, Risa mengenakan rok span berbahan jeans di atas paha, dengan atasan model crop tee tanpa lengan yang dipadukan dengan jaket sebatas siku, berwarna hitam. Namun dia kenakan dengan model seperti blazer, alias tidak dikancingkan. Sehingga menampilkan sedikit dadanya yang putih mulus itu.Risa juga mengenakan perhiasan yang begitu mencolok, dengan anting-anting lebar berbentuk lingkaran yang cocok jika dipakai untuk gelang tangan. Gelang berwarna gold setebal jam tangan dan heels setinggi tujuh sentimeter berwarna merah tampak begitu silau dalam pandangan mata. Belum lagi, rambutnya yang berwarna emas, dia biarkan tergerai dengan ujungnya dibuat ikal. Kacamata bertengger di atas kepala dan make up dengan kesan bold begitu terlihat jelas. Pantas saja, jika Ibu mert
25. Penolakan dari Ibu! (Bagian C)"Sekali lagi, saya mohon maaf, Bu. Kebetulan saya ini temannya Mas Rengga juga!" kata Risa tak tahu malu, bahkan kini wanita itu mendekat. Risa menghampiri Ibu, lalu meraih punggung tangan Ibu mertuaku untuk dia cium.Ibu hanya diam saja, lalu menarik tangannya dengan cepat. Dan yang membuatku tertawa lebar, Ibu malah mengelap tangannya pada ujung baju yang dia kenakan. Entahlah, apa maksudnya. Aku rasa si Risa ini juga mungkin terasa kesindir."Walah dalah. Ndak bener ini Rengga. Nemu di mana dia betina macam begini ya, gusti. Setahu Ibu, Rengga itu tipe anak pemalu. Oh, ya, Key. Mbok, ya, kamu pinjemi saja gamis atau bajumu lain yang lebih sopan. Kasihan dia ini, baju adiknya yang dipakai. Lihat itu, udelnya ke sana ke mari dipamerkan. Takut nanti masuk angin, di sini kan full AC. Takutnya dia ndak tawar nanti, malah sakit. Kita yang disalahkan!" kata Ibu seraya menunjuk pusar Risa yang terekspos dengan jelas. Tentu saja aku langsung melihat ekspre
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU26. Tidak bisa disaingi! (Bagian A)"Atau mungkin, kau mau pulang saja?" tanyaku seraya memastikan. Dengan mesra, aku membalas pelukan Mas Rengga yang berada di pinggulku. Tak lupa, tanganku dengan manja mengusap perut Mas Rengga dan jariku dengan lincah menari kecil di sana. Sebetulnya, aku merasa risih. Tapi, mau bagaimana lagi. Aku harus pandai memainkan drama untuk sementara ini. Sedangkan kulihat, Risa tak merespon pertanyaan ku. Dia malah asyik memperhatikan sikap mesraku dengan Mas Rengga."Aw, geli!" pekik Mas Rengga seraya tertawa. Sontak, membuat bola mata Risa mendelik sempurna. Mas Rengga yang tak sengaja, langsung menatap Risa dengan pandangan merasa bersalah. Namun, aku bisa melihat jika Risa mengalihkan tatapannya pada suamiku. Kentara sekali dia sedang marah karena membuang muka. Mungkin dia kepanasan melihat aksi mesra yang kami tunjukkan."Ayo, kita makan! Ini tamunya kebetulan sudah datang!" ajakku seraya berjalan ke meja makan
27. Tidak bisa disaingi! (Bagian B)"Kan dia kaya, Bu! Wong sugih, di usianya yang baru menginjak dewasa ini. Dia pengusaha termuda wanita yang mempunyai kekayaan di atas rata-rata, loh! Bukankah itu sesuatu yang membanggakan? Dia bahkan dikagumi oleh siapa saja!" kataku seraya mengangguk."Lah, kamu kagum ndak loh, sama dia?" tanya Ibu yang kini memandangku."Eh, anu. Ya, nggak, sih. Soalnya kan, aku ndak kenal. Cuma, ya. Bisa dibilang dia memang menakjubkan. Untuk ukuran wanita sukses, bisa lah dia menang kan!" sahutku dengan tidak rela. Karena jujur saja, sebetulnya aku juga kagum padanya. Namun, itu dulu. Sebelum aku tahu kalau dia menjadi duri dalam rumah tanggaku. Alias saat itu, aku hanya mengenalnya lewat sosial media yang sering diperbincangkan oleh jajaran pengusaha lainnya."Di mata Ibu, wong sugih itu ndak ada yang membuat kagum pada dirinya! Lah, dia paling sugih katanya. Tapi buat beli baju berbahan saja dia ndak sanggup. Masak bertamu ke rumah teman pakaiannya kayak gi
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU28. Hukuman dari keluarga Ningrat! (Bagian A)"Lah, kenapa ndak jadi? Apa malu?" tanya Ibuku yang kini ikut memperhatikan gerak-gerik Risa. Wanita itu hanya menggeleng dan melanjutkan makannya. Sedangkan Ibuku? Hanya mengedikkan bahu saja."Sudah, toh, Besan. Biarkan saja!" kata Ibu mertua dengan suara lembut dan Ibuku hanya mengangguk mengiyakan.Suasana yang tercipta cukup hening selama beberapa menit, hanya ada suara piring dan garpu yang sesekali beradu, suara air yang melewati tenggorokan sang peminum serta suara kunyahan yang terdengar begitu samar"Kamu usianya berapa?" tanya Ibu mertua berhasil memecah keheningan."Baru 25 tahun!" jawab Risa seraya menatap Ibu dengan pandangan sayu."Belum punya pacar? Atau mungkin sudah punya niatan untuk menikah?" tanya Ibu mertua kali ini meletakkan sendok nya di atas piring. Pertanda bahwa wanita setengah baya itu sudah selesai makan."Pacar sudah ada, malahan hubungan kami sudah bisa disebut sebagai hub
29. Hukuman dari keluarga Ningrat! (Bagian B)Hanya saja dia belum tahu, bahwa si Risa inilah yang menjadi biang keladi akan hancurnya rumah tangga anaknya yang tercinta ini."Ndak bisa dipastikan loh, Besan. Apa Besan sendiri tidak lihat atau mungkin mendengar? Banyak itu kasus yang berseliweran di dalam Televisi. Biasanya orang yang terlihat alim sekalipun, ternyata bisa juga menjadi duri untuk rumah tangga orang lain. Bahkan banyak kasus yang menjual dan mengatasnamakan agama untuk mengesahkan hubungan yang seharusnya tidak pantas untuk dilanjutkan seperti itu. Sudah sering saya ini bolak-balik melihat siaran Televisi dan juga acara yang begituan. Apalagi didukung dengan tetangga kanan-kiri dan beberapa orang yang kita kenal pun, ternyata masuk ke dalam lingkaran yang sama. Naudzubillahimindzalik!" ujar Ibu mertua saya menggelengkan kepalanya dengan kuat."Makanya. Jangan sampai lah begitu. Keluarga keturunan saya pribadi pun meskipun bukan dari golongan ningrat, yang berdarah biru
"Jangan berbelit, sebaiknya katakan saja semuanya! Apa saja yang ingin kamu sampaikan, maka sampaikanlah! Aku udah nggak peduli lagi kok. Andai saja proses perceraian dengan abdi negara mudah untuk dilakukan, tentu saja aku sudah melakukannya sejak lama!" tantang Keysa tanpa gentar. "A-apa? Nggak! Keysa, kamu nggak boleh bilang seperti itu, karena kita nggak akan pernah pisah, kita nggak akan pernah cerai, aku bersumpah!" ujar Rengga sungguh-sungguh. Hal itu tentu saja membuat Risa semakin marah, wajah wanita dengan dress berwarna peach itu pun memerah. Tangannya mengepal dengan kuat. "Bagaimana jika kesepakatan yang pernah kau berikan padaku, akan ku sanggupi secepatnya? Bagaimana jika tawaran yang pernah kau ucapkan padaku, sanggup untuk aku penuhi sekarang juga? Apa kau akan tetap bersedia memberikan Mas Rengga untukku? Aku tahu kau seorang wanita cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai popularitas yang cukup diagungkan di seluruh sosial media. Jadi, aku harap semua tantanganm
Bab 48 ENDINGPov Author"Alhamdulillah, akhirnya konferensi pers berjalan dengan lancar. Kita nggak harus buka aib ataupun masalah baru lagi. Beruntungnya juga mereka percaya kalau kejadian waktu itu di Restoran memang diperlukan untuk adegan syuting suatu serial nanti. Padahal, nggak tahu juga itu serial akan tayang kapan dan dimana juga, ya, Mas?" Keysa menghela napas lega. Dia beberapa kali mengusap dadanya dengan lembut. Keduanya saat ini sedang berada di gedung, tepatnya di belakang ruangan yang digunakan untuk jumpa pers tadi."Iya, Sayang. Alhamdulillah! Aku nggak nyangka juga, tanpa briefing pun Keysa bisa dan tahu kapan dia harus buka suara atau tidaknya. Tapi, aku butuh angin segar ini, Sayang. Tadi di dalam udah berasa sidang KPK. Bikin grogi banget, aku sampai mau napas aja susah, loh!" tanggap Rengga kini memandang ke wajah istrinya."Halo, apa kabar kalian? Gimana-gimana acaranya tadi? Lancar kan? Harusnya kalian sih, berterima kasih denganku, ya! Sebab, bibirku yang se
122. Rencana Keysa (Bagian C)Sontak, aku menoleh, ternyata dia tak benar-benar menutup pintu kamar mandi hanya karena ingin melihat aksiku di belakangnya. Ah, suamiku memang unik!"Udah, deh, Mas, jangan bercanda terus! Ayo, buruan! Nggak enak kalau kita nanti terlambat," kataku yang akhirnya memilih untuk tak menggubris candaannya lagi."Key, kamu cantik deh, serius!" ujar Mas Rengga saat aku mulai mengenakan pakaian. Kemeja modern berwarna peach, dipadu dengan celana kulot putih susu. Senada pula dengan hem berwarna peach dan celana kain berwarna putih yang akan dipakai oleh Mas Rengga nanti. "Serius, kita pakai baju couple yang itu, Key? Itu kan warnanya peach gitu. Masak iya aku pakai pink sih, Key?" tanya Mas Rengga masih setia di balik pintu kamar mandi. Dengan melongokkan setengah kepalanya, dia menggeleng seakan keberatan dengan outfit yang kupilih saat ini."Nggak papa, ini bagus banget tahu Mas! Ini kan peach, bukan pink! Siapa pula yang mencetuskan pertama kali, bahwa le
121. Rencana Keysa (Bagian B)"Iya, siap! Aku mengerti, Key, aku paham dengan semua rencana ini. Semoga berhasil, lebih cepat lebih baik, Key! Terima kasih banyak, kamu selalu menolong dan membantu ku hingga begini!" kata Mas Rengga seraya memelukku."Udah, ya, pelukannya!" ujarku berusaha untuk menghindar. Aku hanya menyunggingkan seulas senyum tipis padanya. "Yuk, kita bersiap berangkat! Aku akan mengatakan padanya bahwa kita sudah siap berangkat sebentar lagi. Aku akan menunjukkan padanya, di hadapan media dan semua orang yang sudah hadir untuk menonton, aku akan memamerkan ke seluruh dunia, siapa pemilik mu yang sebenarnya!" seruku dengan mata yang berbinar. Mas Rengga mengangguk antusias. Sementara aku, langsung saja mandi dan bersiap."Key, plakat dan id card serta surat ini sementara akan ku letakkan di dalam brankas kita saja, ya? Boleh?" tanya Mas Rengga sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat."Oke, terserah! Letakkan di tempat paling aman yang kamu rasa bisa dijadika
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU122. Rencana Keysa (Bagian A)"Ini maksudnya apa, sih, Mas? Kan hanya sebuah id card, terus ini apa? Plakat? Maksudnya apa, sih? Aku bingung deh," tanyaku seraya mengerutkan kening. Mas Rengga hanya menggertakkan giginya, hingga bunyi gemeretak terdengar jelas di telinga."Ini id card, hanya 'pemain' ulung yang bisa mendapatkannya. Untuk mendapatkan id card ini, tidak semua orang bisa mencapainya, Key. Apa, ya, aku susah sekali mau jelasin sama kamu. Intinya, ini bisa disebut sebagai penghargaan, Key. Dalam permainan slot judi online, akan ada plakat dan id card yang dikirim, biasanya ditujukan untuk 'pemain' setia yang sudah mencapai level, serta syarat dan ketentuan dari mereka. Ini yang paling tertinggi, ini juga seharusnya rahasia. Jangan sampai ada orang yang tahu, aku punya ini, Key! Ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa aku terjebak dalam permainan judi online secara sadar! Kenapa bisa Risa yang memperolehnya? Apa dia yang sudah mengirimkan plaka
121. Paket Misterius (Bagian C)Rupanya, wanita yang berusaha untuk menggeser posisiku adalah lawan yang cukup tangguh dan juga kuat."Iya, aku tidak sedetail itu, Key. Waktu Yono dan rekan lain memperkenalkan kami, aku juga tidak paham dia siapa. Apa pekerjaannya dan juga statusnya. Aku baru tahu setelah lumayan dekat. Barulah aku mengerti bahwa dia seorang selebgram yang sering diundang sebagai inspirator wanita muda. Cukup menarik!" ujar Mas Rengga."Apanya yang menarik?" tanyaku dengan mata membulat."Eh, nggak! Profilnya, menarik! Iya, hanya itu. Karena wanita bisa mendapatkan kekayaan seperti pengusaha yang sudah bergelut menjalankan bisnis selama puluhan tahun. Tapi, Risa? Hanya dalam hitungan jari saja tahunnya, sudah bisa mendapatkan banyak properti. Banyak investor berlomba-lomba ingin bekerja sama dengannya. Mungkin saja dia pintar berbisnis. Sehingga membuahkan hasil besar!" kata Mas Rengga. Dia menopang dagu nya kembali.Kali ini pandangannya lurus ke arah depan."Halah,
120. Paket Misterius (Bagian B)Pantas sedari tadi dia hanya menunduk, tidak berani menatap kedua bola mataku. Rupanya, Mas Rengga sedang menangis. Bahkan, air matanya ada yang menetes mengenai tanganku."Mas, kamu menangis?" tanyaku seraya mencoba untuk mengangkat dagunya secara perlahan."Keysa, ih. Nggak, ini aku cuma kelilipan," jawabnya dengan nada tegas. Aku tertawa. Rupanya, hanya dengan melihat Mas Rengga seperti itu saja sudah sanggup membuatku tersenyum."Ngapain menangis? Sudah lah, Mas. Santai aja. Kita jalani saja dulu. Yang pasti tugas pertama kita sekarang, mencari tahu keinginan Risa dan apa tujuannya melakukan ini semua. Lalu, kita tinggal mencari tahu siapa dalang di balik surat kaleng yang ditujukan untuk Romo." Aku hanya menenangkan dia apa adanya. Bukannya aku tidak luluh, hanya saja aku malas jika harus berdrama tangis menangis di tempat umum seperti ini. Bisa jadi jika ada yang mem videonya, kami pasti bakal viral lagi. Dan aku nggak mau menambah masalah lagi!
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU119. Paket Misterius (Bagian A)"Ini, Mas!" Mataku masih menatap layar ponsel milik Mas Rengga. Namun sayang, panggilan yang terdengar dari speaker mau tak mau harus merubah kedua ponsel ini menjadi mode pesawat. Namun, Mas Rengga selalu saja menyarankan untuk menonaktifkan nya saja. Entahlah, apa alasannya. "Jangan lupa untuk mematikan ponselnya, Key!" ujar Mas Rengga. Sepertinya dia melihat saat aku hanya mengubah sinyal ponsel menjadi mode pesawat. "Ini udah sama aja kali, Mas!" sahutku seraya mengacungkan dua ponsel ke arahnya dalam posisi mode pesawat."Jangan, Key! Lebih baik nonaktifkan saja! Sini!" pinta Mas Rengga mengulurkan tangannya padaku. "Iya, iya! Biar aku saja yang menggantinya," balasku sembari menekan tombol power hingga kedua ponsel dalam tanganku menggelap, dan kemudian mati."Sudah!" Aku mengangguk lalu memasukkannya ke dalam tas pinggang yang dipakai oleh Mas Rengga."Apa Risa mengirimkan pesan lagi padamu?" tanya Mas Rengg
118. Mungkinkah? (Bagian D)"Terserah. Kita pastikan saja nanti, Mas. Aku juga pusing. Masalah kita belum juga selesai, sekarang harus ditambah lagi masalah surat kaleng yang dikirim pada Romo. Setelah kamu bercerita padaku semuanya, setelah itu juga keluargamu akan tahu, Mas. Terutama Romo dan juga Ibu. Mari kita sebaiknya memikirkan bagaimana cara menyelamatkan nama baik keluarga terlebih dahulu!" ujarku penuh penekanan.Mas Rengga menatapku penasaran, dia seolah ingin tahu, apa maksud dari ucapanku."Maksud kamu bagaimana? Apa hubungannya surat kaleng Romo dengan masalah yang kita hadapi saat ini, Keysa? Kamu jangan membuatku semakin bingung dan merasa tak karuan seperti ini!" kata Mas Rengga dengan tegas. Dia berkali-kali terdengar menghembuskan napas kasar. Dadanya naik turun dengan cepat."Kamu belum tahu kan apa isi surat kaleng itu?" tanyaku padanya."Apa memangnya?" tanya Mas Rengga malah menatapku dengan intens."Di dalam surat kaleng itu mengatakan bahwa kamu terlibat besar