Share

6 mengambil alih

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-09-22 09:11:34

Kubuka perlahan pintu dengan ornamen ukiran tembaga, kuedarkan pandangan ke seluruh sudut rumah yang dulu adalah surga, ada canda, tawa, pelukan dan kehangatan.

Setiap kali mengantarnya berangkat kerja aku akan selalu berdiri di sini, mencium punggung tangan Mas Randy lalu ia dengan lembut akan membelai wajahku dan mengatakan, "Tunggu aku pulang ya, Sayang."

Sore hari, ia kembali dan aku kembali menyambutnya, lalu kami menikmati makan malam, bersantai di ruang tivi, aku akan bergelayut mesra di lengan atau merebahkan diri di pangkuannya.

Atau dapur itu, ketika aku asyik memasak dia akan datang mengejutkanku dengan pelukan dan kecupannya dari belakang. Ah, mataku perlahan mengabur oleh air mata, semakin berusaha kutahan untuk tak menangis air mata ini luruh dengan sendirinya.

"Suamiku, teganya dia, bercinta di belakangku, dia mengabaikanku dan perasaanku. Bahagianya dia memeluk dan mencumbu gadis itu," gumamku tersedu-sedu dan luruh dan tergugu di ruang tamu.

Sekian lama tenggelam dalam tangisan hingga aku sadar sendiri bahwa mungkin saat ini suamiku sedang tertawa puas bersama kekasihnya. Jadi, untuk apa aku menangis? untuk apa aku bersedih dan meratapi kebodohanku.

"Ya, aku masih punya waktu untuk bangkit dan memperbaiki semuanya, aku bisa ... Aku pasti bisa."

Kuhapus air mataku dan bangkit menuju kamar lalu membersihkan diri.

**

Makanan sudah terhidang dan tertata rapi membangkitkan nafsu makan, aromanya yang kaya rasa ditambah serta rasa lelah membuat laparku demikan meningkat. Kuraih piring dan kusendokkan makanan sebanyak mungkin dan mulai makan.

"Hai, Sayang," sapa mas Randi dengan senyum indahnya dari balik pintu.

Rupanya ia sudah pulang, tepatnya lagi, dia masih ingat pulang. Memuakkan.

"Hmmm," gumamku cuek saja sambil terus menyendokkan makanan ke mulut.

"Sayang, kok, tumben makan sendiri, gak tunggu Mas dulu," ucapnya dengan raut wajah yang sedikit ditekuk pura-pura merajuk.

"Hah, aku tak termakan sandiwaramu, dasar sial," batinku.

"Hei, kok diam aja? Kamu sakit, Sayang?"

"Enggak, kok."

"Mas bilang, tumben gak nunggu, biasanya nunggu," katanya sambil mulai menyendokkan nasi ke piringnya

Tidak tahu malu.

"Mas gak lihat," kataku sambil melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, "... mau ditunggu sampai kapan? aku begitu lelah karena setumpuk tugas di kantor hingga melewatkan makan siang, lagi pula siapa yang peduli aku sudah makan atau belum?" kataku dengan sinis.

"Kok, ngomong gitu sih, aku peduli kok?"

Aku hanya menggeleng sambil memutar bola mata, malas.

"Besok minta supir untuk mengantarkan mobil jaguar merah milikku dari gudang mobil, aku akan ke kantor tiap hari mulai sekarang," kataku tegas.

"Uhuk ... Huk ...." Ia terbatuk lalu sesegera mungkin meraih gelas air di sebelah kirinya dan meminumnya, " ... kamu bilang apa? Ke kantor?" tanyanya heran

"Iya, kenapa?"

"Kamu di rumah aja, Sayang, biar aku yang mengurus semuanya, kalo kamu capek program kita untuk punya bay ...."

Prak ... ting!

Kugebrak alat makan hingga menimbulkan bunyi yang keras sedang suamiku terlihat terperanjat apalagi di tambah tatapan tajamku saat ini.

"Apa katamu, tadi?" Kutatap ia dengan seksama.

"Eh, ehm, maksudku, apa kamu gak percaya kalo aku bisa handle semuanya?" katanya dengan nada memelas, jurus khas dia.

"Apa kamu lupa dengan Imelda Subroto pemilik Subroto Media Corp, aku harus perlu izin untuk datang ke perusahaan sendiri?"

"Gak, enggak gitu maksudku, Sayang, aku ... kan sudah ada aku sebagai general manager di sana."

"Hanya general manager, kan? Aku adalah pemilik perusahaan dan wajar dong, kalo aku harus memastikan keadaan perusaanku," kataku.

"Kamu seolah ga percaya sama aku," lirihnya dengan nada sedih, mulai melancarkan jurus jurus yang akan membuatku luruh, sayang tidak mempan!

"Aku percaya, kalo gak percaya kamu gak bakal jadi General Manager, di mana posisi itu sangat diinginkan semua orang, aku hanya ingin turun tangan sendiri mengelola perusahaanku, aku sudah bosan di rumah terus, menunggu danenunggu saja." Aku menegaskannya.

"Lalu ... tentang program kita," tanyanya.

"Tuhan akan berikan anak jika sudah waktunya, kita sudah cek dan dokter menyatakan kita sehat, jadi tunggu aja."

"Ya udah terserah kamu aja," jawabnya pasrah.

Aku tak menanggapinya lagi, segera bangkit menuju kamar tidur dan beristirahat.

Merebahkan diri menghilangkan penat, lelah tubuh dan hati.

***

Mentari bersinar begitu cerah sehingga cahaya keemasannya menembus kaca gedung tempatku berada, bias-bias tersebut memantulkan bayanganku ke kaca meja tempat di mana aku duduk sekarang, meja Papa dulunya.

"Aku tak akan membuat perusahaan yag sudah papa bangun dari nol jatuh ke tangan orang yang salah." Aku bersenandika.

Kutekan salah satu tombol yang terhubung langsung ke ruangan asistenku, Mia.

"Ya, Bu, selamat pagi," sapanya ramah.

"Mia, temui saja di kantor, sekalian undang Pak Bastian," pintaku.

"Baik, Bu."

Lima menit berikutnya pintu di ketuk dan mereka datang menemuiku. Kedua orang yang sudah lama bekerja itu tampak ramah menyapaku.

"Ada apa, Bu," kata pak bastian membuka percakapan.

"Saya mau tanya sekaligus konfirmasi data ini." Kusodorkan data keuangan terakhir perusahaan."

Ia meraihnya dan membukanya sambil mengangguk perlahan, "iya, ini benar, saya dan auditor sudah verifikasi, ada apa?"

"Saya ingin laba perusahaan, dialihkan ke sebuah rekening ke bank luar negeri, 40 persen."

"Untuk apa, Bu?"

"Untuk investasi dan dana cadangan, saya tidak ingin teledor dalam mengelola keuangan, bisa saja kita sukses sekarang, namun belum tentu situasi akan selalu kondusif untuk bisnis kita," kataku menegaskan.

"Apakah saya harus mendiskusikan dengan Pak Randy?" tanya pak Bastian.

"Tidak usah, saya Direktur dan saya berhak menentukan," kataku.

"Tapi, beliau sebagai Manager juga harus tahu regulasi uang tersebut."

"Katakan saja, Ibu Imelda menandatangani proyek baru di luar negeri."

"Tapi ...." Ia masih terlihat ragu.

"Lakukan saja, saya akan bertanggung jawab."

"Baik, Bu. Jika begitu saya mohon diri untuk mulai menyusunnya sekarang," pamitnya.

Aku mengiyakan dan dia meninggalkan ruanganku.

"Mia, saya ingin kamu selalu terhubung dengan saya, saya ingin kamu membelikan saya sebuah jam pintar dan canggih agar kamu mudah mendeteksi keberadaan saya," kataku.

"Untuk apa, Bu? Saya merasa aneh, seolah olah akan terjadi sesuatu yang buruk," ujarnya.

"Tidak ... tidak ada yang buruk, aku hanya merasa untuk lebih menjaga diri sendiri."

"Baik, Bu."

"Oh ya, atur jadwal dengan beberapa investor saya harus merevisi kontrak," kataku.

"Tapi itu, tugas Pak Randy Bu," imbuhnya.

"Aku akan mengambil alih," jawabku.

Ia terlihat masih heran namun tak urung juga mengangguk dan mohon diri.

"Dan ya, Mia, pastikan kamu dan Pak bastian tidak membocorkan ini pada Pak Randy," perintahku lagi.

"Siap, Bu."

"Makasih, ya."

"Sama-sama Bu," jawabnya sambil tersenyum lalu berlalu.

Suamiku ... aku akan turun langsung ke medan pertempuran ini sebagai ksatria yang akan membela harga diriku sendiri, lihat saja. Aku tak akan menangis atau meratap lagi, percuma semua itu.

Related chapters

  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   7. hotel

    **"Aku dengar kamu merevisi perjanjian dan bahkan kamu membatalkannya dengan beberapa investor, ada apa?" Ia yang pulang dari kantor terlihat tak senang.Setelah dua hari pertemuanku dengan investor, akhirnya berita itu sampai di pendengaran suamiku. Dan dia langsung menanyakannya ketika kami bertemu di meja makan."Nilai kontraknya begitu besar untuk membuat brand majalah baru, padahal jika fokus pada redaksi yang sudah kita juga bisa maju, tinggal tambahka rubrik dan halaman ekstra, ekplorasi ide-ide segar dan menarik.""Tapi itu majalah wanita dan majalah pria," bantahnya, "... aku ingin buat brand baru khusus bisnis dan politik.""Kita bisa satukan kedua tema itu dan menghemat ratusan juta biaya produksi dan distribusi," imbuhku menolak."Justru itu peluangnya ....""Saingan kita udah banyak," tolakku juga.Ia membuang napas kasar sambil mengacak rambutnya. Selalu begitu jika ada hal yang kami perdebatkan."Kenapa sih, wanita begitu perhitungan," gerutunya."Tentu saja, uang lim

    Last Updated : 2024-09-22
  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   8. senja

    Kulirik jam di dinding kantor waktu telah menunjukkan pukul 15:45 sore, kuhela napas panjang akhirnya setelah setelah berunding panjang lebar, aku dan dewan direksi serta beberapa staf penting sepakat pada satu keputusan, dan keputusan tersebut menyangkut banyak hal, termasuk merestruktur kepemimpinan, mengalihkan beberapa posisi penting ke orang yang lebih kompeten dan pengelolaan korporasi, tentu saja semua kulakukan demi kebaikan perusahaan.Memang dalam rapat tersebut aku dan beberapa staf yang mendukung sempat bersitegang dengan Mas Randy yang bersebrangan pendapat tentang beberapa hal namun tentu saja, yag berkuasa dia yang menang. Hal tersebut membuat suamiku terlihat makin geram dan sakit hati. Jadi setelah rapat ditutup ia memutuskan langsung meninggalkan ruang rapat tanpa banyak bicara lagi.Aku segera menuju lift dan langsung ke basement mengambil mobil, meluncur ke tempat di mana alamat yang tertulis di secarik kertas tadi pagi, ya, aku akan ke Laguna resort and hotel, seb

    Last Updated : 2024-10-11
  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   9. pintu yang diketuk

    *Tok ... Tok ...Pintu di ketuk pelan lalu perlahan suamiku memanggil namaku."Sayang ... Ini aku Imelda."Aku yang masih duduk di meja kerja memeriksa data perusahaan melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam dan merasa kesal dengan sikao suamiku yang semakin hari semakin berbuat sesuka hati. Mungkin, ia ingain balas dendam padaku yang juga berbuat sesuka hati di kantor.Mas Randy dan wanita itu, sejak sore tadi ... Sedang aku kembali ke rumah langsung bergelut dengan komputer, setumpuk data dan laporan."Sayang ... ini aku ...."Suaranya terdengar berat dan ah, mungkin dia teler. Namun, salutnya ia masih tetap ingat pulang dan berkendara dengan aman. Luar biasa.Kuputar kunci dan kugerakkan panel pintu lalu menggesernya dan suamiku terlihat lesu dari balik pintu. Penampilannya kusut dan acak acakan.Melihat itu, mungkin wanita lain akan prihatin dan mengira jika suami mereka amat lelah sehabis lembur mengerjakam tugas-tugas kantor. Namun lain dengank

    Last Updated : 2024-10-11
  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   10

    "kok cemberut aja?""Gak ada."Jawabku yang entah pagi-pagi ini merasa badmood."Kalau kamu ingin sarapan kamu tinggal pesan apa yang kamu inginkan, pembantu akan belikan, ataukah pengen jalan-jalan supir akan mengantar ke mana kau pergi," tawarnya.Aku hanya membuang nafas kasar sampai membalikkan badan lalu memeluk guling."Mestinya kau siapkan aku sarapan, karena posisimu adalah istriku.""Aduh Pak direktur anda punya banyak pembantu yang bisa siapkan makanan apapun yang anda inginkan, iya kan?" "Seingatku kau bekerja untukku," sanggahnya.Oh iya, aku lupa Aku adalah bawahannya, jadi dengan beringsut malas-malas aku turun dari ranjang dan pergi menyiapkan suamiku sarapan.Ah, suami, dia bukan suami, dia hanya orang yang kebetulan mengikatku dalam ikatan pernikahan, mana ada cinta atau hubungan selayaknya suami dan istri. Konyol!Kuedarkan pandangan ke seluruh sudut rumah ini lalu kembali menerawang, andai seseorang jadi menantu rumah ini dan mendapatkan cinta dari semua penghuni

    Last Updated : 2024-10-12
  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   11

    Tatapan mata kami bertemu ketika aku membuka pintu kamar, dia masuk dengan langkah gontai namun ketika menatapku memakai baju tidur yang dihadiahkan salah satu Tante Mas Aldi, ia sedikit membulatkan mata.Gaun tidur satin warna merah maroon dengan sedokit pulasan make up natural dan sedikit percikan parfum dengan wangi yang sensual, membuatnya sulit mengalihkan pandangan mata.Berkali kali kulihat ia menelan ludah menatap belahan pakaian yang ukurannya di atas paha itu. Agaknya aku mengerti, dan mulai bersorak dalam hati berharap suamiku akan menyukai ini."Kenapa, Mas, ada yang aneh?""Tumben cantik banget," gumamnya pelan sambil melonggarkan ikatan dasi."Gak kok, aku coba mau cobain lingerie pemberian Tante Ririn," jawabku sambil tersipu pelan."Baju itu tipis, kamu gak masuk angin?"Duh, kalau dia bertanya seperti ini, aku jadi malu, dan terlihat konyol. Tidakkah dia mengerti bahwa aku mengenakan ini untuk menyenangkan pandangan matanya.Benar saja, Lima menit menatapku tanpa be

    Last Updated : 2024-10-12
  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   12. benar begitu?

    *Lantunan adzan mengalun indah dan menyadarkanku dari tidur, kusibak selimut lalu bangkit perlahan mengusap wajah dengan kedua belah tangan lalu membaca doa, semoga hari ini bisa kulalui dengan mudah. Kulirik suamiku masih terlelap dengan pulas, memandangnya tidur membuatku gamang, entah kenapa tiba-tiba ada rasa hampa dan rindu yang bergelayut tanpa tahu pada siapa semua rasa itu akan berlabuh.Maka aku segera bangkit menuju kamar mandi membuka keran air lalu mulai membasuh anggota wudhu, kemudian kuhamparkan sajadah, bersujud memohon ampun pada Yang Kuasa."Ya Allah, telah begitu jauh hamba darimu, telah begitu banyak kelalaian yang hamba lakukan hingga lupa pada Hak-Mu sebagai Sang Pencipta alam raya, aku telah tersesat jauh ya Allah, hamba buta dan dibutakan kepentingan, ampunilah hamba ya Allah." Begitu doa yang kupanjatkan sembari terus merafaljan istigfar dan menyebut nama Allah.Kutumpahkan segala keluh kesah dan kesedihan, aku memohon petunjuk kemana arah rumah tangga ini

    Last Updated : 2024-10-12
  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   13. masih gamang hatiku

    Masih gamang memikirkan apa yang harus aku lakukan pada Mas Randy, apakah aku harus meninggalkannya atau aku harus bagaimana?Jujur bukan perceraian ujung yang aku inginkan dari rumah tanggaku, aku masih mencintainya namun terlampau perih jiwa ini tersakiti. Aku sungguh merindukan semua sisi indah tentangnya, pengabdian dan kesetiaan yang kubangun selama ini dihancurkan dengan mudah, ibarat perselingkuhannya adalah palu godam yang memukul kaca hingga luluh lantak berkeping-keping.**Aku telah siap mengenakan pakaian kantor dan sedang memakai sepatu ketika ia menghampiri dan duduk di sebelahku, sofa khusus wardrobe kamar utama. "Bantu aku mengenakan dasi," pintanya.Aku segera bangkit dan memasangkan dasi merah di kerah kemejanya sedang suamiku menatap lekat sambil sesekali tersenyum."Bagaimana penampilanku Sayang?" tanyanya"Bagus.""Sayang ...." Ia merangkulku dari belakang seusai aku mengenakan dasinya, pantulan kami di cermin meja rias terlihat indah meski kenyataan sebenarny

    Last Updated : 2024-10-12
  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   14 perdebatan kita

    Kubanting pintu ruanganku dengan keras sambil menahan emosi yang memburu, kuhampiri dispenser lalu menuangkan segelas air dan kuteguk segera."Sial sekali, ia sampai mencariku ke kantor, untung saja Eleanor tak membuat keributan di loby, kalo tidak semuanya bisa kacau, aku akan menjadi pusat perhatian, dan iitu akan berpengaruh besar pada nama perusahaan," batinku."Aku harap setelah pukulanku barusan, dia tak akan berani lagi untuk mendatangi tempat ini, dan mencariku, tidak tahu malu sekali dia."Tok ... Tok ....Tiba-tiba ketukan di pintu menyentakkan lamunanku. Mas Randy masuk sedetik kemudian dan langsung menghampiriku."Kudengar kau menemui seorang tamu dan menamparnya, apa yang terjadi?"Wow, kilat, cepat sekali Mas Randy mengetahui semuanya."Siapa yang memberi-tahumu?""Uhm ...." Ia terlihat ragu."Suasana di loby sedang sepi karena saat ini adalah jam kerja, hanya petugas resepsionis dan bagian informasi saja, lantas dari mana kamu tahu, Apakah seseorang memberi tahu," cecar

    Last Updated : 2024-10-13

Latest chapter

  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   36

    Di pagi yang cerah di awal musim penghujan, istriku yang telah berbadan dua dan menjelang minggu-minggu terakhir kehamilannya terlihat sangat payah dan sejak pagi terus meringis memegangi perutnya."Ada apa, Sayang?" tanyaku menghampirinya yang sedang menggosok sepatuku di dekat meja sepatu."Gak apa-apa, Mas, lagi kontraksi palsu aja kali," jawabnya.Kuraih sepatu dari tanganya dan menuntunnya untuk duduk, "kalo akut gak usah merepotkan diri Sayang, aku masih bisa siapkan sendiri," kataku."Meski punya asisten, Mas tahu kan, kalo dari dulu aku lebih suka menyiapkan segala keperluan suami sendiri," balasnya."Iya, tapi perutmu sudah besar dan itu membuatku kepayahan, Sayang," ucapku sambil menciumi jemarinya."Gak apa, Mas." Ia bangkit perlahan lalu beringsut menuju meja makan namun sesaat kemudian ia terlihat menghentikan kegiatannya dan terlihat tegang sambil memegangi perut buncitnya."Ada apa, Imel?" Aku mendekatinya dan kulihat buliran peluh mulai timbul dari keningnya."A-aku ga

  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   35

    Aku mengenal dia di masa kuliah, gadis yang bertubuh sedikit tambun dan memiliki senyuman manis mencuri menawan hatiku. Dia sangat baik dan penuh dengan perhatian, pertama kali berjumpa dia bertanya padaku di mana lokasi perpustakan dan aku pun menunjukkan padanya, di awal pertemuan itulah hubungan kami berlanjut.Hari demi Hari berlalu dengan pertemanan yang semakin erat, aku merasa semakin hari semakin dekat padanya, Ia pun tidak pernah lupa untuk menyapa memberi perhatian kecil mengirimkan ucapan selamat pagi ditambah emoji lucu lewat ponsel juga sering mengingatkan diriku beribadah dan berbuat baik kepada sesama. Jujur, hal itu membuatku menjadi sangat menyukainya. Dialah Imelda Subroto gadis yang terkenal kaya namun rendah hati di lingkungan kampus kami.Karena kedekatan itu maka kuputuskan untuk serius melamarnya, meski aku tahu aku tak punya apa-apa. Tapi, kuberjanji bahwa aku akan memberinya kebahagiaan seutuhnya."Apakah Mas yakin mau menikahiku?" tanyanya dengan raut waj

  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   34

    Hari itu tanggal 12 November, dalam kesyahduan pagi yang penuh berkah.***Aku mengalami sakit kepala hebat dan entah mengapa sejak Agi tadi aku tak mengerti sebabnya. Kutinggalkan kantor dan menitipkan semua urusan lanjutan pada Mia, asisten setiaku yag kini sudah beerhijrah mengenakan pakaian syar'i dan makin Istiqomah."Mia aku pulang, ya," pamitku."Lho, Bu. Ibu mau mau kemana, kan ada rapat dengan para staf," jawabnya heran."Aku merasa mendadak pusing dan lemas," Jawabku."Bagaimana kalo kita bawa ke rumah sakit?""Ga usah aku aku pulang aja," tolakku.Baru saja akan kulangkahkan kaki keluar dari lobi utama tiba-tiba mataku berkunang kunang, telingaku berdenging lalu semuanya gelap seketika.**Kucoba membuka mata dengan sangat kuat, samar samar kulihat ruangan yang kini kupastikan adalah rumah sakit, berdinding putih, peralatan infus dan tensi, peerawat yang berlalu lalang dan bau obat, khas rumah sakit."Bu Imelda," sapa Mia yang terlihat khawatir padaku."Duh," aku berusaha b

  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   33

    Musim berganti setelah sekian purnama, matahari berpendar digantikan cahaya bulan yang silih berganti seperti itu, saling menyertai, namun tidak denganku. Aku masih betah menyendiri.Kususuri ruang dalam rumah ini, kuraba dinginnya dinding yang menjulang menemaniku selama bertahun-tahun merajut hari dalam sepi. Aku kesepian, sungguh, ketika di satu sisi kesendirian itu membuatku tangguh namun saat yang bersamaan juga membuatku rapuh.Aku merindukan seseorang dalam hidupku, kerena jujur aku masih normal dan aku butuh teman berbagi, namun sekali lagi trauma luka yang terdalam itu masih membekas dan membuatku, sedikit tertutup.*Kukenakan hijab dan memasang Bros sebagai pemanis,kupulas bedak dan sedikit lisptik, meraih tas lalu bersiap menjalani rutinitasku.Gawai berdering ketika aku sedang sarapan, kuambil benda itu dari dalam tas dan melihat nama kontak yang tengah memanggil adalah Mia, asisten pribadiku selama bertahun-tahun, ia ia telah menikah dan memiliki satu orang putra dan te

  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   32

    Beberapa tahun berlalu setelah perjumpaan terakhirnya dengannya. Semilir angin meniupkan ranting dan menggugurkan daun kering, menerbangkannya lalu terhemoas jatuh ke aspal jalan. Berkali kali kupandangi kejadian serupa di bangku taman ini, tempat yag kini selalu menjadi tempat favoritku untukelepas lelah taman dengan pepohonan yang tinggi dan rindang yang tak jauh dari lokasi kantorku.Peralihan musim dari kemarau ke musim hujan membuat beberapa pepohonan menggugurkan daunnya agar tidak merangas kekurangan air. Dan sinilah aku tiap sore melihat daun daun itu berguguran. Dalam cuaca seperti ini, beberpaa orang menikmatinya dengan berfoto ria dengan pasangannya, anak dengan orang tuanya, dan sebagiam lagi remaja dengan teman teman mereka berpose dengan gaya saling saling melempar daun daun kering ke udara. Sedangkan aku yang duduk di sini hanya tersenyum menatap mereka.Kubenahi jaket yang membalut tubuh, serasa angin yang berembus barusan mempermainkan anak rambut dan cukup menusukka

  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   31

    Siang ini aku berniat menemui Mas Randy untuk memintanya menandatangani berkas perceraian kami, sekaligus aku ingin memberi tahunya berita duka bahwa kekasihnya telah meninggal dunia.Begitulah, setelah 25 menit berkendara dari kantor, maka sampailah aku di rutan tempat mas Randy di tahan. Ia baru di pindahkan kemari setelah kemarin sempat satu bulan ditahan di kantor polisi."Bu Imelda," sapa salah seorang petugas yang pernah kutemui di pengadilan kemarin."Ya ... Ada ada Pak?""Ibu mau kemana?""Saya akan menemui Pak Randy," jawabku."Kebetulan ini saya mau menitipkan surat," katanya sambil menyodorkan kertas beramplop coklat."Dari siapa?""Dari mendiang Nona Elea, kami menggeledah selnya dan menemukan sepucuk surat yang ditujukan pada anda dan saudara Randy," jawabnya.Kupegang amplop itu dan berkali kali kutimbang untuk membuka dan membaca isinya. Kutepikan diri sejenak di bangku koridor rutan.Kubuka sisi amplop dan mengeluarkan selembar kertas yang bertulis di sana, Dear Mbak

  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   30

    Tring ...Suara ponselku berbunyi dan sebuah Pesan masuk dari mia, [Bu, petugas dari kantor polisi meminta ibu untuk datang menemui nona Elea]Begitu tulisannya.[Apa keinginanya,] balasku.[Katanya, ia hanya ingin bicara][Baiklah] meski berat tapi kucoba untuk meluaskan hati menemuinya, entah apa yang akan dia katakan, akan kutemui nanti setelah urusanku di kantor selesai.**Pukul tiga sore hari, kupacu mobil dengan cepat menuju kantor polisi di mana elea ditahan.Kutemui bagian informasi dan aku langsung dia arahkan ke ruangan di mana aku bisa bertemu langsung dengan Elea.Setelah menunggu sepuluh menit pintu baja itu terbuka dan ia diantar seorang petugas wanita, wajahnya terlihat pucat dengan kantung mata yang menghitam, bibir kering dan rambutnya yang dipotong sangat pendek, entah dipotong paksa atau ia sendiri yang meminta.Aku enggan untuk mengajaknya bicara lebih dahulu, duduk sambil kutunggu ia melontarkan ucapan selama lima menit sampai akhirnya,"Kalo kamu gak mau ngomon

  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   29

    Semilir angin meniupkan elegi hampa dan kidung sedih berdendang di telinga. Kutatap bias jingga di cakrawala senja, kuresapi makna dari rentetan cerita yang menjadi kisah dalam hidupku. Aku terjatuh dalam kecewa dan luka.Mas Randi ... Kueja namanya perlahan, Bukan inginku, jika akhir dari rumah tangga kami harus seperti ini, kupikir dari pengintaianku tadi aku hanya mendapat bukti hubungan saja namun lebih dari itu kenyataan yang membelalakkan mata membuatku tercengang dan kini meragukan arti sebuah cinta dan hubungan. Benarkah bahkan rumah tangga pun bisa jadi alibi untuk meraih ambisi.Dia ingin kaya, bersamaan dengan itu, ia juga ingin membahagiakan kekasihnya Eleanor. Entah sejak kapan mereka saling kenal dan menjalin asmara, yang jelas, aku telah lalai mengawasi suamiku sendiri atau sialnya, aku yang telah dibodohi dan tidak bisa membedakan mana orang yang memberi perhatian palsu atau asli.tok ...tok ...Kuhampiri pintu dengan pertanyaan siapa yang datang untuk menjumpaiku ket

  • KUBALAS LUKA YANG KAU TOREHKAN   28

    Bismillah..Terima kasih telah berkenan membaca sejauh ini, ❤️❤️❤️❤️Aku masih terpaku di balik jendela kaca menewarang suasana sore yang digelayuti mendung yang gelap, sekelam perasaan kecewaku terhadap mas Randy.Aku tak pernah menyangka bahwa dia hanya memanfaatkanku, aku tak menyangka jika pernikahan ini hanya alibi untuk meraih ambisi akan harta dan tahta.Elea simaoannanya, sudah dibawa ke kantor polisi atas tuduhan penggelapan dan pemalsuan dokumen, begitupun mas Randy, ia juga telah di tahan di tempat berbeda karena perbuatannya yang mencoba untuk membunuhku, bahkan dua kali.Ponselku berdenting di meja ketika aku akan bersiap mandi, kuraih dan kujawab panggilannya."Halo," sapaku."Halo, Bu Imel, anda bisa datang ke kantor polisi," tanya detektif itu."Untuk apa?""Memberi kesaksian dan membawa bukti tambahan." "Baik siap, satu jam lagi saya meluncur ke kantor polisi," jawabku.**Pukul 14: 45 aku telah sampai di gedung berlantai dua dengan tulisan polres kota, kutemui d

DMCA.com Protection Status