Sementara Wirota di rawat oleh Resi Triguna dan putrinya, Wijaya dan sisa-sisa pengikutnya telah tiba dengan selamat di Madura. Setelah pertempuran di tepi hutan melawan orang-orang Pring Wulung, Wijaya dan sisa-sisa pengikutnya singgah di desa Kudadu. Mereka diterima dengan baik di rumah Macan Kuping Kepala Desa Kudadu yang ternyata masih setia kepada Prabu Kertanegara. Macan Kuping mempersilahkan mereka menginap di rumahnya dan memberi mereka makanan dan pakaian. Wijaya yang sangat mencemaskan luka di betis Gajah Pagon yang parah, akhirnya memasrahkan Gajah Pagon pada Macan Kuping untuk dirawat. Gajah Pagon ditinggal di desa Kudadu sedangkan Wijaya meneruskan perjalanannya ke Madura bersama pengikutnya. Macan Kuping bahkan memberikan bantuan berupa kapal untuk melakukan perjalanan ke Madura.Setelah melalui perjalanan panjang dan berliku karena harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan pasukan Daha, akhirnya sampailah mereka di Madura. Di sana Aria Wiraraja mene
Wijaya berusaha menenangkan isterinya, dalam hati dia juga setuju dengan pendapat isterinya. Namun Pangeran muda itu telah mempelajari satu hal dalam politik bahwa suatu saat kawan bisa jadi lawan dan lawan bisa jadi kawan. "Adinda, saat ini kita sudah tidak memiliki pasukan, senjata ataupun uang untuk berperang, Wiraraja memiliki semua yang kita perlukan Orang seperti dia justru harus kita manfaatkan, yang penting untuk saat ini tujuan kita bisa tercapai," kata Wijaya berusaha meyakinkan isterinya."Tapi bagaimana jika kelak dia berkhianat dan bekerjasama dengan orang lain lagi untuk merebut wilayah kita di sebelah baratnya?" Tanya Tribuaneswari."Adinda, kau pikir aku hanya berdiam diri saja melihat wilayah kita di caplok? Tak kan kubiarkan hal itu terjadi, kelak setelah dia meninggal, keturunan kita akan merebut kembali wilayah Tigang Juru dari tangannya," kata Wijaya."Baiklah, untuk sementara kita ikuti saja apa maunya dia," kata Tribuaneswari.*****Wijaya akhirnya setuju untu
Kubilai Khan sudah mempersiapkan pasukannya untuk menghukum Raja Jawa yang telah menghina dirinya dan melukai Mengki utusannya. Tidak tanggung-tanggung kali ini dia mengerahkan 30 ribu pasukannya dengan 1000 kapal yang membawa pasukan, kuda, senjata termasuk meriam dan pelontar granat serta perbekalan makanan untuk satu tahun,Dia mengutus tiga orang jenderalnya yaitu Shi Bi yang orang Mongol, Ike Mese orang Uighur dan Gao Xing yang orang China. Pasukan Mongol berangkat dari China, menyusuri Vietnam dan Champa hingga Malaya dan Sumatera. Perjalanan itu sekaligus juga merupakan kampanye militer Mongol di wilayah Asia Tenggara. Mereka berharap, jika mereka dapat menguasai Jawa maka wilayah-wilayah Nusantara lainnya dapat mereka kuasai juga.*****Sementara itu, Wirota sudah mulai membaik keadaannya setelah dirawat oleh Resi Triguna dan putrinya Lipursari. Setiap pagi dia memperhatikan Lipursari yang berlatih ilmu Bunga Besi. Pagi itu Lipursari membawa sebuah kotak kayu, dari dalamnya
Belum lagi hilang rasa terkejutnya tiba-tiba terdengar lagi suara Lipursari "Wirota, tusukan semua bunga ini!"Tiba-tiba Wirota melihat ada hujan bunga menuju ke arahnya, ada bermacam-macam bunga yang dilemparkan Lipursari, Mawar, Cempaka, Kenikir, Kecombrang, Teratai, Bakung. Wirota dengan sisa-sisa tenaganya melompat dan mngarahkan lautan bunga itu ke dada Arya Rahu. Arya Rahu terkejut melihat lautan bunga yang melayang ke arahnya, sembelum dia menyadarinya, bunga-bunga itu sudah melesat menancap di bagian depan tubuhnya dan robohlah Arya Rahu ke tanah dengan tubuh penuh tangkai bunga menancap di dadanya."Sungguh aku tak menyangka, aku seorang Senopati senior di Daha, ternyata harus mati ditusuk bebungaan oleh seorang gadis buta," ujarnya lirih.Wirota mendekati tubuh Arya Rahu yang terbaring di tanah lalu memeriksanya"Dia sudah mati, Lipur, terimakasih atas bantuanmu. Tanpa bantuanmu aku tidak dapat mengalahkannya karena tubuhku masih lemah," ujar Wirota.Wirota tahu, gadis it
"Darimana kau tahu bahwa aku adalah Hantu Sungai?" Tanya nelayan itu."Patih Kebo Mudarang yang mengatakannya. Hantu Sungai, kau adalah seorang pembunuh bayaran handal, pencari jejak terbaik di negeri ini. Bahkan orang yang sudah lama hilang di gunung dapat kau temukan dengan mudah. Gusti Jayakatwang memintamu untuk.mencari Wijaya. Sejak pertempuran di Keputren, dia hilang bagai di telan bumi bersama 3 putri Kertanegara yang berhasil diselamatkannya. Jika kau bertemu Wijaya bunuh dia dan bawa ketiga puteri Keraton itu ke Daha! Berapa harga yang kau minta untuk pekerjaan itu? Kami akan membayarmu dengan bayaran yang tinggi!"Wirota terkejut mendengar permintaan pejabat Daha itu. Mendadak dia jadi waspada. Rupanya dia berprofesi sebagai pembunuh bayaran. Aku harus berhati-hati dengannya, pikir Wirota.Pria yang dipanggil dengan sebutan Hantu Sungai itu kemudian berkata"Mengapa kau sangat yakin bahwa aku bersedia melakukan pekerjaan itu?" Tanya Nelayan itu.Pejabat Daha itu tampak tert
Nelayan itu kembali terkekeh sembari berkata"Oh, jadi Ki Sanak sudah sedari tadi mendengar percakapanku dengan orang itu?"Wirota tampak salah tingkah ketahuan menguping"Maaf Ki Sanak, aku tidak sengaja mendengarnya," kata Wirota sambil menundukan kepala.Nelayan masih mendayung perahunya melewati tepian Kali Mas anak sungai Berantas menuju pelabuhan sungai. Mereka melewati tepian hutan yang sepi, jarang ada perahu yang lewat disitu, Mendadak terbersit pikiran burukTempat ini sepi, bagaimana jika dia membunuhku di sini? Batin Wirota."Aku memang seorang pembunuh bayaran yang hina, tetapi dalam meilih sasaran, aku selalu memilih orang-orang yang memang jahat dan pantas untuk dibunuh. Para pejabat Singasari, Daha, Gelang-Gelang dan wilayah-wilayah di Singasari sering menggunakan jasaku untuk menyingkirkan lawan politiknya dalam perebutan jabatan atau menutupi skandal mereka. Jika lawan mereka adalah pejabat jahat atau orang jahat, aku mau membunuhnya. Tetapi jika lawan mereka orang b
Perempuan itu usianya sekitar 30 tahunan, dia menggenggam sebilah pedang menghadang Nelayan."Ada apa lagi? Aku tak mengenalmu lagipula aku tidak mau berurusan dengan perempuan," kata Nelayan sambil beranjak pergi.Perempuan itu tampak marah, dia mengejar Nelayan dan berkata"Kau telah membunuh suamiku, jadi aku harus membunuhmu!"Nelayan tertegun lalu berbalik dan berkata"Seharusnya kalau kau mau balas dendam, bukan kepadaku karena aku hanya pembunuh bayaran, sebaiknya kau tanya saja pada kepala desa dan para penduduk di kampungmu. Mengapa mereka membunuh suamimu."Nelayan kembali berjalan menuju tepi sungai.Perempuan itu tampak terkejut dan mengejar Nelayan"Hei tunggu, tapi aku tetap harus membunuhmu dahulu!" Seru perempuan itu sambil mengayunkan pedangnya ke arah kepala Nelayan.Walaupun di serang dari belakang, namun Nelayan seolah seperti memiliki mata empat dengan dua mata yang lain di belakang kepalanya. Dia hanya menggeser tubuhnya sedikit menghindari sabetan pedang wanita
Ketika sosok penolong itu berbalik masuk ke kedai makan, Wirota terkejut ketika melihat wajahnya“Gusti Wijaya,” sapanya ketika orang itu berpapasan dengannya.Wijaya terkejut melihat Wirota“Kau ternyata masih hidup? Ketika kami tiba di desa Kudadu, aku menunggu kedatanganmu, tetapi kau tidak kunjung datang. Akhirnya kami terpaksa meninggalkanmu karena kami juga tidak bisa lama-lama di Kudadu, Gajah Pagon tidak kami ajak di Madura karena kakinya terluka parah.”“Oh, jadi Gusti Pagon tidak ikut? Lalu siapa pemuda Madura yang bersama anda tadi?” Tanya Wirota.“Dia Ranggalawe putra dari Aria Wiraraja, dia yang akan membantuku selama di Jawa.”Wijaya kemudian memanggil Ranggalawe yang masih mengobrol dengan Lembu Sora“Lawe, kemarilah, aku kenalkan kau dengan salah satu prajurit terbaikku!”Ranggalawe menghentikan pembicaraannya dengan Lembu Sora dan menghampiri Wijaya.“Wiro, dia Ranggalawe putera Aria Wiraraja, kuharap kalian bisa bekerjasama dengan baik,” kata Wijaya.“Rahayu Ndoro