MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 30"Mulai bulan depan, Angga akan menggantikan posisimu di perusahaan, Mas," ucap Kinar dengan santainya.Reza sontak kaget dengan mulut terbuka juga mata membola. Tak menyangka Kinar benar-benar melakukan rencananya."Tidak! Tidak bisa!" tolak Reza panik.Kinar menaikkan satu alisnya lalu tersenyum sinis. "Kenapa tidak bisa?""Aku ini suamimu, Kinar.""Terus? Apa hubungannya dengan keputusanku, Mas?"Reza mengusap wajah kasar. Lalu duduk gelisah. Ingin melontarkan protes kembali, tapi ragu."Bu-bukan begitu, Kinar. Maksudku ... harusnya kamu menjaga marwah dan kehormatanku sebagai suami di perusahaan itu, bukan malah memecatku. Apa kata para karyawan nanti," jawab Reza sedikit terbata.Kinar menghela napas pelan lalu melempar pandang keluar jendela. "Kehormatan? Kehormatan macam apa yang harus aku jaga, Mas?"Reza gelagapan, kali ini dia akan sulit me
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 31"Apa ada masalah, Pak reza?" tanya Pak Asep sopan.Biar bagaimanapun dia sebagai bapak Niken ingin masalah anaknya juga cepat selesai. Niat baik Reza mendatangi orang tua Niken menjadi nilai plus tersendiri. Meski tak dipungkiri, rasa marah dan kecewa masih terpatri di dalam hati.Reza menghela napas panjang sebelum menjawab. Dia harus menyusun kalimat yang tepat agar Pak Asep dan Bu Asih tidak cemas, karena ini menyangkut putri mereka."Niken ada sedikit masalah, Pak.""Saya ijin untuk membantunya dulu, nanti ke sini lagi," lanjutnya lagi seraya bangkit berdiri hendak pamit."Tapi ... ada apa sama, Niken?" tanya Bu Asih cemas.Reza mengulas senyum dan menatap Bu Asih. "Hanya masalah ringan. Kalau begitu saya permisi dulu."Usai menjabat tangan Pak Asep dan Bu Asih, Reza gegas keluar dan sedikit tergesa menuju mobilnya. Tak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya kalau Mobil Niken diambil paksa oleh depkolector di jalan. Dia takut orang tua
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 32Pak Asep dan Bu Asih menunggu dengan gelisah di ruang tamu. Sudah lepas magrib tapi Reza dan Niken belum sampai di rumah. Usai salat magrib keduanya menunggu kembali di ruang tamu.Terlihat Pak Asep menarik napas panjang. Sebagai bapak tentu pikirannya kalut, tapi tak mau diperlihatkan agar sang istri tidak tambah cemas."Mau kemana?" tanya Pak Asep saat istrinya beranjak dari tempatnya duduk.Bu Asih menoleh dengan raut wajah cemas. "Ibu nunggu di teras saja, Pak."Melihat suaminya yang tak merespon, Bu Asih gegas melangkahkan kakinya keluar rumah. Duduk di kursi teras dengan gelisah. Sesekali melongok ke jalan saat ada mobil berjalan ke arahnya, barangkali mobil putrinya. Namun masih saja nihil.Di mobil Niken dan Reza saling diam. Sesekali Reza mengusap peluh di dahinya. Ac mobil seolah tak berfungsi. Banyaknya masalah yang dia pikirkan saat ini membuatnya gerah."Aku akan coba bicarakan dengan Kinar nanti. Siapa tau ada lowongan yang
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 33"Yang bener kamu, Mas?" tanya Niken panik seraya menggoyang-goyangkan lengan Reza.Reza hanya mengangguk pelan, lalu mendesah pasrah."Kamu jangan diem aja dong, Mas!" protes Niken dengan mengerucutkan bibirnya.Bayangan hidup mewah hancur sudah kalau Reza benar-benar tak lagi menjabat sebagai direktur utama. Kebenciannya terhadap Kinar makin menjadi, padahal dia tidak tau yang sebenarnya terjadi."Semua kendali sekarang ada pada Kinar. Aku sudah nggak bisa berbuat apa-apa. Ini benar-benar di luar prediksiku," terang Reza lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Pikirannya kini benar-benar penat."Kamu tekan Mbak Kinar dong, Mas," desak Niken. Impiannya menikah dengan Reza akan terwujud, tapi jika harus hidup susah lagi itu percuma. Sedangkan dari awal Niken memang mengincar Reza juga kekayaannya."Dia bukan Kinar yang dulu. Bahkan sekarang aku seperti tak mengenalinya."Niken menyentak napas kasar. Mobil sudah melayang, tidak ada kerjaa
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 34"Semua kejadian ini beruntun dan semua seperti saling berkaitan. Bukan tak mungkin kamu yang melakukan semua ini, Kinar. Tentu saja dengan alasan sakit hati," tuduh Reza.Kinar hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Sungguh tuduhan yang sangat konyol."Jangan berlagak seperti orang yang paling tersakiti, kalau faktanya kamulah yang menyakiti, Mas. Harusnya kamu introspeksi diri sebelum menuduh orang lain. Jangan sampai tuduhanmu itu justru jadi senjata makan tuan," balas Kinar lalu merapikan berkas-berkasnya dan dia satukan dengan laptop di tas khusus."Semua permasalahan ini kan kamu yang mulai. Aku hanya menyelamatkan apa yang aku punya. Dan silahkan selesaikan masalahmu. Jika merasa butuh bantuan, cari orang yang tepat yang bisa membantumu. Tapi bukan aku. Selama ini sudah cukup aku membantumu, tapi apa yang aku dapat? Kamu justru menusukku dari belakang. Untuk saat ini dan seterusnya, maaf, aku bukan lagi tempat kamu untuk pulan
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 35"Ingat, Mas, selama bertahun-tahun aku bersabar dengan tingkahmu. Bahkan keluargamu pun sudah enggan berurusan denganmu. Tapi kamu bukan berterima kasih, justru menikamku lebih dalam," ujar Kinar dengan amarah yang hampir pecah."Kinar ... maaf," ucap Reza lirih."Kata maafmu sudah tidak berguna, Mas." Dengan cepat Kinar berdiri, lalu melangkah meninggalkan ruangan Reza. Makin lama berbicara dengan suaminya, Kinar makin muak."Aku akan menikahi Niken minggu ini," seru Reza dari balik meja kerjanya.Kinar yang sudah memegang handle pintu pun berbalik lagi. Menatap Reza dengan wajah datar. Meski pernyataan Reza itu sukses mencabik hatinya, dengan susah payah Kinar menutupinya."Itu tidak ada urusannya denganku. Jadi ... aku nggak peduli," balas Kinar penuh penekanan. Dia gegas keluar dari ruangan itu. Rasanya debaran jantungnya sudah tak bisa dia kendalikan. Antara sakit hati, juga emosi yang merajai.Kinar memutuskan duduk di sofa lobi lebi
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 36"Ndre!" panggil Kinar yang berdiri tak jauh dari Andre."Kenapa? Fitri sudah berangkat?" tanya Andre, tanpa menoleh. Dia fokus pada layar laptop di depannya. Duduk bersila di depan meja berkaki pendek untuk menaruh laptop.Hening. Tak ada sahutan dari Kinar. Membuat Andre mengernyitkan dahi. Jarinya yang menari di atas keyboard pun berhenti. Perlahan memutar tubuhnya, dan mendongak, menatap Kinar yang hanya diam mematung."Kinar ... kenapa?" tanyanya. Beruntung ruangan itu sepi. Jendela dan pintu memang terbuka, jadi siapa saja yang lewat pasti akan melihat mereka.Ruangan tiga kali dua meter yang khusus digunakan sebagai kantor. Untuk menaruh berkas-berkas penting agar tidak berserak dan lebih mudah mencarinya. Karena beragamnya barang yang ada di sanggar, juga lalu lalang orang yang bebas keluar masuk.Kinar terkesiap. Sekian detik dia melamun di tempatnya. Hingga pertanyaan Andre yang kesekian kalinya membuyarkan bayang masa lalu.Tanga
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 37"Apa maksudmu?" sentak Niken tak terima. Dadanya naik turun dengan napas memburu, pertanda dia sedang diliputi emosi.Pak Asep meneguk ludahnya kasar. Dia bisa menebak arah pembicaraan Fitri. Bisa dipastikan salah satu orang terdekat Kinar itu sudah tau masalah Kinar. Pak Asep hanya bergeming. Dia tak bisa berbuat banyak karena putrinya memang salah. Yang dia takutkan kalau sampai Kinar mengganti orang untuk barang kerajinannya, sudah pasti mata pencahariannya akan terganggu. Selama ini dia hanya mengandalkan sanggar Kinar untuk menjual hasil kerajinannya, karena di tempat lain dihargai murah. Jika di jual sendiri belum tentu laku semua."Nggak ada maksud apa-apa," jawab Fitri santai. Dia menyilangkan kaki, menatap sinis Niken."Pekerjaan di sanggar nggak cocok buat kamu yang selama ini kerja kantoran dengan dandanan yang mengalahi bosnya," sindir Fitri.Dia tidak mempedulikan jika orang tua Niken tersinggung. Toh tidak terlalu dekat. Juga
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 64"Papa bisa jelaskan semuanya, Za.""Nggak ada yang perlu dijelaskan pada anak yang sengaja Papa buang," sahut Reza dengan penuh kekecewaan.Reza masih tak menyangka orang tuanya setega itu. Dan bodohnya dia, Tuhan sudah menggantikan dengan Kinar yang teramat baik, tapi justru dia sia-siakan. Rasa menyesal, marah, juga kecewa, berjejalan dalam dadanya."Aku pulang dulu," kata Reza seraya beranjak berdiri."Tak ada tempat bagiku di rumah ini," lanjutnya lagi menatap sinis Papanya.Pak Baskara menggeleng pelan. Menatap Reza dengan tatapan penyesalan. Nyatanya, alih-alih mendapatkan kepuasan, juga apa yang diinginkan, dendamnya justru menghancurkan keluarganya.Reza berjalan gontai keluar dari rumah orang tuanya. Pikirannya kini berkecamuk. Kini, dia benar-benar merasa sendiri. Dibuang orang tuanya, kehilangan anak dan istri yang dengan tulus menerimanya.Terngiang kemba
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 63"Mas, jangan diam saja. Mbak Kinar sudah menginjak harga diri kita," sungut Niken dengan wajah merah padam, seraya mengguncang lengan Reza.Reza mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar melihat sisi lain dari Kinar yang selama ini tidak pernah dia sangka. Dia hanya bisa membisu, menatap punggung Kinar yang kian menjauh dari tempatnya.Pikiran Reza justru tertuju pada pernyataan Kinar tentang sang papa juga pernikahannya. Apa yang sebenarnya terjadi, dan disembunyikan oleh orang tuanya? Batin Reza penuh terka."Mas!" sentak Niken karena Reza hanya diam saja. Ucapannya seolah angin lalu."Aku bisa apa? Memang fakta, yang dibicarakan Kinar, bukan? Aku bergantung pada Kinar, dan hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa aku lakukan saat ini. Belum tentu di luaran sana aku bisa mendapat pekerjaan. Namaku juga pasti sudah diblacklist dari perusahaan-perusahaan. Aku sudah miskin sekarang, itu fakta
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 62"Mas ... ngapain, sih?" tanya Niken menghampiri Reza. Dia heran melihat suaminya duduk di kursi teras sambil memijit pelipisnya. Tidak biasanya pulang kerja Reza duduk dulu di teras rumah.Niken yang berdiri di ambang pintu, dengan leluasa melihat amplop coklat berlogo pengadilan agama yang sedang dipegang Reza. Dia menyunggingkan senyum tipis, sedang hatinya bersorak. Apa yang dia inginkan akhirnya akan segera terwujud. Menjadi satu-satunya istri Reza.Reza menoleh dan mendongak, menatap Niken yang sudah berdiri di sampingnya."Pengen duduk aja di sini," jawab Reza sekenanya."Itu apa?" tanya Niken menunjuk amplop di tangan Reza dengan dagunya.Reza menatap amplop cokelat di tangannya."Ini, dari pengadilan," jawab Reza pelan. Tiba-tiba saja tenggorokannya tercekat, dengan dada penuh sesak.Niken tersenyum miring, lalu bersidekap dada."Bagus dong, jadi seb
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 61Fitri berjalan tergesa meninggalkan ruangan itu. Bahkan dia sampai menabrak Andre yang berdiri di ambang pintu. Mendadak hatinya cemas. Meski Kinar terlihat baik-baik saja, kenyataannya adalah sebaliknya. Fitri takut Kinar nekad.Halaman belakang jadi tujuan Fitri. Biasanya Kinar senang dengan tempat itu. Namun, bahunya mendadak luruh saat tak mendapati Kinar di sana."Ndre, di sini juga nggak ada!" teriak Fitri.Kepala Andre menyembul dari balik jendela kantor yang memang berhadapan dengan halaman belakang."Emang nggak pamit tadi?""Enggak. Tadi dia bilang mau kerja cepat, biar bisa cepat santai, habis itu ya aku tinggal karena kerjaanku sudah numpuk," jawab Fitri sambil menatap kesekeliling. Saung yang jadi tempat favorit Kinar juga kosong. Fitri bahkan sampai melongok ke bawah kolong saung, barangkali Kinar sembunyi di sana."Kinar bukan anak kecil yang sedang main petak umpet. Mana ada di kolong saung, ck ada-ada saja kamu, Fit," ucap
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 60Andre duduk bersila di atas sejadah yang dia bentangkan di samping ranjangnya. Melangitkan begitu banyak doa, juga meminta ampun atas segala dosa. Tak lupa nama Kinar selalu terselip dalam doanya, selain Bu Nisa sang bunda, tentu saja. Bukan doa meminta Kinar menjadi jodohnya, tapi meminta agar Kinar selalu dalam lindungan-Nya.Sudah ada beberapa rencana dalam benak yang akan Andre lakukan esok hari. Kini, dia benar-benar ingin ikhlas melepas Kinar dari hatinya. Biarlah semesta yang bekerja. Jika memang berjodoh, suatu saat pasti akan bersatu."Nak, belum tidur?" Kepala Bu Nisa menyembul dari balik pintu yang hanya terbuka separuh.Andre menoleh, lalu tersenyum menatap sang Bunda yang juga tersenyum padanya. Bu Nisa membuka pintu lebih lebar, lalu masuk ke kamar Andre."Bunda, kok belum tidur?" Andre justru balik bertanya. Dia lalu beranjak dari duduknya, melipat sejadah, dan menaruhnya di tempat semula."Belum ngantuk," jawab Bu Nisa sing
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 59"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, Kinar!"Teriakan Reza membuat Kinar menghentikan langkah kakinya. Dia menghela napas panjang dengan mata terpejam. Selalu saja ada drama jika bertemu dengan suaminya itu. Rasanya dia sudah muak menjalani ini semua. Perlahan Kinar berbalik, dan menatap Reza dengan wajah datar."Itu urusanmu. Urusanku adalah menggugat cerai kamu, Mas. Sudah tidak ada yang bisa diperbaiki dari pernikahan toxic ini. Tunggu saja surat dari pengadilan agama. Aku pastikan kamu tidak bisa berkutik karena semua bukti sudah sangat jelas memberatkanmu," ucap Kinar dengan tenang tanpa ekspresi.Tanpa menunggu balasan dari Reza, Kinar gegas pergi dan sedikit berlari menaiki tangga. Hatinya perih tiap kali melihat Reza. Seakan luka itu sengaja ditaburi garam dan dikucuri air jeruk.Dengan menahan kesal, Reza pergi ke kamar tamu. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Melipat ke dua tangan, dan menjadikannya batalan. Menatap langit-l
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 58"Aku nggak nyangka kebodohanmu dalam berpikir menerima takdir membuat banyak orang terluka."Ucapan Bu Nisa sontak membuat dada Pak Baskara bergemuruh. Dia mengepalkan tangannya kuat, dan menatap tajam lawan bicaranya itu."Kemana Baskara yang dulu begitu baik? Nyatanya kamu lebih dari seorang iblis hanya gara-gara cinta. Mendadak otakmu tak bekerja, dan semua kepintaranmu hilang karena tak terima dengan takdir yang Tuhan tuliskan. Aku sangat beruntung dan bersyukur pada akhirnya tidak berjodoh denganmu. Tuhan begitu baik menjauhkan aku dari orang berhati buruk sepertimu.""Tutup mulutmu!" sentak Pak Baskara dengan mata merah menatap nyalang Bu Nisa.Andre yang melihat pertengkaran itu sudah melangkahkan kakinya dari tempat persembunyian, tapi Bu Nisa segera memberi kode agar tetap diam di tempat. Bu Nisa tersenyum meremehkan. Ternyata sangat mudah memancing amarah seorang Baskara yang dulu dia kenal begitu baik."Tak perlu marah jika it
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 57"Andre ijin nggak masuk hari ini."Kinar langsung menoleh, menatap Fitri dengan alis yang hampir bertaut."Tumben nggak kasih kabar ke aku?"Fitri hanya menghendikkan bahu."Aku sudah memutuskan untuk menggugat cerai, Mas Reza."Keputusan itu Kinar ambil setelah dia memikirkan segala dampak baik dan buruknya. Semoga keputusannya itu yang terbaik untuk masa depan putranya juga dirinya."Kamu serius?" tanya Fitri antusias yang diangguki Kinar."Aku menyerahkan semua pada pengacara. Biar cepat selesai dan aku tidak capek. Karena kerjaanku sekarang tiga kali lipat lebih banyak. Di sini, di rumah, di kantor. Dan semua itu gudang masalah."Fitri tertawa lepas mendengar ucapan Kinar. Kabar ini jadi angin segar buatnya. Ikut senang karena Kinar akhirnya memilih tegas."Apa kamu sudah memasukkan gugatan cerainya?"Kinar menggeleng pelan. "Belum, aku baru bilang ini ke kamu. Rencananya besok akan menemui pengacaraku sekalian ke kantor."Kinar menari
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 56"Oh ya, Mas, jangan lupa besok sudah mulai bekerja karena jatah cuti sudah habis. Biasakan berangkat lebih awal, karena semua sudah tidak akan sama lagi," ucap Kinar dengan senyum kemenangan, menatap Reza juga Niken yang justru salah tingkah."Dan kamu, Niken. Banyak-banyak bersyukur, meskipun mimpi kamu sepertinya tidak akan pernah terwujud. Jalani dan nikmati prosesnya, barangkali di kemudian hari akan jadi ratu yang sesungguhnya," lanjutnya menatap Niken dengan senyum meremehkan.Tangan Niken sudah terkepal erat, dengan rahang mengeras. Jika tidak dipegangi Reza mungkin sudah menyerang Kinar. Perempuan itu jika sudah tersulut emosi kadang lupa dengan dirinya, bahkan janin yang ada di rahimnya.Kinar tersenyum menyeringai lalu meninggalkan mereka berdua dengan langkah anggun, tak lupa melambaikan tangan. Meski tak dipungkiri hatinya perih, tapi terlihat menang dan tenang ternyata membuat Niken cukup kepanasan."Lepasin, Mas! Biar ku tamp