"Ikut saya sekarang!" Andrian menarik tangan Cassandra sedikit kasar sehingga wanita itu hampir terjatuh dari kursi. Namun, Andrian tidak peduli. Laki-laki itu menghentikan langkah di ambang pintu dan menoleh pada Angelica yang masih terlihat syok."Angelica, buang benda menjijikkan itu, lalu katakan pada Zio Ivo untuk memulai meeting! Tidak perlu menunggu saya! Ingat, jangan sampai kejadian ini diketahui orang lain!" perintahnya dengan suara tegas dan dingin.Angelica mengangguk kaku. "Ba-baik, Tuan," jawabnya sangat lirih.Angelica melirik kondom bekas pakai itu dengan tatapan jijik. Dia memegang benda itu seperti memegang ekor tikus, lalu memasukkan ke tong sampah."Apa yang terjadi, Angelica, kenapa Tuan Andrian marah-marah?" tanya Helena tiba-tiba."Oh, il mio Dio!" (Oh, ya Tuhan) pekik Angelica kaget sambil memegangi dadanya.Helena menatap curiga pada rekan kerjanya itu, kemudian beralih pada tong sampah yang tutupnya masih menganga. Sontak, Angelica melepas injakan kakinya se
Cassandra langsung memalingkan wajah, dengan tangan terkepal di sisi tubuhnya. Mendapat serangan tiba-tiba seperti itu, membuat Gabby terkejut dan sontak mendorong pelan tubuh jangkung Andrian.Gabby menunduk di depan Cassandra sambil memilin jemarinya. Cassandra beralih memandang kedua orang di depannya itu bergantian dengan tatapan tanpa ekspresi."Apa kamu pikir yang kamu lakukan ini sudah hebat, suamiku? Ayolah, kalau ada masalah kenapa tidak kita bicarakan, tapi malah kamu tambah masalah lagi? Apa kamu ingin semua jadi berantakan dan mengulang kesalahanmu yang lalu?" tanya Cassandra dengan tangan bersidekap. Dia berusaha sekuat tenaga tidak menunjukkan rasa sakit di depan Andrian dan Gabby.Andrian mengeraskan rahangnya dan melirik sekilas Cassandra. "Esci, Cassandra. Aku muak melihatmu!" usirnya. Cassandra masih bergeming sambil menggelengkan kepalanya. "Get out, Cassandra Lusette!" ulang Andrian dengan suara keras.Helena yang berada di dalam ruangan terkejut dan sontak melongo
"Andrian, hentikan!" Cassandra menahan dada Andrian yang telah mengungkungnya. Andrian menyingkirkan tangan sang istri dengan pelan, lalu kembali melancarkan aksinya. "Aku tidak akan menyakitimu kalau kamu tidak memberontak. Bukankah kita suami istri dan kamu melarangku melakukannya dengan orang lain?" tanyanya lirih.Cassandra mengangguk pelan. Meskipun hatinya terasa sakit akibat perlakuan Andrian sebelum ini, tetapi dia berusaha melayani suaminya itu."Apakah laki-laki brengsek itu juga menyentuhmu selembut ini?" tanya Andrian sinis di antara aksinya.Raut wajah Andrian berubah merah membayangkan istri yang sekarang digaulinya, pernah berbagi peluh dengan Jemmy. Cassandra menggeleng pelan, sembari mencengkeram lengan atas suaminya. "Demi Tuhan, aku tidak pernah melakukannya dengan siapa pun selain suamiku. Jika kamu tidak percaya, bunuh aku sekarang, Andrian," jawab Cassandra lirih.Andrian termangu dalam keraguan. Dia memang tidak percaya dengan semua penjelasan Cassandra. Namu
Bugh!Jemmy terhuyung ke belakang karena kalah cepat. Laki-laki itu meringis kecil sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Perkelahian itu otomatis memancing beberapa karyawan untuk menonton.Cassandra segera memeluk suaminya dengan erat, mencegah laki-laki itu berbuat lebih nekad. Andrian menatap sekilas sang istri, lalu kembali mengepalkan tangan ke arah wajah Jemmy."Amore, sudah!" cegah Cassandra sembari menurunkan lengan suaminya. "Aku tidak mau kamu berurusan dengan polisi. Cukup, Amore!"Jemmy melirik Cassandra kecewa. Sedangkan Andrian, tanpa sadar membalas pelukan istrinya itu. Cassandra menatap nyalang pada Jemmy. Wanita itu tersenyum sinis, merasa puas melihat luka di sudut bibir laki-laki itu."Itu baru peringatan kecil, Tuan Kastilont. Anda telah membuat semua menjadi kacau dengan cara memfitnah saya. Apa tujuan Anda ke kantor ini hanya ingin membuat kekacauan?" tanyanya sambil menunjuk muka Jemmy.Jemmy menggeleng samar dengan sudut bibir melekuk senyum, laki-laki
"Sebaiknya Kakek hati-hati padanya. Dia mungkin pebisnis hebat, tapi belum tentu punya maksud baik!""Apa maksudmu bicara begitu, hm? Kamu tahu dari mana, Nak?" tanya Gennaro belum juga mengerti. Cassandra menggeleng bingung sembari memilin jemarinya sendiri. Memang saat ini dia tidak punya bukti apa-apa tentang kejahatan Jemmy. Di kalangan para pebisnis, Jemmy dikenal sebagai seorang pengusaha sukses. Oleh sebab itu, Gennaro membuka kesempatan pada Jemmy untuk memberikan suntikan dana di La Stampa Roma."Ah, saya juga tidak paham. Tapi sa-ya, saya ....""Kamu tidak tahu apa-apa soal bisnis. Jadi, berhentilah mempengaruhi Kakek, Cassandra!" sahut Andrian sambil membuka pintu.Rupanya, Andrian sengaja mendengarkan pembicaraan mereka di depan pintu. Andrian tidak ingin Cassandra membuka mulut tentang dugaan kejahatan Jemmy pada Gennaro. Andrian ingin menyelesaikan masalah itu dengan caranya sendiri. Gennaro menatap bergantian pada Andrian dan Cassandra dengan kening berkerut. Dia semak
"Aku tidak ingin ada Gabby atau perempuan lain di sini. Aku ingin kembali menjadi sekretarismu, Andrian!" ucap Cassandra tegas.Cassandra tidak memperdulikan reaksi Andrian yang melongo. Hari ini Cassandra tidak peduli jika harus merendahkan diri di hadapan Andrian. Hari ini dia tidak peduli jika Andrian menganggapnya murahan hanya untuk mempertahankan rumah tangganya.Andrian termangu, berusaha mencerna setiap ucapan Cassandra yang baru saja masuk ke telinganya. Selanjutnya, laki-laki itu menggeleng tidak mengerti."Aneh sekali. Bukankah kamu sendiri yang dulu pergi dari sini? Jangan egois, Cassandra!" ucap Andrian sembari tersenyum sinis. "Aku tidak peduli kalau kamu bilang egois, Andrian. Aku hanya mempertahankan hakku. Aku tidak ingin ada perempuan lain yang masuk dalam kehidupan suamiku!" Senyum di bibir Andrian berubah tawa mengejek. Laki-laki itu menunjuk dada istrinya dengan tatapan tajam seperti seekor elang pemangsa."Dengar, Cassandra! Kamu tidak bisa mengaturku karena kam
Cassandra menggeleng pelan seolah tidak percaya. "Apa maksudmu, Andrian?" tanyanya sangat lirih.Andrian hanya tersenyum miring sekilas. "Telingamu berfungsi, kan?" sindirnya. "Baiklah, aku ulangi, istriku!" Andrian mendekatkan wajah pada Cassandra. "Malam ini aku akan tidur dengan perempuan lain di sini. Jadi, keluarlah!" perintahnya dengan nada tinggi. Cassandra ternganga. Dia menatap berkaca-kaca pada laki-laki itu. Cassandra seperti merasakan deja vu. Andrian pernah melakukan hal yang sama ketika mereka masih menikah kontrak dulu. Namun, sekarang? Mereka tidak lagi terikat pernikahan kontrak. Namun, pernikahan yang dilandasi komitmen untuk belajar saling mencintai. Lalu apa ini? Andrian kembali bersikap seenaknya sendiri dengan dalih balas dendam."Tidak, aku tidak akan membiarkannya," lirih Cassandra dengan tatapan berkabut. "Kamu tidak boleh melakukan itu, Andrian. Tidak boleh!" "Keluar! Keluar, aku muak melihatmu, Cassandra Lussete!" usir Andrian sembari menarik paksa tangan
"Kalau ditanya itu jawab, jangan seperti orang tidak punya telinga! Kamu dengar, tidak?" ulang Andrian dengan kesal.Di sampingnya, Cassandra memejamkan mata sejenak sembari mendengus lirih. Dia harus menpertebal telinga mendengar ucapan Andrian. Sabar, sabar, memiliki suami bermulut racun kalajengking harus extra sabar. Cassandra kembali menarik napas, melonggarkan dadanya yang sesak. Wanita itu berhenti di depan lift diikuti oleh Andrian. Andrian melirik Cassandra yang bersikap benar-benar berbeda pagi ini."Kenapa denganmu, Cassandra? Apa kamu kesurupan sehingga mendiamkanku?" Kembali Andrian mengungkit.Ting!Pintu lift terbuka, tanpa repot-repot menjawab, Cassandra memasuki lift lebih dahulu disusul Andrian. Keduanya adu punggung di dalam kotak baja berukuran lebih dari 2 meter persegi itu.Pintu lift kembali terbuka di lantai 4. Cassandra bergegas keluar, tetapi dengan cepat Andrian menarik tangannya sehingga dia kembali memasuki lift.Cassandra menepis pelan tangan Andrian, lal