"Berhutang?" tanya Everon. "Kau yakin?"
Ditrian tidak menggeleng, tidak mengangguk juga.
"Berapa banyak?"
"Sampai semua orang bisa makan."
Everon menghela nafas berat. "Mungkin partai bangsawan akan paham. Tapi kalau rakyat bagaimana? Kau harus meminta pajak dua kali lipat nantinya. Mereka itu bangga sekali padamu, pada kerajaan. Dewan Rakyat bisa menentang ini."
"Aku akan buat mereka mengerti. Ini juga adalah usulanku. Toh ... ini cuma sementara. Saat ini yang paling mendesak adalah mengisi perut rakyat. Aku tidak mau membiarkan mereka kelaparan."
Everon terlihat berpikir.
"Jika k
"T-Tuan Putri ... apa Anda benar-benar tidak mau menemui Yang Mulia?""Suruh dia pergi," ketusnya. Mata perak Sheira masih menancap tajam pada buku di depannya."Baik ...," Lady Emma mengangguk pasrah.Sudah hampir dua minggu. Akhirnya Putri Sheira mau makan dengan teratur dan baik. Dia juga sudah mau bicara sedikit demi sedikit. Meskipun dia tidak mau lagi menemui atau melihat sehelai rambut Raja Ditrian.Pria itu juga beberapa kali ingin menemuinya di siang bolong. Namun selalu ditolak oleh Sheira.Sebenci itu?Tentu saja dia sudah sebenci itu pada Ditrian! Sampai ke tulang-tulang! Sebelum mereka bertemu, sebelum mereka menikah, S
"Aku sangat merindukanmu," ucap Evelina dengan wajah cantik yang memelas. Gadis itu dan Raja Ditrian sedang berada di gazebo gading paviliun rumah kaca. "Aku khawatir padamu, sayang."Entah sejak kapan Evelina mulai berani memanggilnya dengan sebutan itu. Mereka sudah berhari-hari tidak bertemu. Ditrian sangat sibuk akhir-akhir ini."Aku tidak apa-apa, Lady," jawab Ditrian tenang. Sebuah senyum simpul tercipta di bibir merah alaminya."Tapi ... aku benar-benar khawatir," suara Evelina agak bergetar, seperti mau menangis. Jari-jarinya yang lentik menyeka ujung matanya yang tidak basah sama sekali. "Aku tahu kau pasti sangat lelah."Evelina menggenggam tangan kanan Ditrian dengan kedua tangannya.
"Apa maksudmu? Aku tidak pernah menuruti keinginan bocah tengik itu!"Sheira menghela nafas sejenak. "Bukan begitu. Kau tahu kan, Kerajaan Galdea dan Kekaisaran Revendel telah menjadi musuh bebuyutan selama berabad-abad?""Ya .... Lalu?""Kau pikir, kenapa tiba-tiba sekarang kalian bisa memenangkan perang?"Ditrian menggaruk kepalanya, tepat di belakang salah satu telinga anjing hitamnya."Mereka bilang karena aku yang mengambil alih pasukan kekaisaran ...," ucapnya tidak enak. Dia tidak bisa narsis.Sheira mengangguk-angguk. "Yah, karena itu juga sih. Tetapi, alasan yang lebih kuat adalah ... karena terjadi perebutan kekuasaan di kerajaan kami.""Perebutan kekuasaan?""Saat ayahku, mendiang raja terdahulu wafat, kakakku Reghar naik tahta. Partai bangsawan mendukungnya. Tetapi, paman kami, adik ayah tidak setuju. Dia menginginkan tahta kerajaan. Para bangsawan tidak menyukai paman, karena dia dinilai tidak mampu menjalankan pem
Seikat mawar merah, di atas tempat tidur selirnya. Seikat mawar merah yang katanya dari Grand Duke Everon. Bagaimana benda itu bisa ada di atas ranjang selirnya? Bagaimana bisa sampai ke sana?Semalaman Ditrian memikirkan itu, saat kembali ke kamarnya. Hingga pagi ini.Wajah Grand Duke Everon yang segar dan serius tengah menjelaskan dokumen-dokumen soal benih dan jumlah hutang yang kemungkinan akan mereka ajukan."Lumayan banyak, Yang Mulia. Kita akan bisa melunasi hutang itu dengan menaikkan pajak dua kali lipat dalam waktu lima tahun."Dan ... entah bagaimana, Grand Duke Everon menjadi gugup. Sedari tadi Raja Ditrian menatapnya tidak suka. Tidak biasanya. Kesalahan apa yang sudah dia perbuat?"Dua kali lipat pajak? Kau mau Direwolf di seluruh kerajaan kelaparan?!" tukas Raja Ditrian dengan nada jengkel. Beberapa bangsawan yang bersama Grand Duke Everon saling bertatap."T-tapi ... bagaimana kita akan membayar hutang jika kita tidak menaikk
Selama ini, Ditrian baru sadar. Helaian itu memang terlihat seperti benang-benang emas yang berkilau. Lembut dan halus bagaikan langit senja yang mengalir seperti sungai."Maksudmu ....""Aku adalah keturunan dari Rapunzel di cerita dongeng itu."Ditrian lengang. Dia masih sangsi."Kau ingat menara di hutan Galdea Timur yang diceritakan oleh Sir George?" pria itu mengangguk. "Kuyakin ... itu adalah menara Rapunzel.""Lalu? Jika kau memang keturunan Rapunzel, bagaimana kau akan membuka wilayah itu?""Aku harus melihat menara itu. Legenda bilang, ada teka-teki di dalam menara yang akan mengangkat kutukan di tanah itu.""Jadi ... kau ingin ke Galdea Timur? Ke menara itu?"Sheira mengangguk penuh keyakinan. Matanya berbinar. Cahaya siang itu memantul ke mata peraknya seperti manik-manik.Segenap angan-angan memenuhi kepala Ditrian. Cerita Sir George kembali terpanggil dalam memorinya. Hantu-hantu kepala dan lipan raksasa ber
Evelina mengangkat tangannya singkat. Memberi instruksi pada kedua pelayannya untuk menyingkir dari troli itu.Dengan hati-hati, ia membuka sebuah toples mewah dari keramik, berisi daun teh kering yang mahal dan diimpor jauh oleh Duke Gidean, ayahnya.Ia menyendok sebanyak tiga kali daun teh itu ke cangkir cantik berwarna putih dengan hiasan sulur daun emas. Khusus ia siapkan untuk tunangannya di hari ini. Lalu Evelina mengangkat teko mewah senada dengan cangkir, menuangkan air panas yang ada di dalamnya.Perlahan dedaunan yang hitam pekat itu mencemari air panas bening dengan warna merah terang. Evelina menunggu beberapa saat hingga teh itu merah pekat sempurna. Lezat seperti terakhir kali ia mencicipinya.Kemudian ia menyendoki ampas-ampas teh yang ada di dasar cangkir dengan hati-hati dan cermat.Ia meletakkan cangkir itu di atas lepek putih keramik. Satu set dengan teko dan cangkir. Siap untuk disajikan. Tapi ... Evelina, putri Duke Gidean yang
"Ini ... ramuan cinta," ucap Master Viserian. Dokter Stuart sudah meninggalkan kamar raja dari tadi. Dia bilang, tidak ada yang salah dengan kesehatan raja, mungkin raja hanya sedang naik libidonya. Tetapi Master Viserian adalah seorang alkimia. Dia yang waktu itu pernah memeriksa keadaan Sheira. Namun karena sudah tidak ada lagi ramuan sihir di tubuhnya, maka ia tak berbuat banyak. "Siapa yang sudah memberi ramuan ini pada raja?" tanya Sheira. Lady Emma masih ada di sana. Hanya ada mereka berempat. Tentu saja Ditrian masih memeluki dan menciumi pipi Sheira. Sesekali mengendus-endus lehernya. Membuat Sheira geli sekaligus risih bukan main. Apalagi masih ada Lady Emma. "Saya tidak tahu siapa yang memberinya, Tuan Putri. Tapi ... cara kerja ramuan sihir adalah, dia akan berefek pada siapapun yang pertama kali ia lihat setelah meminum ramuan itu," jawab Master Viserian. Mungkinkah ... seperti saat ia meminum ramuan oblivate dari Alfons? O
Hampir tiga bulan semenjak ia tiba di istana ini, akhirnya untuk pertama kali, dia akan bisa keluar melihat dunia lagi. Sheira tidak bisa tidur semalam. Dia terlalu bersemangat. Sekarang masih subuh, bahkan langitnya masih biru gelap. Tapi mereka harus berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari keributan.Sir George, Sir Evan dan beberapa pengawal lain sudah mengenakan baju zirah seperlunya dan berpakaian layaknya warga biasa. Masing-masing dari mereka membawa pedang dan perbekalan.Totalnya kira-kira sepuluh orang. Belum lagi tujuh pengawal bayangan yang tidak akan menampakkan dirinya.Mereka semua sudah duduk di atas kuda masing-masing."Apa sudah semua Sir George?" tanya Sheira dari balik tudung jubahnya. Hanya mata peraknya saja yang terlihat."Mohon menunggu sebentar lagi, Tuan Putri," pinta Sir George.Entah bagaimana Raja Ditrian berhasil meyakinkan Sir George. Padahal kemarin pagi Sir George menolak mentah-mentah perjalanan ini. Di
Ditrian meletakkan seikat bunga berwarna kuning keemasan. Ia tersenyum."Mirip kau," katanya.Empat puluh lima tahun berlalu. Empat puluh lima tahun lamanya pula Sheira terbaring di ranjang. Kini ia ditempatkan di sebuah menara tinggi. Setelah perang, raja-raja memantapkan Ditrian sebagai kaisar baru mereka. Kaisar Ditrian von Canideus. Setelah berabad-abad, akhirnya ada seorang kaisar yang adil dan bijaksana. Kekaisaran menjadi makmur. Semua makhluk hidup berdampingan dan beriringan. Bangsa Elf tak lagi begitu menutup diri mereka. Mereka membagi pengetahuan di bidang pengobatan dan sihir. Sementara para Dwarf terkadang menjual teknologi-teknologi yang mereka miliki seperti teknologi pembajak sawah otomatis dan kincir air yang bisa digunakan untuk menumbuk biji-bijian.Kekaisaran berangsur makmur semenjak pemerintahan Raja Ditrian.Meskipun rakyat kini bisa hidup damai dan bersuka cita, tidak dengan Raja Ditrian. Dia akan bersuka cita kelak, saat su
Ditrian langsung menerobos ke dalam tenda. Ada beberapa orang di sana."Sheira! Sheira!" pekik Ditrian. Ia langsung menghampiri istrinya yang telah terbujur kaku di atas ranjang. Ditrian memeluk dan memegang tangannya. "Apa yang terjadi?! Sheira! Bangunlah! Aku disini, Sheira!"Ditrian tak bisa membendung kesedihannya. Ia menangis sambil memeluk jasad Sheira. Ia menangis begitu memilukan. Tidak pernah ada seorang pun yang melihat pria itu menangis. Tidak ada. Namun di hari itu ... Ditrian begitu merana. Ia membelai rambut emas Sheira, memanggil-manggil namanya begitu putus asa.Semua yang ada di ruangan itu sangat berduka."Apa yang telah terjadi p
Keesokan harinya, setelah matahari terbit, semua orang telah bersiap di pos mereka masing-masing. Ditrian menggenggam tangan Sheira di atas bukit, raja-raja juga berada di sana. Mereka bisa memandangi keseluruhan medan perang."Kau sudah siap?"Sheira mengangguk. "Aku telah menunggu hari ini seumur hidupku. Aku akan membunuh mereka semua," kata Sheira mantap.Ditrian mengecup punggung tangannya. "Jangan terlalu memaksakan dirimu. Aku akan memenangkan peperangan ini untukmu, sayangku."Tak berapa lama kemudian, suara terompet dibunyikan. Raja Dwarf melihat dengan sebuah tongkat dari kuningan yang ditambahi sebuah kaca kecil di ujungnya. Katanya benda itu bernama teropong jarak jauh.
Ditrian membawa kembali Sheira ke ibukota. Sedangkan Everon, dengan berat hati ia patuh untuk tetap membangun wilayah Galdea Timur dan menetap di sana. Everon patah hati. Namun ... dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.Sementara itu, diantara kemelut dan tragedi meninggalnya Evelina von Monrad dan Duke Gidean von Monrad di dalam istana, pernikahan mereka tetap dilaksanakan. Sheira von Stallon telah dinobatkan menjadi ratu dari Kerajaan Canideus. Kemudian Fred yang telah dibebaskan menyelidiki penyebab tindakan bunuh diri dan dari mana Evelina mendapatkan racun itu. Setelah dilakukan penyelidikan, ditemukanlah bahwa ini ada campur tangan dengan Kaisar Alfons. Termasuk ketika anak dalam kandungan Sheira gugur. Duchess Anna yang telah kehilangan kewarasannya selalu mengatakan hal itu berulang-ulang, berkali-kali dengan sumpah serapah.
Padang rumput di sini begitu luas dan tenang. Lebih indah daripada yang ada di kerajaan Canideus. Sepuluh orang ksatria Direwolf menyertai Raja Ditrian von Canideus.Raja yang telah dengan sengaja membatalkan pernikahannya sendiri. Mereka berangkat subuh-subuh, berangkat diam-diam dari istana tanpa membuat keributan, tanpa seorang pun tahu akan kepergian mereka. Meski pun begitu, Ditrian sudah meninggalkan surat perintah pembatalan pernikahannya. Mereka kini beristirahat di tengah perjalanan menuju ke Galdea Timur.Seorang di antara mereka menghampiri Ditrian. Ia menyerahkan sebuah surat."Yang Mulia ... ada pesan dari istana."Ditrian membuka gulungan surat itu. Pastilah burung merpati dari istana terbang menyusul
Para bangsawan sudah bersuka cita. Mereka telah membawa perasaan itu ketika berangkat dari rumah. Meskipun mendadak, kabar pernikahan Raja Ditrian dan Lady Evelina von Monrad, anak Duke Gidean von Monrad yang tersohor akan dilaksanakan. Kabar itu menyebar sangat cepat bagai lumbung gandum yang dilalap api. Mereka sudah bersiap dan duduk dengan khidmat di kursi aula. Dekorasi istana hari ini bernuansa biru tua dan emas. Juga bendera-bendera Kerajaan Canideus yang berlambang serigala menganga sudah dipasang.Di luar istana, rakyat juga tak kalah heboh. Nampaknya seluruh jalanan begitu ramai karena mereka pun ikut merayakannya. Festival-festival dan hiburan rakyat membuat hari ini kian riuh. Pontifex sudah bersiap di altar, hendak memberkati pernikahan mereka berdua.Termasuk Lady Evelina. Ia sudah cantik, mempesona luar biasa.
Beberapa hari ini Evelina begitu bahagia. Setiap malam, setiap hari, ia selalu bisa melihat Ditrian. Evelina kian terbuai dengan kisah kasih bersama pujaan hatinya itu. Raja Ditrian von Canideus yang gagah perkasa dan rupawan. Ini semua bagaikan mimpi bagi Evelina. Dia tidak pernah mengira jika angan-angannya sejak dulu akhirnya terwujud. Apalagi, mereka selalu bercinta, hingga Ditrian menjanjikan jika suatu hari nanti mereka akan mempunya anak. Evelina pun yakin akan itu. Entah sudah berapa kali mereka melakukannya. Benih-benih dari Ditrian sudah berada di dalam tubuhnya.Setiap malam mereka memadu kasih. Begitu romantis, bergairah dan bernafsu. Ini yang membuatnya semakin tidak akan pernah melepaskan Ditrian. Namun ia juga sadar, jika ini hanyalah sebuah kepalsuan. Evelina paham betul, hal yang begitu hebat mengubah hati Ditrian adalah karena setetes ramuan ini. Ramuan cinta dar
Langit hari itu sangat cerah. Kepulan awan di atas sana yang berwarna putih begitu indah. Sudah beberapa hari berlalu sejak Everon meninggalkan ibukota. Sejak ia meninggalkan istana dan kemelut politik di kerajaan. Mungkin baru kali ini ia keluar dari huru-hara itu setelah sekian lama. Everon tak ingat kapan terakhir kali kepalanya merasa setenang ini, sehening ini.Di tanah lapang ini, pasukan dan para ksatria Direwolf telah mendirikan tenda-tenda berwarna putih. Ada bendera juga yang tertancap di tenda yang paling besar, tenda miliknya. Bendera itu berlambangkan simbol Kerajaan Canideus dengan latar biru tua dan kepala serigala berwarna emas tengah menganga menghadap kedepan.Everon memerhatikan kesibukan dan lalu-lalang prajurit dan ksatria Direwolf di sekitar perkemahan. Itu membuatnya sedikit lupa jika ia belum benar-ben
Di dalam kamar yang hangat dan remang-remang, cahaya lilin bergetar lembut di dinding, menciptakan bayangan yang menari-nari seolah menyaksikan saat penuh asmara yang tengah berlangsung. Raja Ditrian duduk di tepi tempat tidur, wajahnya dipenuhi ketegasan dan kelembutan.Di bibir ranjang yang luas ini, mereka sudah duduk saling bersebelahan. Ditrian yang gagah itu hanya mengenakan jubah tidur. Sedari tadi ia mengamati Evelina dari ujung kaki hingga kepala, berbalutkan gaun tidur malam berwarna putih mutiara."Evelina," suara Ditrian dalam, penuh emosi, saat ia meraih tangan Evelina, menggenggamnya dengan lembut. "Setelah segalanya yang terjadi, terimakasih telah setia berada di sampingku. Setelah semua yang kulakukan padamu ... terimakasih kau masih ingin bersamaku. Maafkan aku atas sikap-sikapku dulu."