Cassandra menggeleng pelan seolah tidak percaya. "Apa maksudmu, Andrian?" tanyanya sangat lirih.Andrian hanya tersenyum miring sekilas. "Telingamu berfungsi, kan?" sindirnya. "Baiklah, aku ulangi, istriku!" Andrian mendekatkan wajah pada Cassandra. "Malam ini aku akan tidur dengan perempuan lain di sini. Jadi, keluarlah!" perintahnya dengan nada tinggi. Cassandra ternganga. Dia menatap berkaca-kaca pada laki-laki itu. Cassandra seperti merasakan deja vu. Andrian pernah melakukan hal yang sama ketika mereka masih menikah kontrak dulu. Namun, sekarang? Mereka tidak lagi terikat pernikahan kontrak. Namun, pernikahan yang dilandasi komitmen untuk belajar saling mencintai. Lalu apa ini? Andrian kembali bersikap seenaknya sendiri dengan dalih balas dendam."Tidak, aku tidak akan membiarkannya," lirih Cassandra dengan tatapan berkabut. "Kamu tidak boleh melakukan itu, Andrian. Tidak boleh!" "Keluar! Keluar, aku muak melihatmu, Cassandra Lussete!" usir Andrian sembari menarik paksa tangan
"Kalau ditanya itu jawab, jangan seperti orang tidak punya telinga! Kamu dengar, tidak?" ulang Andrian dengan kesal.Di sampingnya, Cassandra memejamkan mata sejenak sembari mendengus lirih. Dia harus menpertebal telinga mendengar ucapan Andrian. Sabar, sabar, memiliki suami bermulut racun kalajengking harus extra sabar. Cassandra kembali menarik napas, melonggarkan dadanya yang sesak. Wanita itu berhenti di depan lift diikuti oleh Andrian. Andrian melirik Cassandra yang bersikap benar-benar berbeda pagi ini."Kenapa denganmu, Cassandra? Apa kamu kesurupan sehingga mendiamkanku?" Kembali Andrian mengungkit.Ting!Pintu lift terbuka, tanpa repot-repot menjawab, Cassandra memasuki lift lebih dahulu disusul Andrian. Keduanya adu punggung di dalam kotak baja berukuran lebih dari 2 meter persegi itu.Pintu lift kembali terbuka di lantai 4. Cassandra bergegas keluar, tetapi dengan cepat Andrian menarik tangannya sehingga dia kembali memasuki lift.Cassandra menepis pelan tangan Andrian, lal
"Katakan, apa itu benar?" tanya Andrian menuntut jawaban.Cassandra menoleh pada Angelica dan kedua temannya di situ. Lalu wanita itu segera bangkit dan menarik pelan tangan Andrian untuk menyingkir dari situ."Jika kamu ingin tahu jawabannya, aku jawab iya, puas kamu?" tanya Cassandra sinis.Wajah Andrian memerah seketika mendengar jawaban Cassandra. Laki-laki itu menatap nanar sang istri yang lagi-lagi menunjukkan sikap tak acuh. "Sejak kapan kalian dekat? Apa karena dia salah satu pelangganmu?" tanya Andrian tercekat."Anggap saja begitu. Baiklah, sekarang sudah sore. Saya harus pulang karena pekerjaan saya sudah selesai!" ucap Cassandra lalu beranjak dari dekat Andrian.Andrian menahan langkah sang istri dengan menyambar tangan wanita itu dan mencengkeramnya erat. Cassandra langsung memalingkan wajah dari suaminya itu. "Lepaskan aku, Andrian. Aku harus pulang," pinta Cassandra lirih."Kalau kamu pulang, kita pulang bersama. Ayolah, kita mulai berdamai Cassandra. Jangan mulai lag
"Bunda Stefania, kenapa dia tiba-tiba menelepon?" tanya Andrian retoris.Sambil tetap mengemudi, Andrian menyambungkan telepon dengan head unit. Keningnya semakin mengernyit ketika terdengar suara khawatir dari Bunda Stefania di seberang sana."Maksud Anda, Cassandra tinggal di panti sekarang?" tanya Andrian memastikan. Dia memang tidak mencari tahu di mana Cassandra tinggal. Gengsinya terlalu tinggi untuk terus memohon sang istri kembali, apalagi mencari keberadaan wanita itu. Akhirnya, Andrian menarik napas lega mendengar Cassandra tinggal di panti lagi. Setidaknya dia memiliki sedikit titik terang mengenai hubungan Cassandra dan Jemmy adalah sebuah kesalahpahaman, seperti yang Cassandra jelaskan waktu itu."Cassandra pergi dari panti. Dia bilang ke rumah Bella, tapi Bunda tidak yakin, Tuan!" beritahu Bunda Stefania dari seberang, menginterupsi lamunan Andrian."Maksudnya bagaimana, saya belum mengerti!" ulang Andrian lagi."Dia bersikap aneh. Tiba-tiba pamit ke rumah Bella, tapi
Jemmy tidak menghiraukan tangisan Cassandra di bawah kungkungannya. Laki-laki itu menyusuri tubuh indah Cassandra dengan ciuman dan tatapan memuja. Dia berharap sikap Cassandra melunak dan melupakan sejenak keberadaan Andrian di hati serta pikiran wanita itu.Namun, apa yang diharapkan Jemmy tidak pernah terjadi. Kini tubuh Cassandra memang menjadi miliknya, tetapi hati dan pikiran wanita itu tidak berada di sini. Cassandra tidak menikmati sedikit pun permainan yang Jemmy berikan. Dia merasa tersiksa setiap kali Jemmy membawanya pada penyatuan menyakitkan."Maafkan aku, Andrian, maaf," jerit hati Cassandra pilu ketika Jemmy terus meniti kenikmatan demi kenikmatan dari setiap inchi tubuhnya.Sesekali Jemmy mengecup bibir Cassandra untuk meredam tangisan wanita itu. Berkali-kali pula air mata Cassandra meleleh di pipi."Seandainya ini bukan kamu, aku tidak menyukainya, Honey. Tapi aku harus menghormatimu karena kesepakatan kita." Jemmy berkata kecewa sambil terus mencapai puncak kenikma
"Apa kamu tidak ingin membuat kejutan untuk suamimu, Honey?" tanya Jemmy sembari menatap dalam Cassandra.Cassandra mengerutkan kening tidak mengerti. Bibir wanita itu sedikit terbuka sembari membalas tatapan Jemmy dengan bingung. Melihat kebingungan di wajah Cassandra, Jemmy hanya terkekeh pelan.Selanjutnya, Jemmy membukakan pintu mobil untuk Cassandra. "Jangan pikirkan. Aku berpikir kalau Andrian mengetahui apa yang terjadi di antara kita, pasti akan menjadi sebuah kejutan besar. Tapi jika kamu tidak menginginkannya, aku harus menghormati itu!" ucapnya masih sambil terkekeh.Pandangan Cassandra langsung berubah tajam. Dia mendorong dada Jemmy sehingga laki-laki itu mundur selangkah. Jemmy mengangkat kedua tangan sejajar dada."Wait, wait! Aku hanya bercanda, Honey. Jangan dianggap serius."Cassandra menunjuk wajah Jemmy. "Jika Anda mengatakan kegilaan ini padanya atau pada Kakek Gennaro, saya akan katakan pada semua orang jika Anda adalah musuh La Stampa!" ancamnya.Jemmy menganggu
Jemmy mengusap sudut bibirnya yang berdarah sambil menyeringai kecil. Dengan tertatih, dia memasuki mobil, lalu menyandarkan kepalanya di sandaran jok.Antonio yang masih penasaran berdiri di samping pintu dan menatap penuh minat laki-laki itu. Terlihat, Jemmy tertawa kecil, lalu menjilat sudut bibirnya yang terasa perih."Iya, aku dan Cassandra saling mencintai. Kamu tahu, dia adalah wanita yang sangat hebat. Andrian itu bodoh. Memiliki istri secantik dia tapi masih saja bermain gila dengan perempuan lain. Ha ha ha!" "Apa kamu bilang?" sergah Antonio sambil menyambar kerah kemeja Jemmy. "Ralat ucapanmu! Cassandra tidak mungkin mencintai laki-laki asing sepertimu!" Jemmy kembali terkekeh, kemudian menyingkirkan pelan tangan Antonio. "Ya, maybe, itu yang kalian pikirkan. Tapi apakah cinta akan memandang pada siapa akan berlabuh?" tanyanya balik.Antonio kembali menghempaskan cengkeramannya. Jemmy kembali terkekeh jumawa meskipun wajahnya babak belur, badannya terasa remuk akibat menda
"Kakek jawab saja, saya hanya ingin tahu siapa yang benar dan salah dalam hal ini. Delapan belas tahun yang lalu, di Pulau Sisilia!" Gennaro terkejut. Wajahnya pucat seketika mendengar berondongan pertanyaan yang tidak pernah terlintas sedikit pun di benak. Laki-laki tua itu mengusap dahinya yang tiba-tiba berkeringat dingin."Ah, apa maksudmu, Nak?" Gennaro pura-pura tidak mengerti.Cassandra mendengus lirih. Jika Gennaro tidak melakukan kesalahan fatal di masa lalu, tentu dirinya tidak akan menuruti kemauan Jemmy, menjadi pelampiasan nafsu laki-laki itu.Di luar ruangan, Andrian mengurungkan niatnya membuka pintu. Laki-laki itu segera menempelkan telinganya di daun pintu, berharap bisa mendengar lebih jelas pembicaraan istri dan kakeknya di dalam sana."Cassandra, dari mana kamu tahu itu, Nak? Kakek tidak pernah cerita pada siapa pun mengenai hal itu." "Kakek tinggal jawab saja, apa Kakek mengenal laki-laki bernama Juli--""Tidak!" potong Gennaro cepat. "Kakek tidak mengenalnya. S