Bab 58Kejutan tak terduga"Katanya ada yang ingin kamu sampaikan pada kami, Sis?" tanya Bapak Mertua Ku melempar pandangannya ke arah Siska.Aku pikir bapak mertua mengetahui perihal Siska meminta ku membayar setiap belanjaan-nya. Tapi ternyata dia sudah diberi bocoran oleh Siska akan sesuatu hal. Siska mengernyitkan dahinya."Iya, Pak. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan pada Ibu maupun bapak." Siska terlihat merogoh saku celana sebelah kiri. Mengambil benda berbentuk kotak. Sepertinya wadah sesuatu, kalau tidak salah wadah cincin. Tapi entahlah apa isinya? Disodorkan benda itu ke hadapan Ibu mertuanya."Bu, ini ada sesuatu buat Ibu. Tapi gak terlalu mahal, semoga Ibu suka!" Ibu tersenyum melihatnya dan segera mengambil benda itu. Perlahan membukanya dan memperlihatkan kepada kami yang berada di hadapannya."Cincin emas? Bagus," ucap Ibu dengan ekspresi yang biasa saja."Ibu suka?" tanya Siska memancing."Suka," jawab ibu seperti tak ada gairah.Aku hanya meliriknya, seolah meremeh
Bab 59pamer"Ih … Pamer … Dulu pas masih tinggal sama mertua. Gak pernah tu Mbak Nanda ngasih uang! Kalau ibu gak minta sama Mas Wawan, ibu gak akan pernah dikasih sama Mbak Nanda! Mas Adi aja kalau ngasih gak pernah di depan kalian. Karena memang Mas Adi orangnya gak suka pamer!" tutur Siska yang kepalanya sambil kanan kiri seperti gerakan Tina toon.Astaga, mendengar ucapan Siska seketika membuatku naik darah. Padahal dia tidak tahu perjuanganku dulu. Tidak tahu bagaimana sulitnya ekonomi ku dulu, dia hanya melihat aku di posisi sekarang tapi tidak melihat prosesnya. Dan dia juga tidak tau bagaimana sikap mertuanya itu.Aku masih saja diam, dan membuang napas dengan sedikit bersuara."Mas Wawan lihat istrinya gitu, juga cuma diem aja. Dinasehati dong! Gak jelas banget maksudnya apa?" Nada bicara Siska memang sedikit menggur. Tapi kurasa dia benar. Benar-benar iri melihat ku bisa memberikan uang itu pada bapak."Bapak belikan sapi atau kambing terserah, Bapak. Jadi nanti sewaktu-wak
Bab 60Khayalan.Aku mengambil oksigen sebanyak-banyaknya dan membuangnya perlahan."Tidak, semua itu tidak benar! Siska menantu yang baik. Dia tidak memerintah ibu melakukan pekerjaan apapun. Ibu sendiri dengan sukarela melakukannya!" "Tu … Denger sendiri kan? Ibu lho yang bilang kalau aku itu menantu baik, jangan-jangan Mbak Nanda gak suka lagi dengan aku! Mas Wawan lihat tu istrimu. Memfitnah aku sembarangan, diajari dong, Mas!" Siska terlihat marah dan juga menyalahkan suami Nanda."Gimana sih, Mas Wawan ini? Punya istri kok gitu banget, suka fitnah dan juga ngomong yang tidak-tidak! Dasar kakak ipar gak tau diri!" timpal Adi yang mulai tersulut emosi."Kamu itu gimana sih, Dek? Kalau gak punya bukti dan juga gak tahu jangan asal bicara! Jadinya kan fitnah, tu lihat Siska. Kasihan dia!" Semua orang yang ada di ruangan itu menyudutkan Nanda. Menantu tertuaku, entah mengapa jawaban dari mulut ini malah membuatnya semakin disudutkan. Terlebih suaminya malah ikut memarahinya. Yang b
Bab 61Mertua sadar "Hem," Bibir ini tak mampu berucap.POV authorAda ragu terlihat dari raut wajah Nanda. Dia seakan ingin mengatakan sesuatu hal. Namun diurungkannya."Gak papa, Bu. Hati-hati," ucapannya terhenti begitu saja. Padahal dalam hatinya dia ingin mengatakan hal lain. Bu Darti hanya mengangguk, dia tak banyak bicara setelah percakapan tadi. Mungkin kini dia sedang meratapi nasibnya, mempunyai menantu seperti Siska.Langkahnya masih tertatih dengan memakai tongkat, tergopoh-gopoh berjalan pulang kerumah. Meskipun jarak antara rumah mertua dengan rumah Nanda, hanya berjarak lima meter.Siska dan Adi langsung menuju kamar. Ada rasa marah tersirat diwajah mereka. Mereka nampaknya tak sepaham dengan ibu. Dan juga Adi tak bisa percaya dengan ibunya. Padahal kalau dia bisa lebih dewasa lagi, keadaanya tidak akan serumit ini.Malam sudah semakin larut, mereka akhirnya menyudahi kegiatan hari ini. Menutup mata dan berbaring, mengistirahatkan tubuh sejenak. *******"Mas, Ibu mu
Bab 62Iri dengkiPOV SiskaGegara kakak Ipar memberikan sejumlah uang pada Bapak dan juga ibu, dengan jumlah yang tidak tanggung-tanggung. Membuatku malah seperti nungsep sampe di dasar laut. Cincin yang aku belikan dengan harga yang tidak seberapa di banding uang sejumlah dua puluh juta. Entah dari mana uang tersebut. Sebab Mbak Nanda orangnya pelit minta ampun, setiap hari saja makan hanya berlauk tahu dan juga tempe, makan ayam saja seminggu sekali. Pantes cepet kaya!******Aku sengaja menyampaikan unek-unek ku dengan Mas Adi. Bermaksud agar Mas Adi menegur ibunya maupun kakak iparnya. Selama aku masih lihai bersandiwara didepan suami. Pasti semuanya akan baik-baik saja. Secara Mas Adi terlanjur cinta buta dengan ku. Apapun yang aku katakan pastinya dia percaya saja. Benar bukan perkataan ku? Dia akan mengurus semuanya. Aku dibiarkan banyak istirahat dan juga makan yang banyak .Setelah Mas Adi meninggalkan rumah beserta bapak. Aku kembali ke dapur mencuci piring. Sengaja aku me
Bab 63Siska durhaka"Ini uang buat beli SOP buntut kamu!" Nanda melempar uang dua puluhan ribu berjumlah lima lembar. "Maksud Mbak Nanda apa ya?" Siska terkejut melihat tindakan Kakak iparnya baru saja. Melempar sejumlah uang dihadapannya hingga uang berterbangan tak karuan."Sop buntut kamu, Mbak bayar. Jadi berikan ibu semangkok sop itu dan minta maaf lah padanya! Ini rumahnya, tidak sepantasnya kamu seperti itu." Nanda menatap tajam Siska, kedua netra mereka beradu. Ada kilatan amarah dan juga ketidaksukaan dari kedua menantu itu.Mereka sama-sama dengan pendiriannya."Mbak Nanda bisa sopan gak sih? Masuk kamar langsung nyelonong, melempar uang segala! Jadi orang kaya dadakan jadi gitu deh!" Siska mencoba menguasai keadaan. Meskipun tadi dia juga terlihat agak takut dengan sang kakak ipar."Nyolot ya kamu! Minta maaf sama ibu!" titah Nanda masih sama."Gak, Siska gak mau! Siska gak salah, seharusnya Mbak berterima kasih sama Siska. Karena sudah mau merawat ibu, lagian Mbak Nanda
Bab 64Kedatangan bulekBude Rina dan juga lainnya heran melihatku yang seperti cacing kepanasan.Ada rasa takut, marah dan juga lega. Bercampur aduk menjadi satu didalam dada."Nan, mondar-mandir gak jelas! Kamu kenapa?" tanya Bude Rina yang sedang menggunting kain."Anu- Bude. Saudara Nanda mau dateng!" ucapku sambil memainkan tangan. Tak ku perjelas saudara mana yang akan datang."Siapa, Mbak?" sahut Siska yang selalu kepo dengan urusanku."Nanti juga tahu!" jawabku singkat.Tak berapa lama deru mobil Paj*ro berhenti didepan rumah. Cukup lama si empunya mobil keluar. Entah apa yang mereka lakukan didalam, sebab tak terlihat dari luar.Kami berempat saling melempar pandangan. Aku langsung berjalan keluar menanti sosoknya yang selama ini membuatku geram. Pertama pria yang mengemudi keluar, tak lama diikuti wanita yang ada di sebelahnya. Membanting pintu mobil dengan cukup kuat.Buk …Kupandangi sosoknya dari atas kepala hingga kaki. Mereka berjalan beriringan menghampiriku yang berd
Bab 65Nikah paksaanPOV Bulek Ami"Ibu gak mau tahu ya, Jas. Kamu harus bikin suamimu cinta banget sama kamu. Kamu harus pinter-pinter Muasin dia diatas ranjang!" gertakku pada Jasmin yang mengadu padaku tak kuat dengan pernikahannya."Tapi, Bu. Jasmin sudah tidak tahan lagi, apalagi Jasmin selalu di teror istri ke duanya. Jasmin takut, Bu." keluh Jasmin dengan nada bergetar. Aku sudah tidak menghiraukannya lagi. Meskipun dia satu-satunya anakku. Tapi tak aku perdulikan lagi, sebab uang sudah menyilaukan mataku. Aku tidak akan mau hidup susah seperti dulu.Mas Samsul lelaki yang sekarang menjadi suamiku tidaklah berguna, dia juga hanya memanfaatkan ku kala itu. Kala aku masih memiliki uang banyak. Setelah aku tidak memiliki apa-apa lagi, dia juga hanya diam saja. Tidak bisa di andalkan. Dasar lelaki tidak berguna, menyesal sudah mau dinikahi olehnya."Ibu sudah berjanji akan mengembalikan semua hutang-hutang ibu! Jadi jangan sampai kau bercerai dengan suamimu! Kuras hartanya hingga