Dirham mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, membelah jalan protokol sore itu. sekalut apapun, namun Dirham juga memikirkan keselamatan dirinya, sebab ada istri dan calon bayi yang harus ia jaga dan nafkahi. Meski Kumala sudah mengembalikan ATM dan cincin pernikahan mereka, namun laki-laki ini tak berniat sama sekali mengucap talak untuk istrinya.Luka hati yang mendalamlah yang membuat Kumala mengambil keputusan tersebut. Harga dirinya sebagai perempuan benar-benar terkoyak saat melihat video dan foto-foto mesra suaminya bersama perempuan lain yang sangat ia kenal.Kumala ingat, ketika Fiona tiba-tiba datang ke rumahnya pagi itu. wajah yang penuh lebam dan bibir yang terluka bekas tampar suaminya, buat Kumala dan Dirham benar-benar terkejut melihatnya, padahal sepanjang yang Kumala tahu mas Bram pria yang baik dan penyayang. Beberapa kali Kumala berpapasan dengan mantan suami sahabatnya itu, Bram akan menyapa Kumala dengan sopannya.“Mas Bram pukulin aku, karna cemburu, Mal.” Te
Kumala terbangun dengan kepala yang masih terasa pusing, selang infus di tangan sebelah kanannya menandakan bila dirinya sedang berada di rumah sakit. hal terakhir yang ia ingat adalah saat berdebat dengan suaminya di kamar. Kumala dengan tekad yang semakin kuat untuk bercerai dan Dirham dengan rayuan dan kesungguhan hatinya untuk memperbaiki biduk rumah tangga mereka. Lalu Kumala ke kamar mandi sebab mual namun ia merasa nyeri di bagian bawah perut setelah itu…gelap.“Alhamdulillah, Sayang, kamu sudah sadar?” Dirham genggam dan kecupi jemari istrinya.“Aku, kenapa Mas?” tanya Kumala bingung dan masih sangat lemah.“Kamu pendarahan, Sayang.” Sahut Dirham dengan wajahd an suara yang begitu sedih.“Astagfirullah,” Kumala sudah menangis sesugukan, anak yang lima tahun ia harap kehadirannya, haruskah ia kehilangan lagi. Kumala terisak.“Untung anak kita bisa diselamatkan, Sayang.” Lagi Dirham kecupi jemari bahkan wajah istrinya.Kumala lega. Alhamdulillah.“Dimana ibu?”“Ibu pulang tadi,
Dirham mengikuti kakak iparnya keluar dari ruang perawatan istrinya, sedikit gugup juga dia, sebab melihat wajah tegang mas Kahlil.Mas Kahlil mengajaknya duduk di bangku yang agak jauh dari kamar perawatan istrinya.sengaja mencari bangku yang tak ada pengunjung.“Gimana, Mas. ada apa ini?” Dirham tak tahan, ia penarasan ada apa sebenarnya, hingga iparnya mesti jauh-jauh bicaranya.Terlihat mas Kahlil gusar bukan main, ia buang nafas kasar sebelum berbicara.“Duduklah dulu, saya ingin menanyakan sesuatu.”“Apa itu, Mas?” Dirham mengikuti kakak iparnya dengan memilih duduk di bangku panjang tak jauh dari mas Kahlil.“Kamu kenal dengan Fahmi kah? Mantan suami kedua Fiona. Kebetulan dia bekerja di bagian produksi tempat kerja saya, saya juga baru tahu kalau itu mantan suami Fiona.”“Cuma tahu namanya, Mas, tapi belum pernah bertemu.” Jawab Dirham masih dengan rasa penasarannya.“Ternyata orangnya masih muda banget, mungkin mudah lima tahun dari Fiona.” terang mas Kahlil lagi.“Ada apa me
Dirham berjalan ke ruangan dokter Dina dengan langkah gontai dan dada berdebar, rasa khawatir benar-benar melandanya. Terbayang bagaimana jika hasil pemeriksaannya tak baik-baik saja. bila dirinya yang kena biarlah sebab hukuman atas perbuatannya, namun janganlah Kumala ikut menanggung dosanya.Semakin dekat dengan ruangan dokter Dina, semakin berdebar tak karuan dadanya. Dirham kalut dan ingin menangis rasanya. Ia berdiri lama di depan pintu ruangan dokter kandungan itu, sebelum mengetuknya tiga kali. Menunggu jawaban dari dalam untuk dipersilahkan masuk. Tak sampai satu menit, dokter Dina sudah mempersilahkan dari dalam. Menunggu tak sampai satu menit namun rasanya lambat betul waktu berputar.Bila ada yang memperhatikan. Wajah Dirham sekarang nampak seperti tawanan yang akan di hukum gantung. Bulir keringat sebesar biji jagung mengalir deras dari pelipisnya. Gegas ia ambil sapu tangan dan menghapus air asin itu dari wajahnya.“Silahkan pak Dirham,” suara dokter Dina, seakan menar
Beginilah resiko yang harus Dirham ambil, keengganan Kumala untuk kembali ke rumah mereka, buat Dirham yang harus mengalah. Sore sepulang kerja Dirham akan segera pulang, melihat rumah mereka sebentar lalu pulang lagi k erumah Kumala di desa, yang jaraknya dua samapi tiga jam perjalanan. Lelah namun resiko. Daripada kehilangan istri, lebih korban tenaga dan waktu.“Pak Dirham suami siaga sekali ini, pulang kerja langsung tancap gas, nggak pernah nongkrong lagi ini.” goda pak Adi. Laki-laki ini juga tahu dulu, Dirham sering jalan bersama Fiona sepulang kerja, bahkan tahu dimana mereka berakhir sebelum pulang ke rumah masing-masing.Dirham hanya tersenyum, tak ingin menanggapi candaan rekannya ini. sebab ia tahu, dalam candaan itu ada sindiran.Mana sempat Dirham nongkrong, apalagi jalan hingga larut malam seperti dulu saat menjalin hubungan gelap dengan Fiona, yang ada Dirham akan tergopoh-gopoh pulang agar tak terjebak macet di batas kota.Bahkan pernah Dirham di jalan hampir empat ja
“Kenapa, Sayang?” Dirham khawatir melihat wajah Kumala yang nampak seperti menahan tangis dan sesekali meringis. “Mala, ada yang sakit?” Dirham mengelus lembut lengan atas Kumala, untuk menengkan istrinya. “Aku mau pulang saja, Mas. Tolong antar pulang ke rumah ibu sekarang.” Pinta Kumala, enggan menatap ke arah suaminya. “Kasi tahu, Mas. Ada apa? Kita belum makan kan?” “Bungkus aja, makanannya.” Kumala menepis tangan Dirham yang hendak mengelus perutnya. Dirham yang tak tahu masalah, akhirnya manut saja tak ingin berdebat lebih panjang, padahal perutnya sudah keroncongan dari tadi. Lalu gegas Dirham menuju counter makanan yang tadi Kumala pesan, minta dibungkus saja dan segera membayar lalu mengajak Kumala untuk pulang. Sepanjang jalan ke arah parkiran Kumala hanya diam dan tertunduk. Burhan membuka pintu penumpang untuk istrinya, kemudian ia agegas naik ke mobil dan segera melajukan menuju jaln utama yangakan membawa mereka pulang. “Sayang, ada apa?” Dirham gusar sebab tak tah
Musim hujan sudah benar-benar melanda di negeri ini. Bahkan sebagian wilayah di Indonesia dilanda banjir parah, buat penduduk yang daerahnya terkena banjir harus mengungsi. Curah hujan yang tinggi dan hampir tiap hari, buat para pekerja harus betul-betul berhati-hati saat pergi dan pulang kerja, sebab musim hujan begini kadang diikuti dengan kecelakaan yang tinggi juga. Bahkan di beberapa ruas jalan terlihart polisi yang siaga dan sibuk mengatur jalannya arus lalu lintas yang tetap padat di tengah guyuran hujan yang tak pelan.Dirham begitu lega perasaannya, sebab Kumala sudah kembali ke rumah besar mereka lagi. Tentu selain karna bujukan ibu Fatimah dan mama Saida, juga usaha Dirham sendiri yang benar-benar bertekad merebut kembali cinta Kumala yang hampir karam.“Kamu, kenapa datang sih, Mas. Hujan deras begini juga. Kalau ada apa-apa gimana?” omel Kumala, saat Dirham kembali pulang ke rumah mertuanya di malam sabtu pekan lalu.“Ya gimana lagi, bini nggak mau pulang.” ucap Dirham, d
Air mata Dirham mengalir, ia terisak pelan melihat bagaimana perjuangan istrinya yang akan melahirkan putra mereka. Mama Saida, mbak Kirana dan juga mas Kahlil segera menyusul ke rumah sakit sejam setelah Dirham dan Kumala tiba. Bu Fatimah mengabarkan jika besok pagi baru akan berangkat, sebab di desa hujan deras tak henti dari kemarin. Tentu do’a-do’a yang baik beliau langitkan untuk keselamatan putri dan cucunya pertamanya. Benar kata orang, bila syurga berada di telapak kaki ibu, sebab lihatlah betapa untuk mengeluarkan insan yang bernyawa, sakitnya tiada terperi. Dirham benar-benar merasa bersalah, melihat istrinya yang sedang berjuang. Bila ia bisa merasakan sakit melahirkan seorang anak, tentulah Dirham tak akan tega mengkhianati pernikahan mereka dulu. Sungguh kenangan terkutuk yang harus di lupakan. Dan benar kata Kumala, mules dan nyeri perutnya itu tak langsung membuat bayinya brojol keluar. Sudah jam tiga sore namun bayi mereka belum juga keluar. Kumala semakin meringis s
Ada rasa canggung yang menyeruak. Begitu jelas antara Shella dan Arzan. Semakin canggung sebab di ruangan ini Shella harus bertemu dengan mantan ibu mertuanya. Dulu Shella selalu tak mengannggap Arzan dan ibunya. Kurang menghargai dan menghormati.Andai ingin menuruti sakit hati yang dulu, mungkin mantan mertuanya ini tak menyambutnya dengan hangat.“Shella,” mama Atifa yang duluan maju, menyambut mantan menantunya dan mengangguk ramah pada Anton. laki-laki yang menjadi suami Shella sekarang.“Ma,” Shella mendekat, menjabat dan mencium tangan amma Atifa dengan takzim. “Aku minta maaf, Ma. Aku banyak slaah sama mama.”“Sudah, sudah. Jangan diingat lagi.” Mama Atifa menepuk pelan, pundak Shella lalu menyambut pelukan perempuan yang rambutnya tak lagi diwarnai.Sementara Arzan ikut mendekati Anton dan menyambut dengan baik. Tentu setelah ia memberi kode pada Yasmin yang masih terbaring.Hal memalukan pernah terjadi diantara mereka. Bagaimana dulu awal keduanya bertemu saat Arzan memergok
Baru Yasmin akan mencandai Arzan lagi namun mbak Mia sudah masuk membawa sekantong obat dengan wajah berkerut nampak marah. Membuat Yasmin dan Arzan menjadi heran.Dan keheranan keduanya berubah menjadi rasa terkejut saat dari belakang muncul mama Atifa dan juga Rita bersama suaminya. Anak om Aryo yang menikah kemarin.“Yas, ini Rita yang kemarin nikah. Yasmin mau lahiran Rit, jadi nggak bisa datang kemarin.” Mama Atifa yang memulai pembicaraan karna ia juga paham bila menantunya belum terlalu mengenal istri dari putranya. Kemudian Yasmin mengangguk ramah pada Rita dan suaminya.Nampak sesekali Rita mencuri pandang pada mbak Mia yang tak menggubris kedatangannya sejak tadi. Mbak Mia malah sibuk merapikan lemari yang digunakan Arzan untuk menaruh makanan, air minum dan obat-obatan.Kamar kelas satu yang dipilih Arzan untuk perawatan melahirkan Yasmin cukup lengkap. Ada lemari pakaian, kulkas mini, dan juga lemarin makanan, juga sudah disediakan dispenser air minum yang bisa panas dan d
“Kamu jahat banget, Mas. kamu sudah tipu aku.” Raung Shella di ruang tamu rumah sederhana itu. kepergian Anton yang tanpa kabar hampir sebulan, buat Shella dalam masalah dan dilema. Dan hari ini Anton sudah kembali tanpa memberi kabar juga pada istrinya.Shella terisak, menahan sakit. bukan hanya sakit namun juga merasa malu. Sebab dulu ia tega berzina di belakang Arzan. Ia lebih memilih kembali pada Anton, pria yang dulu menghamilinya tanpa tanggung jawab, dan hingga mereka menikah, Anton juga tak memberi nafkah yang layak pada Shella.Anton membuang pandang, tak tega melihat wajah istri sirinya yang bersimbah air mata. Kepulangannya kemarin adalah untuk mengunjungi istri sahnya di luar pulau secara diam-diam. Namun sungguh kejutan luar biasa yang Anton dapatkan. Apa yang dulu ia lakukan bersama Shella di depan Arzan. Seperti itu pula yang istrinya bersama pria lain tepat di depan mata Anton. Rumah mereka yang agak sepi dari penduduk, buat istrinya bebas memasukkan laki-laki kedalam
“Mbak Yasmin, nggak ada masalah ya, rahimnya bersih, sel telurnya juga bagus, mungkin dari waktu saja, harus lebih rajin lagi bikinnya nih, biar ceoat ada dedek bayi juga. Tapi saran saya, mbak Yasmin boleh datang lagi nanti sama suami kesini, untuk kita periksa kesehatan suaminya juga.” Tutur dokter Dini dengan ramah pada kedua wanita yang sama-sama mengarapkan keturunan dihadapannya ini.“Insya Allah dokter, berikutnya saya ajak suami kesini.” ucap Yasmin, sedikit rasa lega di hatinya, sebab ia tak ada masalah sama sekali, tinggal memeriksa kesehatan Arzan nanti, bagaimanapun hasilnya nanti, mereka aka terus mengusahan pengobatan.“Untuk mbak Nurlita, tetap rajin diminum obatnya, jangan lupa kurangi karbohidrat dan makanan instan, tadi ukuran kistanya sudah semakin mengecil.” terang dokter Dini lagi, sambil menuliskan resep obat untuk keduanya.__"Enggak usah pulang aja sekalian, Mas!" Yasmin melempar jaket hitam milik Arzan kearah pria yang setengah mati dirinduinya itu. Namun
Shella gelisah dan bingung sendiri, Anton yang dua minggu lalu pamit padanya akan ke luar kota selama tiga hari, nyatanya sudah dua minggu ini, pria yang menikahinya secara siri itu belum juga pulang, bahkan tak ada kabar sama sekali. Bukan hanya kabar yang tak ada, namun juga uang bulanan yang Antin berikan sudah hampir habis, tersisa seratus ribu saja, sementara lusa Shella harus membayar cicilan pada koperasi simpan pinjam. Shella nekat meminjam uang pada renteiner yang berkedok koperasi itu, sebab keinginannya untuk membeli baju dan makanan yang enak-enak, tak dapat ia bendung. Sementara uang yang Anton berikan sangat terbatas. Bila dulu saat menjadi istri Arzan, semua akan Shella dapatkan dengan mudah, sebab jatah bulanan dari Arzan untuknya lebih dari cukup. Lelaki yang bertanggungjawab dalam hidupnya, meski tak adAduh bagaimana ini, besok pagi pasti penagih dari koperasi itu datang lagi. Ingin rasanya menemui mantan suaminya untuk minta tolong, namun mengingat aib yang menjadi
Sebenarnya bukan cuma mama Atifa yang mengharapkan Yasmin segera hamil, namun mbak Mia dan mbak Nurlita juga demikian. Kedua kakak ipar Yasmin ini memiliki masalah pada kesburan mereka. Sebab itu mereka mengharap Yasmin yang hamil, dan mereka yang akan merawat anak-anak Yasmin.“Pokoknya kamu hamil dan melahirkan saja, mbak dan abang kamu yang akan ngurus.” Seloroh mbak Nurlita saat bercengkrama dengan Yasmin sore itu di rumah peninggalan orang tua Yasmin, sebelum di kontrakkan. Ya setelah berdiskusi dengan bang Sofyan dan mbak Nurlita, Yasmin memutuskan untuk menyewakan rumah peninggalan orang tua mereka, sebab Arzan juga langsung memboyong Yasmin ke rumahnya setelah di renovasi. Meski tak mewah, namun Yasmin merasa betah tinggal di rumah suaminya.Beberapa kali Arzan membawa Yasmin mengunjungi kantornya, penampilan Yasmin yang tinggi langsing dengan dress panjang, buat karyawan Arzan yang perempuan meminta untuk berfoto bersama Yasmin.“Ibu cantik banget.” Celetuk salah satu karyaw
Semakin hari Nurlita semakin jengah dengan kelakuan Sofyan yang doyan main judi. Sementara keuangan perusahaan suaminya sedang tak sehat. Nurlita sendiri dulunya adalah karyawan di perusahaan itu, posisinya sebagai staf acounting, sebelum dekat dengan Sofyan kemudian menikah. Sebenarnya Nurlita sudah resign sejak menikah dengan Sofyan, namun tetap membantu suaminya memantau keuangan perusahaan. Nurlita pun tak tahu mengapa Sofyan melarang Yasmin bekerja di perusahaan orang tua mereka, padahal adik iparnya itu sarjana administrasi kalau tak salah.Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, namun batang hidung suaminya belum juga nampak, buat Nurlita ingin marah saja dan berprasangka yang tidak-tidak.Sementara Sofyan masih terpekur di depan meja kerjanya, kemana ia harus mencari pinjaman lima ratus juta, selain untuk membayar utangnya di meja judi, juga untuk ia gunakan sebagai suntikan modal usahanya yang hampir bangkrut. Bulan depan ada tender minyak sawit yang baru, dia berusaha betul m
“Maaf, Mbak kami duluan.” Yasmin yang mengambil alih ketegangan kecil di antara mantan ipar ini. Ia tarik lengan suaminya dengan pelan, agar kemarahan yang mulai keluar di wajah pria berhidung bangir itu, tidak berlanjut. “Ayo, Mas kita bayar baru pulang, aku sudah capek.” Bujuk Yasmin pelan, sebab tak ingin mereka jadi tontanan pengunjung yang lain.“Iya, Sayang.” Arzan berikan tatapan tajam dan amarah pada Leli yang masih berdiri seperti orang kebingungan di tempatnya. Lalu Arzan manut dengan mengikuti langkah kaki istrinya menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.Sebenarnya yang Leli tadi lakukan itu adalah, ia ingin menunjukka perasaannya pada Arzan, bukan setelah berpisah dengan kakaknya saja, perasaan suka itu timbul di hati gadis ini. Saat masih menjadi iparnya dulu pun, Leli sudah ada rasa pada Arzan, ditambah dengan perselingkuhan Shella yang leli tahu, semakin berharaplah dia bila Arzan suatu saat akan memilih dirinya sebagai pengganti kakaknya. Bahkan dulu leli sebena
Rasa bahagia meliputi perasaan kedua pengantin baru ini. Jemari Yasmin dan Arzan terlihat saling erta menggennggam. Masih ada waktu satu hari untuk Arzan libur dari pekerjaannya untuk berbulan madu bersama istrinya.Namun bulan madu mereka tak melulu dihabiskan dengan kegiatan seks yang membara di kamar Yasmin. Kemarin sore sehabis kegiatan panas yang mereka lakukan di subuh hari, Arzan mengajak Yasmin mengunjungi rumah mama Atifa. Mertua Yasmin itu menyambut anak dan menantunya dengan rasa bahagia dan syukur luar biasa, sebab putranya mendapatkan seorang perawan yang terjaga etika dan adabnya. Meski dulu Yasmin pernah berpacaran dengan proia lain, namun itu hanyalah masa lalu, mma Atifa dengan kebijaksanaannya menerima dan menyayangi Yasmin dengan tulus.Sebenarnya gadis inilah yang dulu mama Atifa Inginkan menjadi menantu beliau. Namun Arzan dan Yasmin belum ada jodoh waktu itu. Beginilah jalan jodoh mereka, berliku dan saling menanti bertahun-tahun, bertemu orang lain dulu. Baru t