“Kenapa, Sayang?” Dirham khawatir melihat wajah Kumala yang nampak seperti menahan tangis dan sesekali meringis. “Mala, ada yang sakit?” Dirham mengelus lembut lengan atas Kumala, untuk menengkan istrinya. “Aku mau pulang saja, Mas. Tolong antar pulang ke rumah ibu sekarang.” Pinta Kumala, enggan menatap ke arah suaminya. “Kasi tahu, Mas. Ada apa? Kita belum makan kan?” “Bungkus aja, makanannya.” Kumala menepis tangan Dirham yang hendak mengelus perutnya. Dirham yang tak tahu masalah, akhirnya manut saja tak ingin berdebat lebih panjang, padahal perutnya sudah keroncongan dari tadi. Lalu gegas Dirham menuju counter makanan yang tadi Kumala pesan, minta dibungkus saja dan segera membayar lalu mengajak Kumala untuk pulang. Sepanjang jalan ke arah parkiran Kumala hanya diam dan tertunduk. Burhan membuka pintu penumpang untuk istrinya, kemudian ia agegas naik ke mobil dan segera melajukan menuju jaln utama yangakan membawa mereka pulang. “Sayang, ada apa?” Dirham gusar sebab tak tah
Musim hujan sudah benar-benar melanda di negeri ini. Bahkan sebagian wilayah di Indonesia dilanda banjir parah, buat penduduk yang daerahnya terkena banjir harus mengungsi. Curah hujan yang tinggi dan hampir tiap hari, buat para pekerja harus betul-betul berhati-hati saat pergi dan pulang kerja, sebab musim hujan begini kadang diikuti dengan kecelakaan yang tinggi juga. Bahkan di beberapa ruas jalan terlihart polisi yang siaga dan sibuk mengatur jalannya arus lalu lintas yang tetap padat di tengah guyuran hujan yang tak pelan.Dirham begitu lega perasaannya, sebab Kumala sudah kembali ke rumah besar mereka lagi. Tentu selain karna bujukan ibu Fatimah dan mama Saida, juga usaha Dirham sendiri yang benar-benar bertekad merebut kembali cinta Kumala yang hampir karam.“Kamu, kenapa datang sih, Mas. Hujan deras begini juga. Kalau ada apa-apa gimana?” omel Kumala, saat Dirham kembali pulang ke rumah mertuanya di malam sabtu pekan lalu.“Ya gimana lagi, bini nggak mau pulang.” ucap Dirham, d
Air mata Dirham mengalir, ia terisak pelan melihat bagaimana perjuangan istrinya yang akan melahirkan putra mereka. Mama Saida, mbak Kirana dan juga mas Kahlil segera menyusul ke rumah sakit sejam setelah Dirham dan Kumala tiba. Bu Fatimah mengabarkan jika besok pagi baru akan berangkat, sebab di desa hujan deras tak henti dari kemarin. Tentu do’a-do’a yang baik beliau langitkan untuk keselamatan putri dan cucunya pertamanya. Benar kata orang, bila syurga berada di telapak kaki ibu, sebab lihatlah betapa untuk mengeluarkan insan yang bernyawa, sakitnya tiada terperi. Dirham benar-benar merasa bersalah, melihat istrinya yang sedang berjuang. Bila ia bisa merasakan sakit melahirkan seorang anak, tentulah Dirham tak akan tega mengkhianati pernikahan mereka dulu. Sungguh kenangan terkutuk yang harus di lupakan. Dan benar kata Kumala, mules dan nyeri perutnya itu tak langsung membuat bayinya brojol keluar. Sudah jam tiga sore namun bayi mereka belum juga keluar. Kumala semakin meringis s
Baby Davin, nama yang Kumala dan Dirham berikan pada putranya, sekarang berumur tiga bulan, nampak semakin gembul pipi bayi laki-laki itu. aroma bayi dan tangisan kecil putranya, buat Dirham selalu terburu untuk pulang selepas jam kerja. Tak ada lagi waktu untuk nongkrong seperti biasa, tak ada waktu untuk hangout bersama rekan kerja, apalagi rekan kerja wanita, meski ada tiga wanita partner baru Dirham dalam menjalankan proyek baru mereka. Ketiganya cukup kagum dan sering mencuri pandang pada papa muda ini. namun yang paling getol adalah wanita yang bernama Lili, anak pemilik perusahaan besi dan bagunan lainnya yang bekerja sama dengan Dirham kali ini. Lili jelas-jelas sering menatap kagum pada Dirham, rasa tertariknya pada pria ini, melihat sikap kebapakan Dirham dan begitu penyayang. Beberapa kali mereka meeting bersama, ia lihat Dirham mencuri waktu untuk menelpon istri dan anaknya. Janda muda ini, sering pula berdebar bila berdekatan dengan suami Kumala ini yang begitu terjaga tu
Mentari bersinar dengan teriknya, setelah seminggu hujan mengguyur bumi tanpa henti, seolah enggan memberikan kesempatan pada surya untuk menyinari mayapada. Hari ini barulah sang raja bumi menampakkan taringnya, memberi sinar dan panas, buat manusia mengejar panasnya sebelum hujan tercurah kembali. Begitu juga dengan para pekerja yang membantu jalannya proyek perumahan yang Dirham tangani kali ini. Perumahan dengan unit terbatas yang dibangun di pinggir kota dengan konsep alam dengan type kelas 1. Perumahan ini diperuntukkan bagi kalangan kelas ekonomi atas dengan sistem keamanan dua puluh empat jam serta fasilitas penunjang yang lengkap. Dirham nampak gagah dengan outfit lapangannya hari ini, celana panjang jeans hitam dengan sobekan sedikit di bagian lutut, baju kaos berkerah warna biru tua dilengkapi rompi perusahaan, sepatu boots warna kulit dan kacamata yang bertengger di hidung bangirnya. Ayah satu orang anak ini, nampak sibuk memberi arahan pada mandor dan beberapa pekerja se
“Saya nggak ada waktu membalas chat mbak Lili yang nggak penting, ada perasaan istri saya juga yang harus saya jaga.” tandas Dirham tajam.Mendengar kata istri, perasaan Lili agak tersentil, betapa beruntungnya istri Dirham, dicintai lelaki serupawan ini. tak tahu saja Lili ini, badai apa yang telah dilewati istrinya Dirham, hingga pria yang ia taksir begitu enggan ,enatap kearahnya.“Kita makan siang dulu, Mas. kita sudah lama nggak makan sama-sama.” Pinta Lili lagi, rugi rasanya, jauh-jauh datang ke lokasi proyek, tapi tidak bisa bicara berdua dengan Dirham.“Oke, kita pakai mobil mbak Lili saja,” sahut Dirham cepat.“Oke, kamu yang bawa, Mas.”“Mbak Lili aja yang bawa.”“Oke, kita makan dimana? Aku belum terlalu tahu tempat makan di daerah sini.”“Kita, ke hotel.” ucap Dirham, sambil memasang sabuk pengaman.“Eh-apa, ma-maksudnya gimana, Mas.”“Cari hotel yang terdekat.”“Ya,”Lili berdebar bukan main, mendengar permintaan Dirham. Bayangan yang iya-iya langsung berkelebat di benak
Kenapa pula harus naik tangga manual, kan ada lift. Pikir Lili, sedikit heran dengan Dirham, padahal bukan pertama kali ini kan pria ini nginap di hotel. Tapi wanita ini memendam saja rasa herannya, sebab menunggu kejutan yang akan Dirham beri sebentar.Sementara Dirham yang berjalan di depan Lili, tetap fokus pada ponselnya, hanya sesekali ia melirik Lili, yang nampak pasrah mengikutinya kemana saja.“Di lantai berapa, Mas?” Lili mulai terenga-engah.“Di lantai tiga.” Jawab Dirham dengan cueknya sambil tetap fokus pada ponselnya.“Hah, kenapa nggak naik lift aja tadi, Mas? yang ada malah capek duluan.” Keluh Lili, dengan keringat yang mulai melunturkan bedaknya yang cukup tebal.“Liftnya rusak, kenapa, capek ya?”“Iya, capek Mas,” keluh Lili lagi, ingin rasanya ia memegang lengan Dirham, namun ia segan.“Istirahat sebentar kalau capek,” ucap Dirham dengan nada biasa saja, namun Lili yang merasa di perhatikan, bahagia luar biasa.“Ya, nggak papa.”Sekitar lima belas menit keduanya ber
“Tapi, aku mencintai suami, Mbak.” Lili begitu nekatnya mengucapkan kata itu pada Kumala tanpa memikirkan perasaan Kumala yang mungkin saja tetap sakit mendengarnya, meski itu bukan dari pengakuan suaminya.“Kalau begitu, Mbak Lili, buatlah suamiku mencintaimu dan meninggalkan kami, sebab saya jelas tak mau di madu.”Lili menangis, entah mengapa perasaannya yang jatuh cinta pada pria beristri itu begitu dalam, hingga nekat mengakui perasaannya didepan istri dari pria yang ia cintai.“Dalam agama kan pria boleh memiliki lebih dari satu istri, Mbak?” Lili sudah berurai air mata, berharap Dirham segera datang dan mendengar ungkapan perasaannya yang begitu dalam.Kumala tersenyum miris melihat perempuan ini berurai air mata demi mendapatkan cinta ayah dari putranya. Ingin rasanya ia membentak dan menjambak wanita dihadapannya ini seperti di berita-berita yang sedang viral, namun melihat air mata yang mengalir di pipi wanita ini, buat hatinya…entah bagaimana perasaannya.“Kalau Mbak sendir
Ada rasa canggung yang menyeruak. Begitu jelas antara Shella dan Arzan. Semakin canggung sebab di ruangan ini Shella harus bertemu dengan mantan ibu mertuanya. Dulu Shella selalu tak mengannggap Arzan dan ibunya. Kurang menghargai dan menghormati.Andai ingin menuruti sakit hati yang dulu, mungkin mantan mertuanya ini tak menyambutnya dengan hangat.“Shella,” mama Atifa yang duluan maju, menyambut mantan menantunya dan mengangguk ramah pada Anton. laki-laki yang menjadi suami Shella sekarang.“Ma,” Shella mendekat, menjabat dan mencium tangan amma Atifa dengan takzim. “Aku minta maaf, Ma. Aku banyak slaah sama mama.”“Sudah, sudah. Jangan diingat lagi.” Mama Atifa menepuk pelan, pundak Shella lalu menyambut pelukan perempuan yang rambutnya tak lagi diwarnai.Sementara Arzan ikut mendekati Anton dan menyambut dengan baik. Tentu setelah ia memberi kode pada Yasmin yang masih terbaring.Hal memalukan pernah terjadi diantara mereka. Bagaimana dulu awal keduanya bertemu saat Arzan memergok
Baru Yasmin akan mencandai Arzan lagi namun mbak Mia sudah masuk membawa sekantong obat dengan wajah berkerut nampak marah. Membuat Yasmin dan Arzan menjadi heran.Dan keheranan keduanya berubah menjadi rasa terkejut saat dari belakang muncul mama Atifa dan juga Rita bersama suaminya. Anak om Aryo yang menikah kemarin.“Yas, ini Rita yang kemarin nikah. Yasmin mau lahiran Rit, jadi nggak bisa datang kemarin.” Mama Atifa yang memulai pembicaraan karna ia juga paham bila menantunya belum terlalu mengenal istri dari putranya. Kemudian Yasmin mengangguk ramah pada Rita dan suaminya.Nampak sesekali Rita mencuri pandang pada mbak Mia yang tak menggubris kedatangannya sejak tadi. Mbak Mia malah sibuk merapikan lemari yang digunakan Arzan untuk menaruh makanan, air minum dan obat-obatan.Kamar kelas satu yang dipilih Arzan untuk perawatan melahirkan Yasmin cukup lengkap. Ada lemari pakaian, kulkas mini, dan juga lemarin makanan, juga sudah disediakan dispenser air minum yang bisa panas dan d
“Kamu jahat banget, Mas. kamu sudah tipu aku.” Raung Shella di ruang tamu rumah sederhana itu. kepergian Anton yang tanpa kabar hampir sebulan, buat Shella dalam masalah dan dilema. Dan hari ini Anton sudah kembali tanpa memberi kabar juga pada istrinya.Shella terisak, menahan sakit. bukan hanya sakit namun juga merasa malu. Sebab dulu ia tega berzina di belakang Arzan. Ia lebih memilih kembali pada Anton, pria yang dulu menghamilinya tanpa tanggung jawab, dan hingga mereka menikah, Anton juga tak memberi nafkah yang layak pada Shella.Anton membuang pandang, tak tega melihat wajah istri sirinya yang bersimbah air mata. Kepulangannya kemarin adalah untuk mengunjungi istri sahnya di luar pulau secara diam-diam. Namun sungguh kejutan luar biasa yang Anton dapatkan. Apa yang dulu ia lakukan bersama Shella di depan Arzan. Seperti itu pula yang istrinya bersama pria lain tepat di depan mata Anton. Rumah mereka yang agak sepi dari penduduk, buat istrinya bebas memasukkan laki-laki kedalam
“Mbak Yasmin, nggak ada masalah ya, rahimnya bersih, sel telurnya juga bagus, mungkin dari waktu saja, harus lebih rajin lagi bikinnya nih, biar ceoat ada dedek bayi juga. Tapi saran saya, mbak Yasmin boleh datang lagi nanti sama suami kesini, untuk kita periksa kesehatan suaminya juga.” Tutur dokter Dini dengan ramah pada kedua wanita yang sama-sama mengarapkan keturunan dihadapannya ini.“Insya Allah dokter, berikutnya saya ajak suami kesini.” ucap Yasmin, sedikit rasa lega di hatinya, sebab ia tak ada masalah sama sekali, tinggal memeriksa kesehatan Arzan nanti, bagaimanapun hasilnya nanti, mereka aka terus mengusahan pengobatan.“Untuk mbak Nurlita, tetap rajin diminum obatnya, jangan lupa kurangi karbohidrat dan makanan instan, tadi ukuran kistanya sudah semakin mengecil.” terang dokter Dini lagi, sambil menuliskan resep obat untuk keduanya.__"Enggak usah pulang aja sekalian, Mas!" Yasmin melempar jaket hitam milik Arzan kearah pria yang setengah mati dirinduinya itu. Namun
Shella gelisah dan bingung sendiri, Anton yang dua minggu lalu pamit padanya akan ke luar kota selama tiga hari, nyatanya sudah dua minggu ini, pria yang menikahinya secara siri itu belum juga pulang, bahkan tak ada kabar sama sekali. Bukan hanya kabar yang tak ada, namun juga uang bulanan yang Antin berikan sudah hampir habis, tersisa seratus ribu saja, sementara lusa Shella harus membayar cicilan pada koperasi simpan pinjam. Shella nekat meminjam uang pada renteiner yang berkedok koperasi itu, sebab keinginannya untuk membeli baju dan makanan yang enak-enak, tak dapat ia bendung. Sementara uang yang Anton berikan sangat terbatas. Bila dulu saat menjadi istri Arzan, semua akan Shella dapatkan dengan mudah, sebab jatah bulanan dari Arzan untuknya lebih dari cukup. Lelaki yang bertanggungjawab dalam hidupnya, meski tak adAduh bagaimana ini, besok pagi pasti penagih dari koperasi itu datang lagi. Ingin rasanya menemui mantan suaminya untuk minta tolong, namun mengingat aib yang menjadi
Sebenarnya bukan cuma mama Atifa yang mengharapkan Yasmin segera hamil, namun mbak Mia dan mbak Nurlita juga demikian. Kedua kakak ipar Yasmin ini memiliki masalah pada kesburan mereka. Sebab itu mereka mengharap Yasmin yang hamil, dan mereka yang akan merawat anak-anak Yasmin.“Pokoknya kamu hamil dan melahirkan saja, mbak dan abang kamu yang akan ngurus.” Seloroh mbak Nurlita saat bercengkrama dengan Yasmin sore itu di rumah peninggalan orang tua Yasmin, sebelum di kontrakkan. Ya setelah berdiskusi dengan bang Sofyan dan mbak Nurlita, Yasmin memutuskan untuk menyewakan rumah peninggalan orang tua mereka, sebab Arzan juga langsung memboyong Yasmin ke rumahnya setelah di renovasi. Meski tak mewah, namun Yasmin merasa betah tinggal di rumah suaminya.Beberapa kali Arzan membawa Yasmin mengunjungi kantornya, penampilan Yasmin yang tinggi langsing dengan dress panjang, buat karyawan Arzan yang perempuan meminta untuk berfoto bersama Yasmin.“Ibu cantik banget.” Celetuk salah satu karyaw
Semakin hari Nurlita semakin jengah dengan kelakuan Sofyan yang doyan main judi. Sementara keuangan perusahaan suaminya sedang tak sehat. Nurlita sendiri dulunya adalah karyawan di perusahaan itu, posisinya sebagai staf acounting, sebelum dekat dengan Sofyan kemudian menikah. Sebenarnya Nurlita sudah resign sejak menikah dengan Sofyan, namun tetap membantu suaminya memantau keuangan perusahaan. Nurlita pun tak tahu mengapa Sofyan melarang Yasmin bekerja di perusahaan orang tua mereka, padahal adik iparnya itu sarjana administrasi kalau tak salah.Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, namun batang hidung suaminya belum juga nampak, buat Nurlita ingin marah saja dan berprasangka yang tidak-tidak.Sementara Sofyan masih terpekur di depan meja kerjanya, kemana ia harus mencari pinjaman lima ratus juta, selain untuk membayar utangnya di meja judi, juga untuk ia gunakan sebagai suntikan modal usahanya yang hampir bangkrut. Bulan depan ada tender minyak sawit yang baru, dia berusaha betul m
“Maaf, Mbak kami duluan.” Yasmin yang mengambil alih ketegangan kecil di antara mantan ipar ini. Ia tarik lengan suaminya dengan pelan, agar kemarahan yang mulai keluar di wajah pria berhidung bangir itu, tidak berlanjut. “Ayo, Mas kita bayar baru pulang, aku sudah capek.” Bujuk Yasmin pelan, sebab tak ingin mereka jadi tontanan pengunjung yang lain.“Iya, Sayang.” Arzan berikan tatapan tajam dan amarah pada Leli yang masih berdiri seperti orang kebingungan di tempatnya. Lalu Arzan manut dengan mengikuti langkah kaki istrinya menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.Sebenarnya yang Leli tadi lakukan itu adalah, ia ingin menunjukka perasaannya pada Arzan, bukan setelah berpisah dengan kakaknya saja, perasaan suka itu timbul di hati gadis ini. Saat masih menjadi iparnya dulu pun, Leli sudah ada rasa pada Arzan, ditambah dengan perselingkuhan Shella yang leli tahu, semakin berharaplah dia bila Arzan suatu saat akan memilih dirinya sebagai pengganti kakaknya. Bahkan dulu leli sebena
Rasa bahagia meliputi perasaan kedua pengantin baru ini. Jemari Yasmin dan Arzan terlihat saling erta menggennggam. Masih ada waktu satu hari untuk Arzan libur dari pekerjaannya untuk berbulan madu bersama istrinya.Namun bulan madu mereka tak melulu dihabiskan dengan kegiatan seks yang membara di kamar Yasmin. Kemarin sore sehabis kegiatan panas yang mereka lakukan di subuh hari, Arzan mengajak Yasmin mengunjungi rumah mama Atifa. Mertua Yasmin itu menyambut anak dan menantunya dengan rasa bahagia dan syukur luar biasa, sebab putranya mendapatkan seorang perawan yang terjaga etika dan adabnya. Meski dulu Yasmin pernah berpacaran dengan proia lain, namun itu hanyalah masa lalu, mma Atifa dengan kebijaksanaannya menerima dan menyayangi Yasmin dengan tulus.Sebenarnya gadis inilah yang dulu mama Atifa Inginkan menjadi menantu beliau. Namun Arzan dan Yasmin belum ada jodoh waktu itu. Beginilah jalan jodoh mereka, berliku dan saling menanti bertahun-tahun, bertemu orang lain dulu. Baru t