Share

BAB 7 : Ingatan

Penulis: Nhana
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-24 19:47:24

"Kak ... Kak Phillip."

Kalimat yang terdengar begitu lemah dan lirih namun cukup jelas. Satu nama terucap dari bibir yang sudah terkatup rapat selama dua tahun terakhir. Matanya mengerjap untuk beberapa saat sampai akhirnya si pemilik suara kembali menutup mata.

✿✿✿✿✿

Phillip menatap sendu tubuh putrinya yang sudah tertidur pulas. Dia duduk di samping ranjang dan membenarkan letak selimut yang menutupi sebagian tubuh Viola. Dengan lembut dan hati-hati, Phillip mengusap wajah Viola penuh perasaan hingga tanpa terasa ada setetes air mata yang jatuh dari sudut matanya. Phillip menyayangi Elviola, teramat sayang.

"Maafkan daddy." bisiknya lemah.

"Daddy benar-benar bersalah. Daddy adalah ayah yang buruk."

Phillip kembali berkata dengan begitu lirih. Ada rasa sesak dari setiap kata di ucapkan dengan penyesalan tersebut. Phillip tidak pernah menangis, tapi untuk Viola dan Erina adalah pengecualian.

"Jika bukan karena daddy, mommy pasti sekarang ada disini bersama kita. Memeluk dan menemani Vio tidur." Phillip mencium jari-jari tangan mungil milik putrinya.

"Daddy sudah menyakiti mommy, daddy jahat Vio."

Phillip merasa dadanya semakin sesak. Ingatannya tentang Erina memaksa aliran air dari matanya berebut untuk meninggalkan jejak di pipi. Seumur hidupnya, Phillip tidak pernah memiliki penyesalan yang teramat besar, tidak sebelum Erina pergi dari hidupnya.

"Kak Phillip, menikahlah denganku."

Kalimat yang selalu phillip sesali seumur hidupnya. Kalimat yang seharusnya dia ucapkan. Dan kalimat yang membuat dia kehilangan Erina di hidupnya.

Phillip menangis dalam diam, menahan sesak yang hampir meledak. Setiap kali ingatan tentang Erina muncul, maka setiap itu pula lah ribuan jarum tak kasat mata serentak menusuk ulu hatinya.

Phillip menyesali kebodohannya di masa lalu, kebodohan yang membuat putrinya harus bertanya-tanya siapa ibunya? Dimana ibunya berada? Dan kenapa ibunya tidak bersamanya? Semua pertanyaan-pertanyaan itu selalu menghantui Phillip di bangun dan tidurnya.

✿✿✿✿✿

2 tahun yang lalu....

Siang itu Shinta menggerutu sepanjang jalan. Dia sedang kesal karena semua pekerjaannya berantakan. Untuk sekedar menenangkan diri dia memilih menikmati kopi di sebuah cafe kecil tak jauh dari kantornya.

"Hah, kalau begini ceritanya aku benar-benar harus kembali ke LA." Shinta menghela nafas kasar. Ingin rasanya dia berteriak dan memaki siapa saja yang ada dihadapannya. Tuntutan pekerjaan membuatnya hampir hilang akal, namun atensinya tiba-tiba teralihkan ketika pintu cafe terbuka.

"Selamat datang," sapa seorang pelayan dengan ramah kepada pelanggan yang baru saja datang tersebut.

Seorang wanita muda yang hampir sebaya dengannya itu tersenyum manis menanggapi si pelayan. Dia melangkahkan kaki jenjangnya menuju salah satu meja yang kosong yang ditunjukkan pelayan tersebut.

Shinta masih menatap dan memperhatikan wanita tadi, bahkan saking fokusnya Shinta sepertinya lupa untuk berkedip. Setelah merasa cukup yakin dengan apa yang dilihatnya, Shinta mengalihkan pandangannya dari sosok wanita tersebut.

"Erina. Benar dia Erina Claretta," ucapnya yakin. "Aku yakin tidak akan salah. Tapi kenapa dia ada di disini? Erina ada di sini, dan dia tidak menghubungi Phillip sama sekali? Wahh aku tidak percaya ini." Shinta heboh sendiri dengan pemikiran dan spekulasi nya.

Karena penasaran, Shinta pun memilih untuk segera berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri wanita yang dia yakini adalah Erina.

"Erina?" tanya Shinta memastikan.

Erina yang merasa namanya dipanggil, langsung melihat si pemilik suara.

"Kau Erina Claretta kan? Wah kau benar-benar Erina!" Shinta membekap mulutnya terkejut.

Erina sendiri tidak kalah terkejut dari Shinta. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat dihadapannya sekarang.

"S-shinta, kak Shinta?" bisiknya lemah sambil menggigit bibir bawahnya.

"Iya, aku Shinta."

Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, Shinta segera mendudukkan dirinya di hadapan Erina.

"Ya Tuhan Na, lama tidak bertemu. Kamu benar-benar menghilang setelah kelulusan."

Erina sedikit kikuk mendengar penuturan Shinta, dan hanya bisa tersenyum untuk menanggapi perkataannya.

"Aku sibuk mencari pekerjaan," jawab Erina seadanya.

"Dimana kamu tinggal sekarang?"

"Aku tinggal cukup jauh. Aku kembali untuk suatu urusan. Dan mungkin akan menetap untuk sementara." lagi-lagi Erina hanya kembali tersenyum.

Shinta mengangguk paham meski tidak sepenuhnya percaya. "Syukurlah kau baik-baik saja. Aku benar-benar khawatir karena kau menghilang begitu saja."

"Aku minta maaf karena sudah menyebabkan keributan," sesal Erina.

"Tidak masalah. Melihat kau ada disini saja sudah membuatku cukup senang."

Shinta mengamati Erina cukup lama kemudian dia terdiam untuk beberapa saat. Dia sedang menimbang-nimbang apakah harus bertanya atau tidak pada Erina perihal Phillip dan juga Elviola.

"Na."

"Iya?"

"Kenapa kau meninggalkan mereka?" Shinta men-jeda kalimatnya.

Erina menatap Shinta bingung.

"Maksudku Phillip dan Elviola."

Deg,

Seketika tubuh Erina membeku, bahunya menegang dan bibirnya kelu. Pertanyaan tiba-tiba Shinta terlalu dalam mengenai hatinya.

Erina menggigit bibirnya gusar, dia tidak tahu harus memberikan jawaban atau reaksi seperti apa terhadap Shinta. Bagaimana pun Erina tidak siap dengan pertanyaan tersebut, atau bahkan tidak akan pernah siap.

"Aku tahu semuanya Na," sambung Shinta untuk menjawab kebingungan Erina.

"K-kak-------- kak aku-------- " Erina menunduk, dia tak mampu mengatakan apapun.

"Aku tahu kau pasti punya alasan Na. Tapi apapun itu tidakkah kau merindukan Viola?" tanya Shinta dengan tatapan serius.

"Vio sekarang sudah besar Na. Sedikit demi sedikit dia mulai memahami semua yang terjadi disekitarnya. Dan aku yakin cepat atau lambat dia juga akan menanyakan keberadaan ibunya."

Shinta mengambil handphone miliknya dan menunjukkan foto Elviola yang sedang duduk di pangkuan Shinta.

"Kau bisa lihat ini kan?" tanya Shinta saat memperlihatkan foto tersebut.

"Ini Vio?" Erina bertanya kembali. Tangannya gemetar saat menyentuh screen handphone tersebut.

"Ya dia Vio, anak yang sudah kamu lahir kan dan kamu beri nama Elviola," Shinta mendesah pelan.

"V-vio," suara Erina bergetar, kembali dia mengusap wajah putrinya dari balik layar handphone tersebut dan kali ini disertai oleh air mata yang ikut mengalir melalui pipinya.

Shinta hanya diam memperhatikan.

"Dia sangat manis dan cantik." Erina kembali meneteskan air matanya untuk kesekian kali.

"Dia memang sangat menggemaskan Na. Phillip membesarkannya dengan sangat baik. Dia benar-benar menyayangi Vio."

"Benarkah? Ku kira dia tak ingin mengakuinya." Erina bergumam pelan.

"Eh? Maksudmu?" Shinta cukup terkejut dengan penuturan Erina.

"Tidak kak." Erina menggelengkan kepalanya.

"Apa terjadi sesuatu denganmu dan Phillip?"

"Tidak ada, itu hanya masa lalu," jawab Erina cepat.

"Maaf Na, bukannya aku mau ikut campur. Tapi aku sebenarnya tahu apa yang membuatmu sempet menghilang dulu. Tapi aku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya sehingga Vio bisa ada pada Phillip."

"Aku yang memberikannya."

"Maksudmu?" Shinta masih belum mengerti.

Erina segera berdiri dan merapihkan dirinya bersiap untuk pergi.

"Kak, tolong rahasiakan pertemuan  kita. Jangan katakan apapun pada kak Phillip jika kita pernah bertemu disini."

"Tapi Na--"

"Kumohon," ucapan Shinta langsung di potong oleh Erina.

Shinta akhirnya hanya mengangguk. Dia sebenarnya ingin menahan Erina lebih lama lagi dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi dia tahu diri kalau ini bukan tempatnya untuk ikut campur lebih jauh lagi. Terlebih Erina terlihat tidak senang saat dirinya mulai membicarakan tentang masa lalu.

"Baiklah. Kalau ada yang ingin kamu ketahui lagi, kamu bisa menghubungiku Na." Shinta memberikan kartu namanya kepada Erina.

"Terimakasih," ucap Erina dengan tulus.

"Na, maafkan aku."

"Maaf untuk apa?" Erina menatap Shinta bingung.

"Aku merasa bertanggung jawab untuk semua yang sudah terjadi padamu karena aku lah yang sudah memperkenalkan kalian berdua," sesal Shinta.

Erina tersenyum dan menggeleng lemah. "Tidak. Ini bukan salah siapapun, semua sudah takdir. Tapi kalau aku boleh minta tolong sekali lagi, aku titip Vio. Aku janji suatu hari nanti aku akan kembali."

Permintaan Erina sekaligus mengakhiri pertemuan mereka. Erina benar-benar pergi.

Setelahnya Erina pergi meninggalkan cafe itu dengan jejak air mata yang masih sangat kentara.

Shinta menghela nafas panjang. Hari ini benar-benar menjadi hari yang cukup berat untuknya.

Phillip kenapa hidupmu selalu membuat orang penasaran. - Shinta

*

*

*

- T B C -

With Love : Nhana

Bab terkait

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 8 : Kilatan Masa Lalu

    FlashbackSejak pertemuannya dengan Shinta, Erina semakin memikirkan perihal keadaan putrinya. Semakin hari semakin terasa jika dirinya benar-benar sangat merindukan Viola. Keinginannya untuk bertemu sang anak bukan lagi hanya sebatas angan atau khayalan tapi sudah menjadi prioritas yang setiap hari membuatnya tidak bisa hanya menunggu dan berdiam diri. Karena memang tujuannya pulang untuk menemui putrinya, Elviola atau yang kini menyandang marga Han dibelakangnya menjadi Elviola Han.Erina mencoba mencari tahu apapun tentang putrinya sebisa mungkin. Dan beruntung pencariannya membuahkan hasil, sehingga kini dia tahu dimana putrinya itu tinggal dan sekolah.Hampir setiap hari Erina menguntit Viola. Entah itu di sekolah, tempat les, tempat bermain dan bahkan sampai ke kediaman

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 9 : Kekhawatiran

    "Dad, hari ini Vio boleh ke rumah sakit ya?" tanya Viola saat mendudukkan dirinya dengan nyaman di meja makan dan menatap ayahnya dengan tatapan memohon.Sudah beberapa hari ini Viola memang tidak pergi ke rumah sakit karena sedang ujian sekolah. Dan hari ini adalah hari terakhir ujian. Oleh karena itu dia berani meminta ijin pada daddy nya.Phillip mengangguk sekilas. "Baiklah, tapi jangan pulang terlalu sore. Vio juga harus istirahat, daddy gak mau Vio sakit," ucap Phillip lembut. Sebenarnya Phillip tidak ingin memberi Viola ijin ke rumah sakit lagi karena bagaimanapun dia belum tahu siapa orang yang sering di kunjungi anaknya itu.Tentu saja karena dia k

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 10 : Kamu?

    CeklekSuara pintu terbuka dari luar menampakan Arga dan juga Phillip yang berjalan mengikutinya dari belakang."Vio, coba lihat siapa yang datang?" ucap Arga dengan senyuman seraya memanggil Viola yang sedang duduk di samping Erina.Viola yang mendengar panggilan Arga pun menolehkan kepalanya ke arah pintu. Dan matanya melebar terkejut lucu melihat siapa yang datang. "Ahh daddy?" Viola langsung turun dari kursinya dan berlari pelan menuju Phillip.Phillip tersenyum melihat reaksi putrinya itu kemudian dia berjongkok dan merentangkan tangan untuk menyambut Viola dalam peluka

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 11 : Flashback (1)

    Flashback"Na, kamu sibuk gak hari ini?" ucap Shinta yang baru saja masuk ke lab dan bergabung dengan Erina."Kenapa?" tanya Erina tanpa mengalihkan fokusnya kepada lawan bicara.Shinta menggeser sebuah kursi dan mendudukkan dirinya dengan nyaman di hadapan Erina."Kau harus menjawab terlebih dahulu, sibuk atau tidak?" Shinta sekali lagi mengulang pertanyaannya.Erina mendengus pelan. "Entahlah, ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan. Tapi tidak begitu mendesak," jawab Erina sambil membereskan alat-alat

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 12 : Flashback (2)

    FlashbackSejak pertemuannya dengan Phillip tempo hari, Erina sekarang lebih sering diajak Shinta untuk kumpul bersama teman-temannya. Erina yang memang pada dasarnya punya sifat yang ceria dan mudah akrab dengan orang lain membuatnya selalu bisa berteman dengan siapa saja, termasuk Phillip.Phillip mungkin punya sifat yang bertentangan dengan Erina, dia lebih cenderung penyendiri, tidak mudah akrab dengan orang lain dan juga sangat terganggu dengan sesuatu yang berisik. Phillip sendiri tidak sepenuhnya menganggap Erina sebagai teman tapi dia juga tidak menolak kehadiran Erina. Baginya, selama sikap Erina masih dalam kategori wajar, dia tidak keberatan.Seperti hari ini, Eri

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 13 : Flashback (3)

    Hubungan Erina dan Phillip semakin hari semakin berkembang. Kini keduanya sudah seperti sepasang kekasih. Sejak pertanyaan mendadak Phillip pada malam itu, ia menganggap kalau Erina adalah miliknya. Sedangkan Erina, meski ia tak memberikan jawaban dan menganggap pertanyaan Phillip hanya gurauan tapi ia menikmati perlakuan istimewa yang diberikan oleh Phillip terhadap dirinya. Hingga perlahan-lahan ia mulai menyukai ah bahkan mungkin sudah jatuh hati pada seorang Phillip Han.Erina sedang berada di kamar Phillip dengan Phillip yang terus-terusan menempel padanya. Padahal niatnya ke apartemen Phillip untuk mengerjakan laporan. Tapi bayi besarnya itu bahkan tidak memberikan jarak sedikitpun antara dirinya dengan Erina. Katakanlah Phillip sedang dalam mode manja.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 14 : Arya Wiraraja

    Erina berlari sambil menangis sepanjang kampus, dia menghiraukan bisikan dan tatapan orang-orang yang dilaluinya. Sampai akhirnya langkahnya terhenti ketika tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang.Erina mendongakkan kepalanya dan menatap orang tersebut. "Kak-- " tanpa ragu Erina segera menabrakkan tubuhnya untuk memeluk laki-laki tersebut dan menangis sejadi-jadinya. Sementara yang dipeluk hanya mengusap punggung Erina untuk mencoba menenangkannya. "Tidak apa-apa Na. Jangan menangis, ada aku disini," ucapnya lembut penuh ketenangan.Erina menggeleng dalam tangisnya. "A-aku tidak bisa.""Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja."

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 15 : Penyesalan

    "Kak... Menikahlah denganku."Phillip hanya diam dan tak merespon. Namun, beberapa saat kemudian gelak tawa terdengar di ruangan tersebut. Iya, Phillip baru saja tertawa. Dia menertawakan ajakan dari Erina.Erina menatap nanar kearah pria yang ada di hadapannya, bagaimana bisa Phillip tertawa disaat dia tengah membicarakan hal yang serius. Erina bersumpah bahwa saat ini adalah momen paling serius dalam hidupnya. Bahkan Erina membuang semua harga diri dan mengumpulkan semua keberanian untuk menyatakan hal tersebut.Phillip yang sadar tengah ditatap intens oleh Erina seketika menghentikan tawanya. "Kau sedang melamar ku Na?" tanyanya seolah ingin memastikan kembali jika pendengarannya tidak keliru.Kini giliran

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06

Bab terbaru

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 20 : Seperti Keluarga

    Erina melepaskan pelukannya dengan Viola. Dia mengusap jejak air mata pada kedua pipi anaknya. Mengelus pipi itu dengan begitu lembut, hingga air mata kembali menetes dari sudut matanya. "Mommy jangan menangis lagi," kali ini giliran Viola yang menghapus air mata Erina.Erina menggelengkan kepalanya. "Tidak sayang, mommy hanya merasa sangat bahagia." Erina tidak berdusta, air matanya adalah air mata bahagia. Air mata yang sama seperti saat dia pertama kali melihat Viola lahir ke dunia ini."Kalau bahagia itu harus tersenyum, bukan menangis mom." Viola memiringkan kepalanya lucu.Erina terkekeh gemas dengan tingkah putrinya. "Benarkah? Siapa yang mengatakan itu? Kalau gitu mommy salah dong." Erina mencubit lembur hidung bangir Viola.Viola mengangguk."Kata daddy. Daddy selalu tersenyum s

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 19 : Mommy

    Erina menatap pantulan dirinya di cermin. Dia meneliti setiap inci bagian dari tubuhnya. Kemudian dengan tatapan nanar dia menghela nafas berat. "Aku benar-benar kurus sekarang. Tulang selangka ku bahkan tercetak dengan jelas, pipiku bukan hanya sekedar tirus, ini seperti tulang yang dibalut kulit." Erina menunjukkan tulang selangkanya pada cermin."Aku tidak mungkin menemui anakku dengan keadaan seperti ini," dengan gerak perlahan, Erina menurunkan pandangannya dan menggigit bibirnya getir."Setidaknya aku harus terlihat lebih sehat dan kuat." Erina tersenyum lemah, berusaha menguatkan dirinya sendiri.Phillip yang masih memperhatikan Erina dari luar, tersenyum iba. Erina memang sangat kurus, tentu saja karena dia tidak memakan makanan apapun selama tidurnya. Hanya segala sesuatu yang berupa obat-obatan yang disuntikkan melalui selang infus yang masuk ke tubuhnya. Dan penyesalan Phillip pun bertambah besar melihat keadaan Erin

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 18 : Weindra

    "K-kak-- ""N-na, Erina," sapa orang yang dipanggil kakak tersebut dengan suara terbata dan nafas yang masih memburu."Kakak, bagaimana bisa kau kesini?" tanya Erina bingung dan tentu saja terkejut dengan kehadiran tiba-tiba orang yang sangat di kenalnya."Ahh itu, itu tadi aku-- " pria itu kebingungan menjawab pertanyaan Erina dan menggaruk tengkuknya, dia gugup. "Jangan berdiri di sana kak, masuklah." Erina melambaikan tangannya dan memberi isyarat agar pria yang dia panggil kakak itu mendekat kearahnya. Pria itu pun masuk dan mendudukkan dirinya di kursi yang ada di samping ranjang.

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 17 : Bingung

    ''K-kak-- "Ucap Arga terbata karena terkejut melihat Erina yang tiba-tiba sudah sadar dan sedang menatapnya tanpa dosa."S-sejak kapan kakak bangun?" tanya Arga yang masih linglung."Aku tidak sedang bermimpi kan? Atau aku sedang berhalusinasi? Ah sepertinya aku butuh istirahat." Arga menggelengkan kepalanya dengan cepat, tak percaya dan mencoba menolak kenyataan yang diharapkannya selama ini. Padahal dia seorang dokter tapi dalam keadaan seperti ini perasaan lah yang mengambil alih akal sehatnya.

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 16 : Putriku

    Malam semakin larut, udara juga terasa semakin menusuk permukaan kulit. Phillip menurunkan tubuh Viola dan menidurkannya dengan hati-hati. Mereka pulang sangat larut dari rumah sakit dan Viola sudah tidur sepanjang perjalanan. Awalnya Viola merengek ingin menginap di rumah sakit tapi Phillip sebisa mungkin membujuknya dengan segala cara agar putrinya itu mau pulang. Beruntung Phillip dan Arga akhirnya berhasil membujuknya. "Rasanya seperti baru kemarin daddy bertemu denganmu Vio. Kini kamu sudah sebesar ini." Phillip mengelus wajah lelap putri kecilnya, putri yang selama 7 tahun terakhir menjadi cahaya yang menerangi hidup Phillip kembali. "Maaf daddy baru mengen

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 15 : Penyesalan

    "Kak... Menikahlah denganku."Phillip hanya diam dan tak merespon. Namun, beberapa saat kemudian gelak tawa terdengar di ruangan tersebut. Iya, Phillip baru saja tertawa. Dia menertawakan ajakan dari Erina.Erina menatap nanar kearah pria yang ada di hadapannya, bagaimana bisa Phillip tertawa disaat dia tengah membicarakan hal yang serius. Erina bersumpah bahwa saat ini adalah momen paling serius dalam hidupnya. Bahkan Erina membuang semua harga diri dan mengumpulkan semua keberanian untuk menyatakan hal tersebut.Phillip yang sadar tengah ditatap intens oleh Erina seketika menghentikan tawanya. "Kau sedang melamar ku Na?" tanyanya seolah ingin memastikan kembali jika pendengarannya tidak keliru.Kini giliran

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 14 : Arya Wiraraja

    Erina berlari sambil menangis sepanjang kampus, dia menghiraukan bisikan dan tatapan orang-orang yang dilaluinya. Sampai akhirnya langkahnya terhenti ketika tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang.Erina mendongakkan kepalanya dan menatap orang tersebut. "Kak-- " tanpa ragu Erina segera menabrakkan tubuhnya untuk memeluk laki-laki tersebut dan menangis sejadi-jadinya. Sementara yang dipeluk hanya mengusap punggung Erina untuk mencoba menenangkannya. "Tidak apa-apa Na. Jangan menangis, ada aku disini," ucapnya lembut penuh ketenangan.Erina menggeleng dalam tangisnya. "A-aku tidak bisa.""Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja."

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 13 : Flashback (3)

    Hubungan Erina dan Phillip semakin hari semakin berkembang. Kini keduanya sudah seperti sepasang kekasih. Sejak pertanyaan mendadak Phillip pada malam itu, ia menganggap kalau Erina adalah miliknya. Sedangkan Erina, meski ia tak memberikan jawaban dan menganggap pertanyaan Phillip hanya gurauan tapi ia menikmati perlakuan istimewa yang diberikan oleh Phillip terhadap dirinya. Hingga perlahan-lahan ia mulai menyukai ah bahkan mungkin sudah jatuh hati pada seorang Phillip Han.Erina sedang berada di kamar Phillip dengan Phillip yang terus-terusan menempel padanya. Padahal niatnya ke apartemen Phillip untuk mengerjakan laporan. Tapi bayi besarnya itu bahkan tidak memberikan jarak sedikitpun antara dirinya dengan Erina. Katakanlah Phillip sedang dalam mode manja.

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 12 : Flashback (2)

    FlashbackSejak pertemuannya dengan Phillip tempo hari, Erina sekarang lebih sering diajak Shinta untuk kumpul bersama teman-temannya. Erina yang memang pada dasarnya punya sifat yang ceria dan mudah akrab dengan orang lain membuatnya selalu bisa berteman dengan siapa saja, termasuk Phillip.Phillip mungkin punya sifat yang bertentangan dengan Erina, dia lebih cenderung penyendiri, tidak mudah akrab dengan orang lain dan juga sangat terganggu dengan sesuatu yang berisik. Phillip sendiri tidak sepenuhnya menganggap Erina sebagai teman tapi dia juga tidak menolak kehadiran Erina. Baginya, selama sikap Erina masih dalam kategori wajar, dia tidak keberatan.Seperti hari ini, Eri

DMCA.com Protection Status