" Ya Allah jadikanlah suamiku, suami yang baik, Imam yang baik, mencintaiku dan anak-anak ku sungguh-sungguh, tanggung jawab, mampu menafkahi kami, bisa jadi sahabat dan teman hidup sampai tua, sampai jannahmu , apabila itu suamiku berikanlah dia hidayah wal inayah kalau bukan suamiku, maka pisahkan lah kami baik-baik.
- Ines - *********** Sesuai jadwal tour, Ines dan teman-temannya saat ini sudah berada di dalam pesawat menuju Malaysia, Kuala lumpur tepatnya. Sejak mendzikirkan "La haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim" badan Ines terasa panas. Tapi hati Ines lebih tenang.<Setelah hampir seminggu Ines liburan, perempuan itu balik ke Indonesia dengan mood yang lebih baik. Saking happy nya bahkan Ines tak menanyakan kemana Adi kemarin. Ines pikir percuma bertanya, yang sudah jelas ketahuan saja Adi mengelak. Ines yakin Allah selalu memberikan umatnya yang terbaik. Ya mungkin terbaiknya saat ini untuk Ines ya Adi, apalagi saat ini Ines sedang hamil. Ines tidak mau fokus akan masalah, perempuan itu ingin memberikan terbaik yang dia bisa untuk anak-anak, Bapak, adik-adiknya dan untuk orang-orang yang perduli kepadanya. Untuk masalahnya dengan Adi, Ines yakin pasti akan ada jalan keluar. Toh dia tak berhenti meminta disepertiga malamnya. Sekarang tugas Ines hanya berusaha menjadi istri yang baik bukan karena Adi tapi karenaNya. ******* Hari ini hari ketiga sejak Adi izin ke Ines untuk pulang kekampung Bapaknya di Purwokerto. Usia kandun
Ines deg-degan saat menaiki lift, apapun yang terjadi nanti Ines hanya bisa pasrah. - Tok tok tok - Ines yang tidak ingin Adi tahu siapa yang mengetuk pintu menutup door viewer dengan tangannya. - Tok tok tok - Ines mengetuk lagi kali ini lebih kuat. Tapi pintu tidak juga dibuka. Mungkin Adi parno takut buka pintu. Merasa lelah mengetuk akhirnya Ines menelepon Adi. Bunyi suara telpon terdengar sampai luar kamar. [ Iyaa Ma, kenapa sih telpon trus. Papa lagi tidur ini. ] bohong Adi.
" Memang mikirin apa sih Nes ? " tanya Pak Fuji sesaat istrinya keluar ruangan. " Target penjualan, atau suamimu lagi ? " " Feeling saya sih kayanya masalah suami mu ini. Kalau soal penjualan mestinya kamu aman-aman saja. " tanyanya lagi melihat Ines hanya diam. Ines yang ditanya seperti itu tak kuasa menahan sesak didadanya. " Ines capek pak, lelah rumah tangga seperti ini. Rasanya Ines mau pindah saja, bawa anak-anak keluar kota. Hidup baru disana. " sahut Ines akhirnya. " Kalau Ines pindah ke Kendari gim
" Terserah de, mbaa udah ngga kuat .. " " Loh Mba, mbaa.---,.." teriak Lily panik sambil men-dial lagi nomor Bapak. " Aduh, Bapak ngga diangkat lagi .. " geramnya. " Sust, suster tolong lihatin mbaa saya kenapa ini ? " Suster Emy yang sedang menemani Twins main dikamar sebelah langsung bergegas kekamar Ines.. " Kenapa mba ? " ucap suster Emy melihat Lily panik sedang mengoncangkan badan Ines. " Ngga tau Sust, kayanya mba Ines pingsan. Beneran pingsan kan ini sust bukan gimana-gimana? " bingung Lily mulai berurai air mata. " Mbaaa, bangun mbaa --, mbaa kenapa-- " Pecah tangis Lily. Suster Emy megang sisi leher Ines dengan ujung jarinya, kemudian menempelkan
" Jangan buang waktumu, untuk orang yang tidak mempunyai waktu untukmu. Temukan orang yang berfikir WAKTUnya akan terbuang bila tidak bersamamu. " - Motivasi Hidup - ******* [ Apa sih Yank....... hahaha .... ] terdengar panggilan mesra dan riang menyambut. Adi yang sedang asyik bertelephone tidak sadar akan kedatangan Ines dan Bapak. Adi yang saat ini berbaring di sofa panjang diruang tamu, asyik dengan rokok dan handphonenya. Posisi kepala Adi membelakangi pintu masuk. Bapak yang mengandeng Ines geram mendengar Adi berbicara mesra di telepon, walaupun percakapan tidak terlalu jelas dari depan pintu gerbang, tapi sesekali terdengar ka
" Tapi pak ---, " " Saya bersyukur banget Mba, Mak.. Kali ini biaya lahiran sudah siap, Adi juga mulai berbisnis. Kasihan soalnya Ines, mungkin dia hamil ada-ada saja karena stress mikir nanti biaya lahiran gimana, biaya buat anak-anak, soalnya sekarang anak tiga kan. " ucap Bapak memotong ucapan Neli. Neli menatap Adi tajam dan terlihat menahan marah tapi tidak bisa berkata apa-apa karena ada Bapak. Adi yang ditatap Neli hanya bisa tertunduk. " Alhmdulilah ya nak Adi, punya kakak seperti mba Neli ini. Sudah cantik, baik, perduli dengan adiknya. Oh ya, jadi kapan Adi mau berangkat ke Sulawesi ? " Bapak menatap kearah Neli dan Mamak. Ditatap seperti itu Mamak tidak enak hati. " Maunya sesegera mungkin tapi mungkin Adi khawatir Ines. " ujar Mamak lalu mencolek Adi.
lama Mamak menunggu balasan pesannya, sampai handphonenya berbunyi tanda pesan masuk .. [ Oh buat Ines dan Twins., mana no rekeningnya mak ? Sudah tidak usah Mamak ganti. Cuma lain kali biar Adi sendiri yang usaha Mak, jangan Mamak yang cari sana sini, biar belajar tanggung jawab dia. ] [ Iyoo, makasih nak. Ini no rekeningnya langsung transfer saja ke Ines. ] [ Sudah ya Mak, ini buktinya.. Mamak sehat sehat tho ? ] [ Mamak Sehat, makasih nak. Ko juga jaga kesehatan . Salam sama cucu dan mantu Mamak. ] Mamak tersenyum senang. Dia berhasil menyelamatkan muka Adi, tanpa Mamak sadari bahwa dibela terus seperti itu tidak membuat Adi belajar.
" Dengar, kau masuk kamar, besok aku pulang kerumah Neli. Buat apa disini, tapi kau tak hargai Mamak , " ancamnya. " Pulanglah Mak, pusing aku Mamak disini. " " Apaaa... " kecewa hati Mamak mendengar perkataan Adi. Tak disangka anak yang paling disayang, mengusirnya seperti itu. Ines yang sedari tadi terbangun, mendengarkan pembicaraan ibu dan anak tsb. Ingin membuka pintu tapi teringat larangan Mamak tadi sore. - Flashback ON - " Badanmu sudah sehat kah ? " tanya Mamak
[ Ya kamu cepet pulang , ngga enak dunk masa tamu ditinggal. Lagipula aku-nya ngga enak lah ada laki-laki dirumah, ngga ada kamu.. ] [ Halah gaya kali, berkaca ko.. ] sindir Adi. [ Maksudnya ? ] [ Gaya kali, ko pikir bidadari kah ? Selera kak Oskar itu tinggi bukan modelan seperti ko.. ] [ Astagfirullah, cukup kau hina saya terus. Kalau memang saya ini serendah itu, kenapa kamu ngga mau talak saya. Kamu pikir saya mau punya suami model kamu. ] [ Cukimai ko. Jangan GR, saya pilih kamu karena saya pikir ko perempuan baik-baik nyatanya
Tapi diluar dugaan, Mamak mendelikkan matanya tanda tak suka lalu melepas pegangan tangannya.. " Ah, sembarang sekali ko. Kalau mau pisah ya pisah saja, tak usah kau fitnah Adi seperti itu. " bentak Mamak. Hmm, Mamak yang tidak suka anaknya dipojokan kembali ke mode on membela membabi buta. Ines hanya tersenyum kecut, dipikirnya bisa bertukar pikiran dengan Mamak, tapi ternyata zonk. Tak ingin memperpanjang, Ines berdiri lalu mulai membangunkan Twins lagi. Kali ini usahanya tidak sia-sia. Twins terbangun. Dipeluknya Ines dan merengek ingin digendong ke kamar mandi. " Berat nak, perut Mama masih bekas operasi keluarin ade-k
" Dengar, kau masuk kamar, besok aku pulang kerumah Neli. Buat apa disini, tapi kau tak hargai Mamak , " ancamnya. " Pulanglah Mak, pusing aku Mamak disini. " " Apaaa... " kecewa hati Mamak mendengar perkataan Adi. Tak disangka anak yang paling disayang, mengusirnya seperti itu. Ines yang sedari tadi terbangun, mendengarkan pembicaraan ibu dan anak tsb. Ingin membuka pintu tapi teringat larangan Mamak tadi sore. - Flashback ON - " Badanmu sudah sehat kah ? " tanya Mamak
lama Mamak menunggu balasan pesannya, sampai handphonenya berbunyi tanda pesan masuk .. [ Oh buat Ines dan Twins., mana no rekeningnya mak ? Sudah tidak usah Mamak ganti. Cuma lain kali biar Adi sendiri yang usaha Mak, jangan Mamak yang cari sana sini, biar belajar tanggung jawab dia. ] [ Iyoo, makasih nak. Ini no rekeningnya langsung transfer saja ke Ines. ] [ Sudah ya Mak, ini buktinya.. Mamak sehat sehat tho ? ] [ Mamak Sehat, makasih nak. Ko juga jaga kesehatan . Salam sama cucu dan mantu Mamak. ] Mamak tersenyum senang. Dia berhasil menyelamatkan muka Adi, tanpa Mamak sadari bahwa dibela terus seperti itu tidak membuat Adi belajar.
" Tapi pak ---, " " Saya bersyukur banget Mba, Mak.. Kali ini biaya lahiran sudah siap, Adi juga mulai berbisnis. Kasihan soalnya Ines, mungkin dia hamil ada-ada saja karena stress mikir nanti biaya lahiran gimana, biaya buat anak-anak, soalnya sekarang anak tiga kan. " ucap Bapak memotong ucapan Neli. Neli menatap Adi tajam dan terlihat menahan marah tapi tidak bisa berkata apa-apa karena ada Bapak. Adi yang ditatap Neli hanya bisa tertunduk. " Alhmdulilah ya nak Adi, punya kakak seperti mba Neli ini. Sudah cantik, baik, perduli dengan adiknya. Oh ya, jadi kapan Adi mau berangkat ke Sulawesi ? " Bapak menatap kearah Neli dan Mamak. Ditatap seperti itu Mamak tidak enak hati. " Maunya sesegera mungkin tapi mungkin Adi khawatir Ines. " ujar Mamak lalu mencolek Adi.
" Jangan buang waktumu, untuk orang yang tidak mempunyai waktu untukmu. Temukan orang yang berfikir WAKTUnya akan terbuang bila tidak bersamamu. " - Motivasi Hidup - ******* [ Apa sih Yank....... hahaha .... ] terdengar panggilan mesra dan riang menyambut. Adi yang sedang asyik bertelephone tidak sadar akan kedatangan Ines dan Bapak. Adi yang saat ini berbaring di sofa panjang diruang tamu, asyik dengan rokok dan handphonenya. Posisi kepala Adi membelakangi pintu masuk. Bapak yang mengandeng Ines geram mendengar Adi berbicara mesra di telepon, walaupun percakapan tidak terlalu jelas dari depan pintu gerbang, tapi sesekali terdengar ka
" Terserah de, mbaa udah ngga kuat .. " " Loh Mba, mbaa.---,.." teriak Lily panik sambil men-dial lagi nomor Bapak. " Aduh, Bapak ngga diangkat lagi .. " geramnya. " Sust, suster tolong lihatin mbaa saya kenapa ini ? " Suster Emy yang sedang menemani Twins main dikamar sebelah langsung bergegas kekamar Ines.. " Kenapa mba ? " ucap suster Emy melihat Lily panik sedang mengoncangkan badan Ines. " Ngga tau Sust, kayanya mba Ines pingsan. Beneran pingsan kan ini sust bukan gimana-gimana? " bingung Lily mulai berurai air mata. " Mbaaa, bangun mbaa --, mbaa kenapa-- " Pecah tangis Lily. Suster Emy megang sisi leher Ines dengan ujung jarinya, kemudian menempelkan
" Memang mikirin apa sih Nes ? " tanya Pak Fuji sesaat istrinya keluar ruangan. " Target penjualan, atau suamimu lagi ? " " Feeling saya sih kayanya masalah suami mu ini. Kalau soal penjualan mestinya kamu aman-aman saja. " tanyanya lagi melihat Ines hanya diam. Ines yang ditanya seperti itu tak kuasa menahan sesak didadanya. " Ines capek pak, lelah rumah tangga seperti ini. Rasanya Ines mau pindah saja, bawa anak-anak keluar kota. Hidup baru disana. " sahut Ines akhirnya. " Kalau Ines pindah ke Kendari gim
Ines deg-degan saat menaiki lift, apapun yang terjadi nanti Ines hanya bisa pasrah. - Tok tok tok - Ines yang tidak ingin Adi tahu siapa yang mengetuk pintu menutup door viewer dengan tangannya. - Tok tok tok - Ines mengetuk lagi kali ini lebih kuat. Tapi pintu tidak juga dibuka. Mungkin Adi parno takut buka pintu. Merasa lelah mengetuk akhirnya Ines menelepon Adi. Bunyi suara telpon terdengar sampai luar kamar. [ Iyaa Ma, kenapa sih telpon trus. Papa lagi tidur ini. ] bohong Adi.