Katy Perry - The One That Got Away
_______________All this money can't buy me a time machine, no
Can't replace you with a million rings, noI should've told you what you meant to me (whoa)'Cause now I pay the priceIn another life
I would be your girlWe'd keep all our promisesBe us against the worldIn another lifeI would make you staySo I don't have to say you wereThe one that got awayThe one that got awayThe one (the one)The one (the one)The one (the one)Verena hanya mengintip melihat Asher yang menangis memegang foto Lizzy dan mendengar lagu Katy Perry, semakin merasa teriris-iris. Benar-benar lirik itu menggambarkan keadaan Asher dan Lizzy.
'In another life, I would be your man'
Verena mengintip lagi-lagi dia juga ikut menangis, merasakan apa yang Asher rasakan, dia dekat dengan Asher tahu betul perasaan Asher pada Lizzy dan betapa berharganya Lizzy di mata Asher.
"Asher." tegur Verena, mendekati saudaranya. Dia terduduk di bawah kursi roda milik Asher. Asher sudah sadar kembali, dan tak boleh banyak pikiran yang membuat dia kembali koma seperti kemarin. Verena memegang tangan Asher yang gemetaran tubuhnya, mereka sama-sama terpukul. Belum ikhlas jika Lizzy pergi untuk selamanya, apalagi Asher. Dia bahkan tidak sempat mengucapkan goodbye untuk Lizzy.
"Apa Lizzy semakin membenciku?" bisik Asher saat Verena memeluk dirinya, mereka menangis bersama, Verena tak punya alasan, dan tak punya jawaban pada setiap pertanyaan yang Asher punya, hanya saja dia berjanji akan selalu ada untuk Asher.
"Lizzy ada di sini, bukan?" Verena mengambil tangan Asher dan meletakan di dada saudaranya.
"Dia cantik, bukan?" Verena melihat frame tersebut, Lizzy yang tersenyum manis memeluk Asher dan mencium pipi Asher.
Verena tahu, sekolah akan sepi karena idola Asher dan Lizzy tak lagi berada di sekolah, jika pun Asher sekolah, semuanya tak lagi sama.
"Lizzy selalu cantik. Lizzy selalu ada di antara kita." Verena mencoba menghibur Asher.
Rara yang mengintip dari pintu juga tak kuasa menahan air matanya, sebagai seorang ibu, dia tahu betul penderitaan seperti apa yang Asher rasakan, lagi-lagi, jika keadaan seperti ini Rara berdoa jika lebih baik Asher mengalami amnesia.
"Apa Mommy bisa gabung?" tanya Rara sambil tersenyum, dan menyembunyikan air matanya.
Rara duduk di depan Asher.
"Apa Mommy boleh cerita? Mommy punya satu kisah yang menarik." Asher hanya menyimak tanpa minat, di saat Verena begitu antusias.
"Michael dan Michelle adalah sepasang remaja yang saling mencintai, mereka kompak dalam melakukan apapun, mereka terlihat sempurna, dari sudut apapun mereka adalah pasangan favorit dan bisa menang sebagai raja dan ratu dalam acara prom night.
Sebagai pasangan yang kompak, sepulang sekolah, Michelle dan Michael berjanji akan membuat tato bersama, membuat nama pasangan masing-masing. Siang itu mereka pulang dengan penuh suka cita dan mereka pergi ke art tatoo."
Asher jadi membayangkan jika Michael itu dirinya dan Michelle itu Lizzy, bukankah mereka lebih kompak dari pasangan fiktif tadi?
"Michelle membuat nama Michael di bawah tulang rusuknya, dengan nama yang kecil nyaris tak terlihat, dan hanya Michael yang tahu persis letaknya begitu juga dengan namanya.
Michael membuat nama Michelle persis di perutnya, saat dia mengangkat tangannya dan bajunya ikut tersingkap, maka akan terlihat nama Michelle yang dibuat dengan huruf yang besar semua. Michael bangga punya Michelle di hidupnya dan ingin menunjukan pada dunia dia punya kekasih yang begitu cantik."
Belum selesai bercerita, Asher sudah menangis lagi, merindukan Lizzy dan merasakan jika sosok Michael itu adalah dirinya.
"Jadi Mommy mau cerita lanjut atau tidak?" Verena mengangguk, tidak dengan Asher yang sebenarnya tidak ingin mendengarkan apapun lagi.
"Malam itu, Michael pamit akan merayakan ulang tahun temannya, Michelle mengizinkan, hanya saja Michael tak boleh mabuk dalam pesta tersebut dan Michael menyanggupinya.
Michael dan teman-temannya mulai berpesta.
Michelle menunggu dengan cemas, apa yang Michael lakukan di pesta tersebut. Hati Michelle hancur saat tiba-tiba teman Michael mengirim foto Michael sedang tidur dengan perempuan lain."
"Tapi, Asher tidak seperti itu, Mommy." protes Verena, tidak dengan Asher yang hanya diam, Rara menggeleng. Banyak yang ingin dia sampaikan, agar Asher bisa melihat dari sisi yang lain.
"Aku tahu, Asher sangat mencintai Lizzy." Verena semakin menambah luka yang diiris-iris dan ditambahkan taburan garam di atasnya.
"Michelle marah besar, dia merasa dikhianati, Michael adalah orang yang sangat dia percaya, tega berbuat seperti itu, Michelle menangis, dan dia mengambil keputusan gegabah saat itu. Dia memutuskan hubungan mereka. Michelle menyalahkan Michael, memaki-maki mantan kekasihnya, dia mengatakan jika Michael adalah laki-laki pengecut, playboy tak guna, menyuruh Michael untuk mati saja!"
Tubuh Asher langsung menegang, dia sekarang langsung sensitif dengan kata-kata itu, Asher sebisa mungkin takkan pernah lagi mendengar kata itu selama hidupnya.
"Michael meminta maaf, bersujud, memohon pada Michelle untuk menjelaskan semuanya, tapi Michelle terlanjur sakit hati, dia kecewa, dia marah, dan dia bukan orang yang memegang prinsip kesempatan kedua."
Rara melihat anaknya, tidak tega untuk bercerita seperti ini, tapi semuanya sudah terlanjur, mau diapain lagi? Asher tak mungkin menggali kuburan Lizzy agar gadis itu kembali tersenyum di hadapannya.
"Mereka berpisah, dan Michelle memutuskan untuk pindah, sangat jauh. Dan Michael kembali sekolah walau rasanya tak lagi sama.
"Ketika suatu hari, Michelle mendengar kabar, jika Michael meninggal, pergiโpergi untuk selamanya, meninggalkan Michelle yang tersisa penyesalan yang teramat dalam.
Saat sudah jauh dan Michael meninggal, Michelle baru mengetahui fakta, jika malam itu Michael tidak pernah tidur dengan teman sekolahnya. Semuanya hanya prank dari teman-temannya, malam itu, Michael hanya mabuk berat hingga tertidur di kamar, tidak ada perempuan bersamanya.
Michelle menyesal!"
Ruangan itu hening. Asher hanya menerawang kosong, mencoba menghubungkan kisah ini dengan cerita hidupnya dan Lizzy. Tapi dia dan Lizzy tidak pernah bertengkar, Asher juga tak pernah menyukai wanita lain, selain Lizzy.
"Satu hal yang membuat Michelle terus bertanya-tanya, apa yang terjadi andai dia memberi kesempatan pada Michael? Andai dia tidak emosi saat itu? Andai dia tidak ceroboh dan bodoh? Apa Michael akan pergi sia-sia seperti itu?"
Asher tak dapat membendung lagi air matanya, dia tahu semua penyebab kepergian Lizzy adalah dirinya, karena kebodohannya dan kenakalannya, andai dia tidak menerima tantangan dari Mark, andai Lizzy tidak ikut masuk dalam mobilnya.
Verena mengode pada ibunya, untuk berhenti menghukum Asher, dia belum bisa melupakan Lizzy dan akan terus merasa bersalah seumur hidupnya.
"Tapi Michelle tahu, mereka akan hidup bersama di kehidupan lain, dia tahu tidak ada laki-laki yang benar-benar mencintainya selain Michael, dia terus memegang erat janji dan cinta Michael yang terasa hingga kini.
Walau untuk sekarang mereka tidak bersama, setidaknya dia punya keyakinan, di kehidupan lain mereka akan hidup bersama, kembali merajut kisah mereka yang telah lama pupus.
Setiap saat Michelle melihat tulang rusuknya dan nama Michael di sana dia yakin mereka akan terus bersamanya, Michael akan bersemayam di dadanya, meringkuk nyaman di sana. Itu yang dia pegang hingga kini."
Verena menoleh pada ibunya. Rara menarik napas panjang, membasahi bibirnya, bangkit dari kursinya dan mendekati Asher.
"Baby, Lizzy menunggu kamu di sana. Di kehidupan lain, Lizzy telah membangun rumah yang indah di sana. Lizzy ingin kamu hanya terus melihat keindahan." Air mata Asher tak behenti mengalir.
Rara memeluk putranya, dan menepuk-nepuk belakang Asher. Dia juga merasa berat, putra kesayangannya bisa menderita seperti ini.
"Jika sudah seperti ini, apakah kamu akan kembali ke arena balapan?" Asher langsung menggeleng dengan cepat. Itu tidak mungkin! Dia trauma seumur hidupnya, apalagi kembali balapan liar seperti dulu, mungkin mulai sekarang dia akan jadi anak baik-baik.
"No, Mom. Semoga Lizzy masih mengingatku nanti."
Rara mengangguk, dan masih mengelus-elus belakang Asher.
"Lizzy terus mengingatmu, dan akan terus bersama kamu di sini." Suara tangisan Verena membuat Asher kembali bersedih, dia benar-benar belum ikhlas untuk melepaskan Lizzy begitu saja.
Berat, sudah pasti. Ikhlas? Belum tentu. Tapi setidaknya, Asher tahu Lizzy tumbuh di hatinya dan hal itu tidak akan pernah mati hingga nanti mereka bertemu di kehidupan lain.
Mereka akan kembali bersatu nanti!
๐ฐ๐ฐ๐ฐ๐ฐ๐ฐ๐ฐ๐ฐ๐ฐ๐ฐ
Rupanya masih bab sedih-sedih ๐๐๐.
I'm so sorry, jika kalian sudah menangis di bab awal๐๐.
Fun fact: aku menulis bab ini dengan air mata yang tak pernah kering, aku menulis dengan menangis sepanjang menulis bab ini, sambil dengar lagu Katy Perry, The One That Got Away (siapa yang suka lagu ini?)
Bab ini terinspirasi dari lirik lagunya๐๐๐. Coba dengarkan sambil baca bab ini, dijamin kalian akan menangis ๐ฅ๐ฅ๐ฅ.
See you ๐๐๐.
Asher tahu, ketika menginjakan kaki di sekolah, semuanya tak lagi sama, walau dia masih mencari-cari sosok Lizzy. Laki-laki itu menarik napas panjang, ini memang tak muda. Semalaman dia tidak bisa tidur, terus memikirkan Lizzy, merasa menyesal begitu dalam, andai, tak ada taruhan bodoh tersebut, tidak akan terjadi seperti ini. Lizzy masih ada dan bergantung di lehernya, dan memberi kata-kata semangat agar mengikuti pelajaran dengan baik. "Kau, bisa!" Asher berbalik, saat Verena menepuk pundaknya. Dia pandangi saudarinya, walau Verena itu cerewet dan mengesalkan, tapi, dia partner in crime terbaik, Verena selalu bisa diandalkan dalam apa pun. Asher masih berjalan dengan menggunakan tongkat, berjalan terseok-seok. "Asher! Dude, kau kembali. Betapa sekolah ini kesepian tanpa kau!" Verena langsung memutar bola matanya malas, si sialan ini lagi! "Hi, Sweety. Kau selalu terlihat cantik di manapun." Verena langsung menga
"Mom, kau harus melihat jika Lizzy benar-benar sudah masuk sekolah?""Benar kah?" tanya Rara, memakai kacamata hitam dan menunggu Lizzy yang dimaksud Asher. Putra bungsunya begitu semangat menjelaskan siapa Lizzy dan kembali menemukan kebahagiaannya, mereka semua senang walau tahu Asher hanya menghibur dirinya.Verena sudah turun duluan, Asher menunggu Lizzy datang dan memperkenalkan gadis itu kepada ibunya."Di mana? Oh iya, hari ini, Mommy mau ganti kuku. Kamu mau warna apa?""Bukankah Mommy suka warna pink?" Rara terseyum lebar. Baiklah, walau sudah tua dan kadang merasa bahwa warna pink itu norak, tapi, cat kuku warna pink tetap menjadi favorit Rara."Daddy pasti akan senang kalau Mommy potong rambut ya." Rara memainkan rambutnya, dan melihat di kaca. Dia rajin perawatan untuk menyegarkan mata suaminya. Suami mesum yang sudah tua punya banyak anak dan punya cucu, tapi masih saja mesra dan manja."Itu d
"Bukankah ini seru babe?" Lizzy memeluk Asher dan mencium kekasihnya.Mereka adalah kumpulan para remaja yang suka balapan. Dan hari ini, Asher ditantang untuk balapan dengan Mark. Teman yang selalu menyebalkan di mata Asher. Dan jika menang, maka Asher bisa mengajak Lizzy candle light dinner romantis di menara Eiffel. Semua akomodasi ditanggung oleh Mark.Asher hanya tersenyum miring dan meludah. Lizzy tak pernah melepaskan kekasihnya."Ayo babe! Kita akan dinner yang romantis.""Kita melalukan itu setiap saat." jawab Asher. Lizzy masih bergantung di leher Asher."C'mon babe. Aku akan membayar keperawananku jika itu berhasil."Asher langsung menarik tangan Lizzy dan membawa masuk dalam mobil."Kita akan berpesta setelah ini." seru Lizzy begitu bersemangat."Pakai sabuk pengamanmu." Lizzy menggeleng.Asher langsung melihat Mark yang mengejek dirinya, dengan mobil silver jelek
Peep! Peep! Peep!Bunyi patient monitor terasa begitu mencekam, seperti berada dalam rumah hantu.Gerald hanya bisa menepuk punggung istrinya yang baru saja siuman dari pingsan karena mengetahui anak bungsu mereka kecelakaan."Dia baik-baik saja." bisik Gerald. Ini adalah kecelakaan terparah yang pernah dia lihat dalam hidupnya, apalagi menimpa putra bungsunya membuat Rara pingsan berkali-kali.Parameter yang ditampilkan pada layar, antara lain detak jantung, tekanan darah, irama napas dan jantung, kadar oksigen, suhu tubuh, grafik EKG. Walau Rara maupun Gerald tak tahu yang mana detak jantung, tekanan darah, dan lainnya. Dia hanya melihat grafik tersebut, merasa horor seperti di film-film, karena grafik itu bisa saja berjalan lurus yang membuat nyawa Asher melayang.Kondisi Asher tak bisa disebutkan, jauh dari kata baik-baik saja, tubuhnya hancur dan tidak sadarkan dir
"Mommy, aku ingin bertemu Lizzy." Asher masih ngotot untuk bertemu Lizzyโkekasihnya. Keluarganya terdiam, tidak tahu apa yang mereka katakan jika Lizzy pergi ke dunia yang berbeda dengan mereka. Mereka telah berpisah alam."Baby, kau sembuh terlebih dahulu. Kita akan bertemu Lizzy.""Apa Lizzy tidak merindukan aku? Kenapa dia tidak mau menjenguk diriku?" Rara hanya mampu menampilkan senyumannya. Asher baru saja bertolak dari rumah sakit, dan masih memakai kursi roda dan banyak alat penyangga di tubuhnya, masih banyak perban di seluruh tubuhnya."Lizzy sibuk. Dia akan segera datang. Kau segera sembuh, dan bebas temui Lizzy." Rara berkata dengan sudut hati yang terasa nyeri, ini tidak mudah. Kebohongan demi kebohongan akan terus dia lontarkan saat Asher bertanya Lizzy, terkadang diam-diam Rara berdoa Asher amnesia dan melupakan siapa Lizzy. Apa Rara jahat?"Mommy masak bubur. Kau mau makan?" As
Verena berdiri dalam posisi serba salah. Dia merasa bersalah pada Asher, pada Ibunya juga yang terus menangis karena Asher kembali koma."Mommy." Rara hanya menggeleng. Harusnya mereka bisa menunda untuk memberitahu kebenaran pada Asher, jika akan jadi seperti ini.Rara terus menangis memeluk tubuh Asher yang kaku, tidak sanggup melihat Asher seperti ini."Mommy. Kita semua bersedih, Asher seperti ini, tapi Mommy harus perhatikan kesehatan, Mommy." Rara masih menangis, terduduk dalam ruangan tersebut, terus memanggil nama Asher agar bangun, tapi Asher seolah menghukum dirinya, dia tidak akan bangun dalam waktu yang lama, sampai dia bertemu Lizzy. Lizzy mengingkari janjinya, Lizzy sudah berjanji agar mereka selalu bersama, tapi Lizzy sekarang tinggal di sebuah kuburan sempit."Mommy, makan." Verena kadang sampai gondok sama ibunya. Tapi Gerald sudah berpesan agar menjaga kondisi ibunya, saat A
"Mom, kau harus melihat jika Lizzy benar-benar sudah masuk sekolah?""Benar kah?" tanya Rara, memakai kacamata hitam dan menunggu Lizzy yang dimaksud Asher. Putra bungsunya begitu semangat menjelaskan siapa Lizzy dan kembali menemukan kebahagiaannya, mereka semua senang walau tahu Asher hanya menghibur dirinya.Verena sudah turun duluan, Asher menunggu Lizzy datang dan memperkenalkan gadis itu kepada ibunya."Di mana? Oh iya, hari ini, Mommy mau ganti kuku. Kamu mau warna apa?""Bukankah Mommy suka warna pink?" Rara terseyum lebar. Baiklah, walau sudah tua dan kadang merasa bahwa warna pink itu norak, tapi, cat kuku warna pink tetap menjadi favorit Rara."Daddy pasti akan senang kalau Mommy potong rambut ya." Rara memainkan rambutnya, dan melihat di kaca. Dia rajin perawatan untuk menyegarkan mata suaminya. Suami mesum yang sudah tua punya banyak anak dan punya cucu, tapi masih saja mesra dan manja."Itu d
Asher tahu, ketika menginjakan kaki di sekolah, semuanya tak lagi sama, walau dia masih mencari-cari sosok Lizzy. Laki-laki itu menarik napas panjang, ini memang tak muda. Semalaman dia tidak bisa tidur, terus memikirkan Lizzy, merasa menyesal begitu dalam, andai, tak ada taruhan bodoh tersebut, tidak akan terjadi seperti ini. Lizzy masih ada dan bergantung di lehernya, dan memberi kata-kata semangat agar mengikuti pelajaran dengan baik. "Kau, bisa!" Asher berbalik, saat Verena menepuk pundaknya. Dia pandangi saudarinya, walau Verena itu cerewet dan mengesalkan, tapi, dia partner in crime terbaik, Verena selalu bisa diandalkan dalam apa pun. Asher masih berjalan dengan menggunakan tongkat, berjalan terseok-seok. "Asher! Dude, kau kembali. Betapa sekolah ini kesepian tanpa kau!" Verena langsung memutar bola matanya malas, si sialan ini lagi! "Hi, Sweety. Kau selalu terlihat cantik di manapun." Verena langsung menga
Katy Perry - The One That Got Away_______________ All this money can't buy me a time machine, noCan't replace you with a million rings, noI should've told you what you meant to me (whoa)'Cause now I pay the price In another lifeI would be your girlWe'd keep all our promisesBe us against the worldIn another lifeI would make you staySo I don't have to say you wereThe one that got awayThe one that got awayThe one (the one)The one (the one)The one (the one) Verena hanya mengintip melihat Asher yang menangis memegang foto Lizzy dan mendengar lagu Katy Perry, semakin merasa teriris-iris. Benar-benar lirik itu menggambarkan keadaan Asher dan Lizzy.
Verena berdiri dalam posisi serba salah. Dia merasa bersalah pada Asher, pada Ibunya juga yang terus menangis karena Asher kembali koma."Mommy." Rara hanya menggeleng. Harusnya mereka bisa menunda untuk memberitahu kebenaran pada Asher, jika akan jadi seperti ini.Rara terus menangis memeluk tubuh Asher yang kaku, tidak sanggup melihat Asher seperti ini."Mommy. Kita semua bersedih, Asher seperti ini, tapi Mommy harus perhatikan kesehatan, Mommy." Rara masih menangis, terduduk dalam ruangan tersebut, terus memanggil nama Asher agar bangun, tapi Asher seolah menghukum dirinya, dia tidak akan bangun dalam waktu yang lama, sampai dia bertemu Lizzy. Lizzy mengingkari janjinya, Lizzy sudah berjanji agar mereka selalu bersama, tapi Lizzy sekarang tinggal di sebuah kuburan sempit."Mommy, makan." Verena kadang sampai gondok sama ibunya. Tapi Gerald sudah berpesan agar menjaga kondisi ibunya, saat A
"Mommy, aku ingin bertemu Lizzy." Asher masih ngotot untuk bertemu Lizzyโkekasihnya. Keluarganya terdiam, tidak tahu apa yang mereka katakan jika Lizzy pergi ke dunia yang berbeda dengan mereka. Mereka telah berpisah alam."Baby, kau sembuh terlebih dahulu. Kita akan bertemu Lizzy.""Apa Lizzy tidak merindukan aku? Kenapa dia tidak mau menjenguk diriku?" Rara hanya mampu menampilkan senyumannya. Asher baru saja bertolak dari rumah sakit, dan masih memakai kursi roda dan banyak alat penyangga di tubuhnya, masih banyak perban di seluruh tubuhnya."Lizzy sibuk. Dia akan segera datang. Kau segera sembuh, dan bebas temui Lizzy." Rara berkata dengan sudut hati yang terasa nyeri, ini tidak mudah. Kebohongan demi kebohongan akan terus dia lontarkan saat Asher bertanya Lizzy, terkadang diam-diam Rara berdoa Asher amnesia dan melupakan siapa Lizzy. Apa Rara jahat?"Mommy masak bubur. Kau mau makan?" As
Peep! Peep! Peep!Bunyi patient monitor terasa begitu mencekam, seperti berada dalam rumah hantu.Gerald hanya bisa menepuk punggung istrinya yang baru saja siuman dari pingsan karena mengetahui anak bungsu mereka kecelakaan."Dia baik-baik saja." bisik Gerald. Ini adalah kecelakaan terparah yang pernah dia lihat dalam hidupnya, apalagi menimpa putra bungsunya membuat Rara pingsan berkali-kali.Parameter yang ditampilkan pada layar, antara lain detak jantung, tekanan darah, irama napas dan jantung, kadar oksigen, suhu tubuh, grafik EKG. Walau Rara maupun Gerald tak tahu yang mana detak jantung, tekanan darah, dan lainnya. Dia hanya melihat grafik tersebut, merasa horor seperti di film-film, karena grafik itu bisa saja berjalan lurus yang membuat nyawa Asher melayang.Kondisi Asher tak bisa disebutkan, jauh dari kata baik-baik saja, tubuhnya hancur dan tidak sadarkan dir
"Bukankah ini seru babe?" Lizzy memeluk Asher dan mencium kekasihnya.Mereka adalah kumpulan para remaja yang suka balapan. Dan hari ini, Asher ditantang untuk balapan dengan Mark. Teman yang selalu menyebalkan di mata Asher. Dan jika menang, maka Asher bisa mengajak Lizzy candle light dinner romantis di menara Eiffel. Semua akomodasi ditanggung oleh Mark.Asher hanya tersenyum miring dan meludah. Lizzy tak pernah melepaskan kekasihnya."Ayo babe! Kita akan dinner yang romantis.""Kita melalukan itu setiap saat." jawab Asher. Lizzy masih bergantung di leher Asher."C'mon babe. Aku akan membayar keperawananku jika itu berhasil."Asher langsung menarik tangan Lizzy dan membawa masuk dalam mobil."Kita akan berpesta setelah ini." seru Lizzy begitu bersemangat."Pakai sabuk pengamanmu." Lizzy menggeleng.Asher langsung melihat Mark yang mengejek dirinya, dengan mobil silver jelek