"Kenapa kau bisa tidur di kamar ini?!" seru David saat melihat seorang gadis cantik berambut panjang tidur di sampingnya. Sementara gadis yang sedang tertidur itu langsung terbangun saat mendengar teriakan David. Sama dengan reaksi David, ia berteriak histeris. Apa lagi saat menarik selimut ternyata tubuhnya dalam kondisi polos tanpa sehelai benang pun. Lebih kaget lagi saat ia melihat ada noda darah di sprei hotel yang berwarna putih itu.
"Kau sudah tidak waras Lilian?!" hardik David sambil buru-buru mengenakan pakaiannya yang berserakan di lantai.
"Kenapa jadi aku?!Ini kamarku, Pak David!" seru Lilian.
David mengerutkan dahinya, namun ia segera melangkah untuk memastikan. Dan saat ia melihat nomor kamar itu, Lilian benar. Dialah yang salah masuk kamar.
"Anda, kan yang salah!" seru Lilian saat David kembali ke hadapannya. Gadis itu tergugu, tak kuasa menahan sesak di dadanya saat ini. Bagaimana bisa keperawanan yang selama ini ia jaga bisa hilang begitu saja. Bahkan ia sendiri tidak menyadari bagaimana terjadinya.
"Anda JAHAT!" pekik Lilian sambil melemparkan bantal ke arah David.
Sementara David hanya menghindar dan lelaki berwajah tampan itu tampak terduduk lemas di kursi sofa. Sial! Bagaimana bisa ia salah masuk kamar. Padahal semalam seharusnya ia bersama Nadine sang istri. David mengusap wajahnya dengan kasar dan berkali-kali meremas rambutnya sendiri dengan geram.
"Ka-kau masih virgin?" tanya David pada Lilian. David menyadari bahwa pertanyaannya itu salah karena mata Lilian langsung melotot seolah ingin menelannya.
Gadis itu langsung meradang, "Kau pikir aku wanita murahan yang suka mengobral tubuhku ke sana ke sini? Anda salah besar, Pak David. Kedua orangtua saya tidak pernah mendidik saya menjadi wanita murahan! Saya masih perawan hingga anda merenggutnya!"
Liliana merenggut selimut yang menutupi tubuhnya dengan marah lalu bangkit berdiri.
"Lihat ini baik-baik, di situ ada noda darah yang membuktikan bahwa saya masih perawan hingga semalam!"
David meraih selimut yang dilemparkan oleh Lilian dan menutupi tubuh indah gadis cantik yang sudah menjadi sekretarisnya selama dua tahun ini.
"Maaf kalau pertanyaanku menyinggung perasaanmu," kata David lirih. Sungguh ia menyesali pertanyaannya tadi. Liliana tak menjawab, gadis itu masih merasa syok dan tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Liliana ingat bahwa semalam ia memang mabuk berat saat kembali ke kamarnya. Mungkin ia tidak menutup pintu dengan benar sehingga David bisa masuk.
"Semalam aku mabuk, dan aku memang berpesan pada Nadine supaya membuka sedikit pintu kamarnya. Aku benar-benar tidak melihat lagi nomor kamar karena kepalaku terasa sakit,lalu ...."
"Lalu, semalam kau telah merenggut kesucianku!" seru Lilian.
David menghela napas panjang, ia tidak tau harus berkata apa kepada Lilian. Ia sendiri merasa bingung harus berbuat apa saat ini. David Romano adalah seorang CEO muda di sebuah perusahaan kosmetik yang sedang berkembang dengan pesat.
Rahangnya tegas, dengan hidung yang mancung dan sepasang mata yang tajam seperti mata elang membuat banyak wanita tak bisa berlama-lama menatapnya. Di usianya yang menginjak tiga puluh dua tahun David Romano sudah begitu mapan.
Ia sudah menikah selama enam tahun dengan wanita cantik yang merupakan anak dari sahabat ayahnya. Nadine adalah istri David yang memiliki wajah cantik dan anggun. Dia juga seorang model profesional.
Sementara Liliana adalah sekretaris pribadi David. Ia gadis berusia dua puluh empat tahun, fresh graduate. Berwajah cantik dengan hidung mancung, bibir mungil dan sepasang mata yang indah. Dengan rambut hitam panjang membingkai wajahnya dengan sempurna. Tidak kalah cantik dengan Nadine sang istri.
David menghela napas panjang, ia menatap Liliana dan berkata, "Kita akan selesaikan masalah ini saat kita kembali ke Jakarta nanti. Siang ini kita masih harus bertemu dengan klien dan aku harap kau bisa bersikap profesional, Lilian."
Mata Liliana langsung memicing dan menatap David dengan tajam. "Kau sudah gila tuan David Romano?! Apa kau pikir keperawanan itu bukan suatu hal yang penting bagiku,hah?!" pekik Liliana dengan keras. David melongo mendengar gadis itu membentaknya, selama ini tidak ada yang berani bersuara keras apa lagi membentak seorang David Romano.
"Heh! Kau berani membentak aku? Kalau kau merasa kesucian itu berharga kenapa kau tidak berusaha melawan dan berontak?!" serunya marah.
"Asal kau tau, aku dalam kondisi mabuk berat semalam, apa kau pikir gadis yang mabuk parah bisa melawan? Jangankan melawan, ingat apa yang terjadi pun tidak. Di mana otakmu, hah?!"
David terdiam, sebenarnya jika ada yang perlu disalahkan di sini itu adalah dirinya. Semalam ia masih mampu berjalan dengan benar, hanya saja ia tidak memeriksa lagi nomor kamar yang akan ia masuki. Hanya karena pintu kamar yang sedikit terbuka ia langsung memasukinya. Lelaki tampan itu pun meremas rambutnya sendiri dengan gemas dan membanting tubuhnya dengan kasar ke sofa.
Saat ini dia benar-benar bingung harus berbuat apa. Untuk menikahi Liliana jelas suatu hal yang tidak mungkin. Ia sudah terikat dengan pernikahan. Lagi pula, ia yakin Lilian tidak akan hamil karena dokter sudah menyatakan bahwa dirinya mandul.
Sementara itu Liliana masih dalam posisi yang sama duduk di atas ranjang sambil menangis dan memeluk kedua lututnya. Gadis itu terlihat sangat berantakan. David yang merasa iba dengan kondisi Liliana akhirnya bangkit dan mendekati gadis itu. Ia memeluk Liliana dengan hangat dan membelai rambutnya perlahan.
"Percayalah kepadaku Li, semuanya akan kita selesaikan besok di Jakarta. Besok pagi kita semua pulang, dan kita akan bicara berdua dengan kondisi yang jauh lebih tenang. Tapi, aku mohon siang nanti kau bisa tetap bersikap biasa di depan klien dan juga di depan Nadine."
Lilian menghapus air matanya dan mendorong tubuh David menjauh darinya. Selama ini ia memang diam-diam mencintai David, tapi bukan dengan cara seperti ini yang Lilian selalu bayangkan. Lagi pula dia bukan perempuan yang suka merebut suami orang.
"Pergilah, keluar dari kamarku dan tinggalkan aku sendiri," kata Lilian.
"Tapi ..."
"KELUAR!" seru Lilian dengan tatapan tajam. David yang melihat tatapan penuh kemarahan itu akhirnya mengalah. Ia pun segera keluar dari kamar Lilian dan meninggalkan gadis itu sendiri.
Setelah David meninggalkan kamarnya Lilan masih menangis. Rasanya ia tak sanggup lagi untuk berdiri tegak manatap indahnya dunia. Apa yang dapat ia banggakan sekarang sebagai seorang wanita? Keperawanan yang ia jaga selama ini hilang begitu saja dalam sekejab. Lilian dan David saat ini sedang berada di kota Kupang. Salah seorang klien mereka menginginkan Nadine syuting di air terjun Oenesu. Pemandangan di sana memang terkenal sangat indah, hanya keperluan untuk membuat iklan sebetulnya. Sebagai sekretaris pribadi David, Lilian tentu saja ikut serta. Nadine adalah brand ambassador perusahaan kosmetik milik David. Sebelum menikah dengan David, Nadine adalah seorang foto model dan artis yang cukup laris membintangi iklan produk kecantikan. Semalam, karena syuting telah selesai dan siang ini rencananya mereka semua akan pulang ke Jakarta, David mengajak Lilian untuk menemani klien mereka minum-minum
Lilian duduk meringkuk di sudut kamar, semalaman David benar-benar menikmati tubuhnya tanpa ampun semalam suntuk. Tampak bekas jejak berwarna merah di sekujur tubuhnya. Liliana terisak, air matanya tak berhenti menetes sejak semalam. Ia hanya menutupi tubuhnya dengan selimut. Dadanya terasa begitu sesak, saat ia tau bahwa David sudah mengambil keperawanannya, Liliana masih bisa menerima. Mungkin saat itu David juga dalam kondisi mabuk. Tapi, saat ini ia yakin sekali David baru minum sedikit. Terbukti dari apa yang ia lakukan kepadanya sampai berkali-kali. Mendengar suara isak tangis David pun terjaga dan menatap Lilian yang duduk di sudut kamar hanya berbalut selimut sambil memeluk kedua lututnya. Matanya tampak sembab, ia pasti menangis semalaman, pikir David. Perlahan ada sedikit penyesalan di hati David. Sejak awal melihat Liliana, David sebenarnya sudah menaruh hati pada Liliana. Tetapi, gadis itu bekerja dengan sangat prof
Nadine menatap David tak percaya, apakah selama ini diam-diam suaminya mendambakan kehadiran anak di antara mereka? Apa yang harus ia lakukan sekarang? Gila! Ide David itu memang sangat gila. Bisa saja ia tidur dengan lelaki lain, tapi hasilnya pasti akan tetap sama. Dia tidak akan mungkin bisa hamil, karena pada kenyataan yang sebenarnya bukan David yang mandul. Tetapi dirinya yang tidak akan pernah bisa memberikan keturunan pada lelaki manapun. Dengan wajah memerah menahan perasaan yang campur aduk, antara kesal, kecewa sekaligus juga bingung. Ia kesal karena David dengan mudahnya menyuruh tidur dengan lelaki lain. Kecewa karena ternyata cinta David tidak sebesar yang ia pikirkan. Jika David benar cinta, ia tidak akan pernah merelakan tubuh istrinya dinikmati oleh lelaki lain, apa lagi sampai mengandung. Bingung, karena ia tidak tau harus bagaimana menutupi rahasia yang sudah dua tahun ini ia tutupi. "Kau tidak mencintai ak
Suasana yang tadinya penuh pergumulan panas kini berubah menjadi kepiluan. Dirga memeluk Nadine dengan erat, tak rela rasanya melepas gadis yang ia cintai menjadi milik orang lain."Aku bersumpah akan selalu setia kepadamu, Din. Kau tidak akan pernah menyesal sudah menyerahkan segalanya kepadaku. Maafkan aku yang tak berdaya ini. Kelak, jika aku mapan dan sudah menyelesaikan pendidikan S2-ku, aku akan selalu menunggumu kembali.""Tidak, Mas. Jika kau menemukan gadis lain yang pantas untuk kau jadikan istri menikahlah. Jangan pedulikan aku," bisik Nadine lirih dalam dekapan Dirga."Jangan pernah melarang aku untuk selalu mencintai dan setia kepadamu," jawab Dirga sambil mengecup kening Nadine dengan penuh kasih sayang. Hingga malam tiba, mereka mengulangi lagi permainan panas mereka. Nadine bersikeras meminta supaya Dirga membuahi rahimnya. Biarlah ia menikah dengan lelaki lain tapi, ia ingin mengandung dan mem
"Kita akan cari pelakunya dan membuatnya bertanggung jawab atas apa yang menimpamu," kata Nadine. Namun, Liliana dengan cepat menggelengkan kepalanya. Tidak! Nadine tidak boleh sampai tau hal ini, itulah yang ada dalam pikiran Liliana."Tidak, Bu. Jangan ke sana lagi, tidak usah bawa masalah ini ke pihak yang berwajib. Saat ini saja saya sudah trauma, saya tidak akan sanggup menghadapi jika harus menceritakan aib ini pada orang lain. Saya mohon, Bu. Jika Ibu ingin saya tetap hidup, tolong kita akhiri saja sampai di sini," pinta Liliana dengan mata berkaca-kaca dan tatapan mengiba. Nadine menghela napas panjang. Ia sangat mengerti, yang namanya pemerkosaan pasti akan meninggalkan trauma yang dalam pada korbannya. Melihat kondisi Liliana yang seperti ini saja dia sudah tidak tega."Kita ke dokter, ya?" bujuk Nadine. Liliana kembali menggelengkan kepalanya, "Saya akan baik-baik saja, Bu," ucapnya lirih."Kamu tid
Liliana menatap Nadine tak percaya, bagaimana mungkin dia meminta untuk menikah dengan lelaki yang sudah menghancurkan kehidupannya? Liliana tidak tau harus menjawab apa sekarang. Tapi, pengakuan Nadine tadi membuatnya benar-benar ketakutan. Padahal sebelumnya ia merasa lega karena David mengatakan dirinya mandul. Tetapi, dengan fakta baru bahwa ternyata Nadine yang tidak bisa memberikan keturunan kepada David membuat Liliana cemas."Aku tau kau butuh waktu untuk berpikir, jadi aku akan memberimu waktu, Li.""Sa-saya ... Saya tidak tau harus menjawab apa, Bu. Bagaimana mungkin saya menikah dengan Pak David?""Aku akan membayarmu dengan uang yang banyak jika memang nanti kau hamil. Tapi, kau harus mengakui bahwa itu adalah anak David. Kau tidak boleh menceritakan pada siapa pun jika kau sudah diperkosa oleh orang yang tidak kau kenal." Liliana menelan salivanya, "Bu ... Kita tunggu saja beberapa minggu lagi. Semoga saja say
David terkejut saat ia mendapati Liliana sudah datang dan duduk di meja kerjanya. Gadis cantik itu tampak sedang mengerjakan beberapa laporan yang memang sudah David minta sebelum mereka ke Kupang."Kau sudah sehat, Li?" tanya David hati-hati. Ia tidak mau mengambil resiko jika Liliana akan berbuat sesuatu yang mempermalukan dirinya. Meski David tau jika Liliana tidak mungkin nekad, tapi sikap gadis itu pasti akan berubah."Sudah, Pak. Terima kasih," jawab Liliana datar. David melihat kedua mata gadis itu masih sangat sembab. Diam-diam ia merasa sangat menyesal atas perbuatan yang sudah ia lakukan pada gadis itu. Tak ingin berlama-lama menatap kepedihan di wajah Liliana,David pun segera masuk ke dalam ruangan kerjanya. Namun, bukannya bekerja, ia malah memikirkan Liliana dan juga obrolan serius bersama Nadine semalam. David tidak tau apa yang akan terjadi jika kedua orangtua mereka tau jika salah satu dari mere
Saat jam menunjukkan pukul lima, Lilian bergegas membereskan mejanya dan segera turun ke lobby. Biasanya ia selalu menunggu David keluar dari ruangannya. Namun, kali ini ia tidak mau menunggu. Lilian masih bisa merasakan sentuhan David di sekujur tubuhnya dan itu sangat menyakitkan."Hai, Li. Tumben kau sudah turun ke lobby. Biasanya bos pulang kau baru turun."Lilian menoleh, ia tersenyum saat tau melihat siapa yang menyapa."Kau belum pulang, Gas?" Bagaskara pemuda itu bekerja di bagian pemasara. Ia sudah lama sekali memendam perasaan pada Lilian. Tetapi, gadis itu memang sengaja menjaga jarak kepada siapa pun. Bagi Lilian pekerjaan nomor satu. Lagi pula tujuannya datang ke kota ini adalah bekerja, bukan untuk hura-hura atau sekadar berpacaran. "Aku kurang enak badan," jawab Lilian singkat."Kalau begitu aku antar kau pulang," ujar Bagas. Lil
_28 TAHUN KEMUDIAN_ "Nggak punya mata?! Nggak liat ada manusia sebesar ini? Matanya di mana?" hardik Alexandra kesal. Hancur sudah penampilannya hari ini, padahal ia sudah berdandan sejak jam lima pagi. Hari ini wawancara kerjanya. Tapi, penampilannya rusak karena tersiram segelas kopi hitam. "Kau yang tidak punya mata, kalau mau melamun ya jangan sambil jalan. Melamun dulu, baru jalan, atau seharusnya tadi ketika kau bangun tidur ya habiskan lamunanmu dulu!" bentak pemuda yang baru saja Alexandra hardik. Pemuda itu sebenarnya sangat tampan, dengan tinggi sekitar 180 CM ia tampak begitu gagah. Matanya yang coklat, dengan alis tegas dan tebal, hidung mancung dan bibir yang begitu sensual untuk seorang pria. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau terpesona denganku, kan?" ujar pemuda itu sambil tersenyum nakal. Demi Tuhaaan, senyumnya membuat Alexandra terpukau, terlebih senyum p
Pagi itu jenazah Kadita dibawa pulang dari rumah sakiit dan langsung dimandikan untuk segera dimakamkan. Kinasih, Nadila dan Nadine turun tangan untuk memandikan jenazah Kadita."Mami masih tidak percaya nenekmu meninggal secepat ini. Padahal kondisinya sudah membaik bahkan sudah sembuh dari stroke yang dideritanya," kata Nadila pada Nadine."Tidak ada yang tau takdir Tuhan, Mami," ujar Nadine. Setelah dimandikan dan diberi kain kafan, jenazah pun langsung disalatkan dan langsung dibawa ke pemakaman. Arnold dan Sanjaya bahkan ikut membawa keranda dan juga masuk ke dalam lubang kubur untuk memakamkan jenazah Kadita. Sanjaya dan Arnold menatap tanah merah di hadapan mereka. Ayu, perawat Kadita pun tampak sangat terpukul dengan kepergian Kadita yang begitu mendadak. Sementara pelayat yang lain sudah pulang, keduanya masih berada di makam Kadita."Ibumu sudah tenang di sana," kata Arnold sambil
Liliana menatap Nadine, "Mbak, tapi ...."Dirga yang mengerti maksud Liliana tersenyum."Nadine memang mengalami anovulasi, Li. Tapi, bukan berarti tidak dapat disembuhkan. Saat ini kami sedang berobat supaya Nadine bisa hamil dan kami memiliki anak," jelas Dirga.Liliana hanya mengangguk-angguk, ia memang pernah membaca dari sebuah artikel tentang anovulasi. Dan memang bisa sembuh dengan cara terapi. Tak lama acara pun dimulai dengan doa- doa setelah itu barulah diteruskan dengan acara yang lainnya. Tampak Liliana dan David begitu bahagia. Tapi, tiba-tiba saja saat acara hampir selesai Kadita yang sedang duduk dan bicara dengan Kinasih memegangi dadanya dan jatuh pingsan. Sanjaya dan Arnold yang duduk tak jauh dari Kadita langsung menggendongnya dan membawa ke rumah sakit."Cinta sejati tidak akan pernah mati,meskipun orang yang kita cintai sudah tid
Arini benar-benar menepati perkataannya. Rumah Liliana mendadak ramai, dua kamar tamu terisi dan setiap hari ada saja yang membuat Liliana tertawa geli. Arini dan Kinasih dengan semangat membagi tugas. Arini merawat Liliana dengan jamu-jamu tradisional buatannya dan juga tak lupa mengoleskan obat buatannya ke perut Liliana. Setiap pagi, Arini akan membuatkan kunyit asam sirih untuk Liliana minum setiap hari. Selain itu untuk mengembalikan bentuk tubuh Liliana seperti semula, Arini membuat jamu dengan bahan-bahan yang terdiri dari 7 gram daun papaya, daun jinten, 10 gram kayu rapet, 10 gram daun sendok, 7 gram daun iler, 7 gram daun sambilonto dan 7 gram asam Jawa. Semua bahan-bahan ini ia tumbuk halus lalu direbus dalam dua gelas air hingga mendidih. Dan, Liliana mau tidak mau meminumnya sambil memejamkan mata. Ia sama sekali tidak bisa menolak, karena Arini akan menunggunya hingga m
Pagi itu Liliana terbangun dan ia merasa perutnya terasa sedikit sakit. Baru saja ia akan melaksanakan ibadah salat subuh, tapi rasa sakit di perutnya makin terasa. Perlahan, ia membangunkan David."Mas, perutku sakit ..." keluh Liliana. David langsung membuka matanya dan menatap istrinya yang meringis kesakitan. Ia bertambah panik saat melihat ada darah yang mengalir di kaki Liliana."Ya Allah, kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu, aku panaskan mobil sebentar." David langsung mengganti pakaiannya, dan ia berlari keluar kamar. Tuti yang melihat David panik langsung menghampiri."Ada apa, Pak?" tanyanya."Ibu mau lahiran. Cepat bawakan tas yang sudah di siapkan." Kinasih yang kebetulan baru bangun pun ikut panik dan segera membangunkan seisi rumah. Untung saja seminggu sebelumnya Kinasih berinsiatif untu
"Kau suka kamar baru kita?" tanya David."Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman. Oya, Mas rumah lama kita kau jual?" tanya Liliana."Iya, saat ini masih dalam proses perbaikan. Jendela yang pecah dan kunci semua diganti. Kemarin, kata Mushi ada yang berminat tapi, dia mau supaya semua direnovasi terlebih dahulu.""Terimakasih, Mas. Kau sangat memikirkan aku. Kau tau bahwa aku mungkin akan sedikit merasa trauma di rumah itu. Dan, kau berinisiatif untuk membawaku pindah rumah. Terimakasih ya, Mas.""Sama-sama, sayang."“Tapi, perusahaanmu baru bangkit kembali. Itu pun uang dari Opa, kan? Apa tidak boros ... kau membeli rumah baru ini?” tanya Liliana. David menggelengkan kepalanya perlahan.“Rumah ini aku beli dari uang yang selama ini aku simpan ditambah uang dari papa. Papa dan Opa yang menyuruh untuk pindah. Tidak mengapa, sayang ... toh rumah lam
Sudah tiga hari Liliana dan David tinggal di hotel. Dan, pagi itu David dengan wajah ceria membawa kabar gembira untuk Liliana"Apa kita bisa segera cek out dari sini, Mas?" tanya Liliana."Hmm, besok ya sayang. Kejutanku besok baru siap. Jadi, ya kau bersabar saja sampai besok." Liliana hanya mengerutkan dahinya. Ia mulai curiga melihat gelagat David. Ia yakin, suaminya pasti sedang mempersiapkan sesuatu yang sama sekali tidak ia duga sebelumnya."Mas, beritahu aku kau sedang mempersiapkan apa? Kenapa aku tidak boleh pulang dulu sekarang?" tanya Liliana sambil duduk di atas pangkuan suaminya itu."Kau penasaran?""Ya jelas, Mas. Ayolah, kau ini jahat sekali. Selama beberapa hari ini, kau bahkan menyita ponsel milikku. Tidak boleh bicara dengan siapapun. Bahkan, aku tidak kau izinkan untuk sekedar berenang. Ayolah, Mas," rayu Liliana. David hanya terta
Selama dua hari Liliana tidak sadarkan diri, selama itu pula David menemani sang istri. Saat tersadar, Liliana menatap suaminya itu dengan perasaan haru sekaligus geli melihat lelaki gagah dan tampan yang ia cintai itu menangis."Kau ini lucu, Mas. Aku baik-baik saja. Sini, lebih baik kau menciumiku seperti tadi," jawab Liliana dengan suara lirih sambil menahan nyeri di punggungnya."Sakit, Sayang?""Pundakku nyeri, Mas.""Tentu saja, kau ini terkena peluru. Lain kali, jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi," ucap David lirih."Lalu, apa aku harus diam saja melihat suamiku hampir celaka? Kalau kau mengatakan bahwa kau mencintaiku dan tidak mau aku celaka, aku juga mencintaimu, Mas. Dan, aku tidak mau suami ... ayah dari anakku celaka. Jadi, tolong jangan pernah lalai untuk menjaga dirimu sendiri." David terharu mendengar jawaban sang istri. David tidak pernah mengira bahwa Liliana
Dor! Leo melepaskan tembakan, peluru nya menyerempet kaki Liliana sehingga wanita itu merosot turun dan membuat Aryo kesulitan hingga akhirnya ia melepaskan Liliana dan mengeluarkan senjata api miliknya juga dan mengarahkan pada David yang lengah. Melihat suaminya dalam bahaya, Liliana tak mengindahkan rasa nyeri pada kakinya, dengan sekuat tenaga ia bangkit dan menghambur ke dalam pelukan David. Namun, sebuah peluru yang sudah terlanjur di lepaskan menembus ke punggung Liliana. Melihat itu, KOMPOL Leo melepaskan kembali tembakan untuk melumpuhkan Aryo dan Yudi. Sementara David yang melihat darah dari punggung Liliana meraung dan memeluk sang istri. Sanjaya segera berlari dan menghampiri David dan Liliana."Kita bawa istrimu ke rumah sakit, biar Bang Leo yang mengurus sisanya. Ayo, kau bawa ke mobilky, cepaaat Dave!!!" seru Sanjaya. David pun menurut dan segera menggendong Liliana ke dalam mob