"Maafkan aku, Amore," ucap Andrian lagi sambil ikut naik ke tempat tidur. "Aku hanya ingin selalu mengingatnya, bukan maksudku membuatmu sedih lagi." Andrian kemudian memegang wajah Cassandra dan mengusap air mata wanita itu.Andrian memang sengaja tidak memberitahu Cassandra perihal foto-foto Angelo yang tersimpan di handphone. Dia berpikir, saat itu Cassandra masih syok dan belum bisa menerima kepergian anak mereka. Cassandra mengerjap sekali lagi, lalu mengangguk samar. "Kenapa kamu tidak memperlihatkan padaku? Aku sangat merindukannya, Andrian," tanyanya protes.Andrian mengangguk samar dengan perasaan semakin bersalah. Kepergian Angelo memang sudah hampir dua bulan, tetapi rasa penyesalan itu tidak juga pergi dari hati Andrian. Cassandra meraih kembali handphone dari tangan Andrian.Ditatapnya berlama-lama wajah mungil seperti tengah tidur pulas itu. Air mata Cassandra tak terbendung lagi. Hatinya teramat sakit ketika mengetahui kematian Angelo memang sudah direncanakan oleh ses
"Kalau kamu sampai ikut campur dan menggagalkan rencanaku, orang tuamu di California sana kupastikan menanggung akibatnya, Fiona. Dengar itu!" Jemmy menyambar jaketnya kemudian beranjak dari kamar Fiona. Fiona mematung. Sebuah pertanyaan baru melintas di benaknya. Dari mana Jemmy tahu orang tuanya tinggal di California? Padahal, selama ini Fiona selalu menyembunyikan tentang keberadaan orang tuanya.Fiona selalu mengatakan pada media dan juga Andrian jika dirinya tidak lagi memiliki orang tua. Untuk menarik simpati publik, Fiona sering mengatakan dirinya korban broken home dan hanya memiliki orang tua angkat.Namun, justru Jemmy mengetahui hal itu. Fiona semakin tidak mengenal sosok kekasih yang dipacarinya selama dua tahun terakhir ini. Brak! Pintu utama ditutup kasar dari luar. Fiona mendengus kesal. Setiap kali Jemmy selesai mendapatkan kenikmatan dari tubuhnya, laki-laki itu selalu bertindak semaunya. Bahkan, tidak jarang Jemmy berbuat kasar untuk mewujudkan fantasi seksualnya.F
"Tuan Kastilont, kenapa Anda di sini?" tanya Cassandra mulai takut.Jemmy tersenyum sekilas, lalu melirik sekeliling yang sepi. Laki-laki itu maju selangkah yang membuat Cassandra mundur sembari menjulurkan tangan ke depan. Raut wajah Cassandra pun semakin ketakutan karenanya."Tetap di situ, atau saya laporkan Anda pada security!" Bola mata Cassandra bergerak waspada, kemudian segera menyambar tasnya. Wanita itu menutup pintu dengan posisi tubuh tetap menghadap Jemmy. Cassandra bergegas melewati Jemmy, tetapi laki-laki itu justru mengikutinya."Tunggu, Nona, tunggu!" cegah Jemmy sembari menyambar lengan Cassandra.Cassandra tidak menanggapi. Setengah berlari, Cassandra meninggalkan Jemmy. Namun, sekali lagi Jemmy berhasil memegang tangan Cassandra. Dengan cepat Jemmy menarik pinggang Cassandra dan mencium bibir wanita itu dengan rakus. Cassandra berusaha memberontak sambil mengangkat sedikit pahanya bermaksud menendang selangkangan Jemmy, tetapi laki-laki itu menghindar.Jemmy melep
Beberapa pesan pop-up itu muncul bersamaan dengan suara dentingan kecil. Andrian mematut dirinya di depan cermin, sambil tersenyum mengingat adegan panasnya bersama sang istri yang hampir menyita separuh malamnya.Andrian menoleh sekilas ketika terdengar suara handphone kembali berdenting beruntun. Sebagai seorang bos, handphone memang menjadi benda paling sibuk di sisinya. Andrian memang tidak menghiraukan beberapa panggilan atau pesan singkat sejak tadi malam karena dia ingin membebaskan pikirannya dari seluk-beluk pekerjaan. Cassandra yang baru keluar dari kamar mandi, justru berinisiatif meraih benda berwarna hitam itu dan memberikan pada Andrian."Grazie, Amore." Andrian mengucapkan terima kasih lalu duduk di sisi tempat tidur.Cassandra beralih duduk di depan cermin merias tipis wajahnya. Dia melirik Andrian yang fokus pada layar persegi panjang di tangannya, lalu menggeleng pelan."Sebenarnya, tadi malam aku ingin cerita sama kamu, Amore." Cassandra berkata datar sambil menyapu
Gebby termangu. Setelah diajak sarapan bersama, lalu Andrian menawarkan makan malam? Gadis itu mencubit lengannya sendiri memastikan jika ini bukanlah mimpi. Namun, ternyata lengannya terasa sakit. Andrian yang memperhatikan hal itu, menyunggingkan senyum satu sudut sekilas."Bagaimana, kamu menerimanya, Gabby?" tanya Andrian lagi, tetapi ekor matanya melirik pada Cassandra.Tidak hanya itu, Andrian juga mengulurkan tangan memegang jemari tangan Gabby. Hal itu jelas membuat Gabby seperti tekena sengatan listrik ribuan watt. Dadanya berdesir hebat dengan suhu tubuh mendadak panas dingin."Ah, ta-tapi, Tuan." Gabby tampak ragu."Ehem!" Sontak, Gabby menoleh ke arah deheman di depan pintu. Dia pun langsung salah tingkah. Cassandra menatapnya datar sembari melangkah anggun ke arah mereka. Wanita itu meletakkan paper bag berisi sarapan untuk sang suami.Tanpa basa-basi, Cassandra duduk di sofa tunggal lalu memandang Gabby dan Andrian bergantian. Berbeda dengan Gabby yang langsung ciut nya
"Ikut saya sekarang!" Andrian menarik tangan Cassandra sedikit kasar sehingga wanita itu hampir terjatuh dari kursi. Namun, Andrian tidak peduli. Laki-laki itu menghentikan langkah di ambang pintu dan menoleh pada Angelica yang masih terlihat syok."Angelica, buang benda menjijikkan itu, lalu katakan pada Zio Ivo untuk memulai meeting! Tidak perlu menunggu saya! Ingat, jangan sampai kejadian ini diketahui orang lain!" perintahnya dengan suara tegas dan dingin.Angelica mengangguk kaku. "Ba-baik, Tuan," jawabnya sangat lirih.Angelica melirik kondom bekas pakai itu dengan tatapan jijik. Dia memegang benda itu seperti memegang ekor tikus, lalu memasukkan ke tong sampah."Apa yang terjadi, Angelica, kenapa Tuan Andrian marah-marah?" tanya Helena tiba-tiba."Oh, il mio Dio!" (Oh, ya Tuhan) pekik Angelica kaget sambil memegangi dadanya.Helena menatap curiga pada rekan kerjanya itu, kemudian beralih pada tong sampah yang tutupnya masih menganga. Sontak, Angelica melepas injakan kakinya se
Cassandra langsung memalingkan wajah, dengan tangan terkepal di sisi tubuhnya. Mendapat serangan tiba-tiba seperti itu, membuat Gabby terkejut dan sontak mendorong pelan tubuh jangkung Andrian.Gabby menunduk di depan Cassandra sambil memilin jemarinya. Cassandra beralih memandang kedua orang di depannya itu bergantian dengan tatapan tanpa ekspresi."Apa kamu pikir yang kamu lakukan ini sudah hebat, suamiku? Ayolah, kalau ada masalah kenapa tidak kita bicarakan, tapi malah kamu tambah masalah lagi? Apa kamu ingin semua jadi berantakan dan mengulang kesalahanmu yang lalu?" tanya Cassandra dengan tangan bersidekap. Dia berusaha sekuat tenaga tidak menunjukkan rasa sakit di depan Andrian dan Gabby.Andrian mengeraskan rahangnya dan melirik sekilas Cassandra. "Esci, Cassandra. Aku muak melihatmu!" usirnya. Cassandra masih bergeming sambil menggelengkan kepalanya. "Get out, Cassandra Lusette!" ulang Andrian dengan suara keras.Helena yang berada di dalam ruangan terkejut dan sontak melongo
"Andrian, hentikan!" Cassandra menahan dada Andrian yang telah mengungkungnya. Andrian menyingkirkan tangan sang istri dengan pelan, lalu kembali melancarkan aksinya. "Aku tidak akan menyakitimu kalau kamu tidak memberontak. Bukankah kita suami istri dan kamu melarangku melakukannya dengan orang lain?" tanyanya lirih.Cassandra mengangguk pelan. Meskipun hatinya terasa sakit akibat perlakuan Andrian sebelum ini, tetapi dia berusaha melayani suaminya itu."Apakah laki-laki brengsek itu juga menyentuhmu selembut ini?" tanya Andrian sinis di antara aksinya.Raut wajah Andrian berubah merah membayangkan istri yang sekarang digaulinya, pernah berbagi peluh dengan Jemmy. Cassandra menggeleng pelan, sembari mencengkeram lengan atas suaminya. "Demi Tuhan, aku tidak pernah melakukannya dengan siapa pun selain suamiku. Jika kamu tidak percaya, bunuh aku sekarang, Andrian," jawab Cassandra lirih.Andrian termangu dalam keraguan. Dia memang tidak percaya dengan semua penjelasan Cassandra. Namu