" Terserah de, mbaa udah ngga kuat .. "
" Loh Mba, mbaa.---,.." teriak Lily panik sambil men-dial lagi nomor Bapak. " Aduh, Bapak ngga diangkat lagi .. " geramnya. " Sust, suster tolong lihatin mbaa saya kenapa ini ? " Suster Emy yang sedang menemani Twins main dikamar sebelah langsung bergegas kekamar Ines.. " Kenapa mba ? " ucap suster Emy melihat Lily panik sedang mengoncangkan badan Ines. " Ngga tau Sust, kayanya mba Ines pingsan. Beneran pingsan kan ini sust bukan gimana-gimana? " bingung Lily mulai berurai air mata. " Mbaaa, bangun mbaa --, mbaa kenapa-- " Pecah tangis Lily. Suster Emy megang sisi leher Ines dengan ujung jarinya, kemudian menempelkan" Jangan buang waktumu, untuk orang yang tidak mempunyai waktu untukmu. Temukan orang yang berfikir WAKTUnya akan terbuang bila tidak bersamamu. " - Motivasi Hidup - ******* [ Apa sih Yank....... hahaha .... ] terdengar panggilan mesra dan riang menyambut. Adi yang sedang asyik bertelephone tidak sadar akan kedatangan Ines dan Bapak. Adi yang saat ini berbaring di sofa panjang diruang tamu, asyik dengan rokok dan handphonenya. Posisi kepala Adi membelakangi pintu masuk. Bapak yang mengandeng Ines geram mendengar Adi berbicara mesra di telepon, walaupun percakapan tidak terlalu jelas dari depan pintu gerbang, tapi sesekali terdengar ka
" Tapi pak ---, " " Saya bersyukur banget Mba, Mak.. Kali ini biaya lahiran sudah siap, Adi juga mulai berbisnis. Kasihan soalnya Ines, mungkin dia hamil ada-ada saja karena stress mikir nanti biaya lahiran gimana, biaya buat anak-anak, soalnya sekarang anak tiga kan. " ucap Bapak memotong ucapan Neli. Neli menatap Adi tajam dan terlihat menahan marah tapi tidak bisa berkata apa-apa karena ada Bapak. Adi yang ditatap Neli hanya bisa tertunduk. " Alhmdulilah ya nak Adi, punya kakak seperti mba Neli ini. Sudah cantik, baik, perduli dengan adiknya. Oh ya, jadi kapan Adi mau berangkat ke Sulawesi ? " Bapak menatap kearah Neli dan Mamak. Ditatap seperti itu Mamak tidak enak hati. " Maunya sesegera mungkin tapi mungkin Adi khawatir Ines. " ujar Mamak lalu mencolek Adi.
lama Mamak menunggu balasan pesannya, sampai handphonenya berbunyi tanda pesan masuk .. [ Oh buat Ines dan Twins., mana no rekeningnya mak ? Sudah tidak usah Mamak ganti. Cuma lain kali biar Adi sendiri yang usaha Mak, jangan Mamak yang cari sana sini, biar belajar tanggung jawab dia. ] [ Iyoo, makasih nak. Ini no rekeningnya langsung transfer saja ke Ines. ] [ Sudah ya Mak, ini buktinya.. Mamak sehat sehat tho ? ] [ Mamak Sehat, makasih nak. Ko juga jaga kesehatan . Salam sama cucu dan mantu Mamak. ] Mamak tersenyum senang. Dia berhasil menyelamatkan muka Adi, tanpa Mamak sadari bahwa dibela terus seperti itu tidak membuat Adi belajar.
" Dengar, kau masuk kamar, besok aku pulang kerumah Neli. Buat apa disini, tapi kau tak hargai Mamak , " ancamnya. " Pulanglah Mak, pusing aku Mamak disini. " " Apaaa... " kecewa hati Mamak mendengar perkataan Adi. Tak disangka anak yang paling disayang, mengusirnya seperti itu. Ines yang sedari tadi terbangun, mendengarkan pembicaraan ibu dan anak tsb. Ingin membuka pintu tapi teringat larangan Mamak tadi sore. - Flashback ON - " Badanmu sudah sehat kah ? " tanya Mamak
Tapi diluar dugaan, Mamak mendelikkan matanya tanda tak suka lalu melepas pegangan tangannya.. " Ah, sembarang sekali ko. Kalau mau pisah ya pisah saja, tak usah kau fitnah Adi seperti itu. " bentak Mamak. Hmm, Mamak yang tidak suka anaknya dipojokan kembali ke mode on membela membabi buta. Ines hanya tersenyum kecut, dipikirnya bisa bertukar pikiran dengan Mamak, tapi ternyata zonk. Tak ingin memperpanjang, Ines berdiri lalu mulai membangunkan Twins lagi. Kali ini usahanya tidak sia-sia. Twins terbangun. Dipeluknya Ines dan merengek ingin digendong ke kamar mandi. " Berat nak, perut Mama masih bekas operasi keluarin ade-k
[ Ya kamu cepet pulang , ngga enak dunk masa tamu ditinggal. Lagipula aku-nya ngga enak lah ada laki-laki dirumah, ngga ada kamu.. ] [ Halah gaya kali, berkaca ko.. ] sindir Adi. [ Maksudnya ? ] [ Gaya kali, ko pikir bidadari kah ? Selera kak Oskar itu tinggi bukan modelan seperti ko.. ] [ Astagfirullah, cukup kau hina saya terus. Kalau memang saya ini serendah itu, kenapa kamu ngga mau talak saya. Kamu pikir saya mau punya suami model kamu. ] [ Cukimai ko. Jangan GR, saya pilih kamu karena saya pikir ko perempuan baik-baik nyatanya
" Gilaa kamu, stoppp, jangan kasar kenapa sih, Aaahhh.. " badan Ines ditahan, ditariknya celana dalam Ines tapi kemudian Adi berhenti setelah melihat celana dalam Ines yang berpembalut merah karena darah. " Ah,sial .. " maki Adi lalu bangun dari tempat tidur dengan emosi. Ines merapat ketembok takut kena tangan Adi. Tapi kemudian.. Tok Tok Tok .. " Diii, jadi jalan kah ? " suara Oskar sambil terus mengetuk pintu. Adi membuka pintu dan menutupnya kembali. Selepas Adi pergi Ines turun dari tempat tidur, buru-buru mengganti bajunya. Dasternya yang tadi, banyak hilang kancingnya akibat ditarik paksa Adi. " Aku, mandi dulu kak "
Ines berbalik ingin menghampiri Bapak, tapi ternyata Bapak dan Oskar sudah ada tak jauh dibelakangnya. Mereka bertiga berpandang-pandangan. " Ini kamar-kamar gitu kak ? " lirih Ines, dijawab anggukan oleh Oskar. " Kita grebek aja mba, biar Bapak yang video-in. Kalau Adi tidak mau talak kamu juga, kita laporin kepolisian. " " Karena Istri bisa melaporkan suami yang berselingkuh ke polisi, terutama jika perselingkuhan tersebut telah mengarah pada perbuatan zina. Perzinaan adalah perbuatan seksual dengan orang yang bukan pasangannya yang sah. Tidak hanya Adi, tapi selingkuhannya juga bisa kita laporkan mba. " jelas Bapak panjang. " Kak, kakak saja yang ketuk pintunya. Kalau nanti sudah dibuka biar kita terobos masuk. Nanti kalau Adi protes dianggap kakak yang lapor bil
Sudah hampir satu minggu ini Hadi tidak bisa menghubungi Ines. Ditelpon kerumah ataupun kekantor jawabnya selalu sama tidak ada. Handphone Ines sendiri juga tidak aktif. Ingin mendatangi Ines tapi pekerjaan dikantor tidak ada habisnya dan tidak hanya itu Hadi juga merasa badannya kurang sehat. Tak putus asa, kali ini dikirimkan pesan ke Ines. [ Mba, aku sakit. Temenin aku ke dokter mau ? ] send. [ Kamu sakit apa mas ? Mau ke dokter mana ? ] Trunk Trunk .. bunyi pesan berbunyi. Hadi yang tadinya sudah tidak semangat, tersenyum lebar membaca pesan dari Ines. Ditelponnya pujaan hatinya itu.
" Iih-- " ucapnya sambil mencubit pinggangku. Aku tertawa lepas, belagak kesakitan. Mba Genduk-ku , mau berapapun anak aku terima, selama itu darimu monologku dalam hati. " Mba, ini kamu pegang ya ... " ucapku lalu menyerahkan kartu ATM kepadanya. " Isinya belum banyak, baru mau 50 juta, tapi insha Allah nanti tiap bulan aku tambah. Nanti kita cari rumah sama-sama. " " Loh, kok kasih aku mas. Nanti kalau aku pakai gimana ? atau aku bawa kabur hehe " candanya. " Ya bawa kaburnya sekalian yang punya tho. " sambil ku kedipkan mata. " Iih, dasar. Tapi serius mas, jangan deh. Uang itu sensitif, udah kamu pegang saja. " tolak Ines lagi. Ah, Ines kalau kemarin aku dengarkan kata orang dan tak berani mendekati mu, aku ngga akan tahu kalau kamu jauh dari kata matre dan berat di ongkos.
Ines Dewita, nama yang tidak pernah hilang dalam hati dan pikiranku. Sosoknya yang cantik, periang dan juga pintar melekat erat tak bisa pergi. Kedekatan kami yang awalnya hanya dianggap teman olehnya berubah saat ibunya meninggal. Aku yang apa adanya akhirnya berhasil menarik perhatian Ines. Hal ini terjadi setelah aku membelikan adiknya yang bernama Cici boneka Teletubbies Lala. Saat aku menyerahkan boneka itu, Ines menatapku lekat dan haru. " Makasih ya Mas. Aku belum sempat belinya. Eh kamu udah beliin. " senang sepertinya Ines, padahal aku pernah memberinya tas yang tidak akan diterimanya kalau tidak ku paksa. " Sama-sama mba. Kemarin aku pas lewat, lihat boneka ini, eh inget Cici kan dari kemarin aku denger dia merengek terus. " Jujur aku kasihan dengan Cici, anak itu masih berumur tiga tahun saa
Tapi semenjak kedekatannya yang mulai intens dengan Hadi, apalagi sudah mencari rumah bersama. Ines menjaga jarak dengan semua pengagumnya. Walau Hadi tidak pernah menyatakan cinta, tapi perhatian dan pembicaraan mereka sudah serius. Selain mencari rumah bersama, Hadi juga menitipkan atm tabungannya ke Ines. " Aku juga lagi deket sama perempuan lain .. " ucap Hadi. Ines yang kaget mengurai pelukan mereka lalu menatap tajam Hadi. " Maksudnya mas ? " Sesak rasanya hati Ines. Ines tidak habis pikir dengan kata-kata Hadi barusan. Jadi dianggap apa hubungan mereka selama ini batin Ines sedih. " Ya, aku juga lagi deket sama temen kantor. " Hadi menegaskan. Kepala Ines mulai terasa pusing, dadanya sesak. Ines teringat pembicaraan dengan tante Telly, saat dia menanyakan kedekatannya dengan Hadi. " Kalau or
Duduk disitu, saling berhadapan Hadi dan salah satu pria masa lalu Ines. " Maaf, sudah lama nunggunya mas ? " ucap Ines saat tiba di ruang depan. " Belum kok de .. " " Belum mba Genduk .. " jawab ke dua pria itu bersamaan lalu saling menatap. " Mas Tri, apa kabar ? " tanya Ines menyapa laki-laki masa lalunya. Tri yang ditanya Ines tersenyum lebar, gembira rasa hatinya melihat Ines lebih memilih menyapanya dibanding laki-laki dihadapannya. " Baik Nes, kita pulang bareng yuk. Ada yang mau aku obrolin. " " Maaf Mas, tapi aku ada acara. Mas Hadi, sini kenalin ini temenku. " ucap Ines memandang Hadi. Pria itu bangun lalu mengulurkan tangannya
" SNR selamat siang, bisa dibantu ? .. " " Siang, bisa saya bicara dengan ibu Ines ? .. " " Iyaa, saya sendiri, ini siapa ya ? " " Loh, kok cantik-cantik jadi operator tho. Katanya sekretaris.. " " Hallo, ini siapa sih ? Resek banget. " Ines dengan intonasi kesal bertanya kepada si penelepon misterius. " Hehe ojo nesu-nesu ( marah-marah ) tho mba, nanti cantiknya hilang , ini aku Hadi mba Ines. " ucap lawan bicara Ines. " Hmm, ngga jelas deh. Ada apa mas, telepon kok ngenyek ( menghina ) doank. " sahut Ines masih emosi. Jujur baru kali ini Ines diperlakukan seperti itu oleh laki-laki. Apalagi Ines tahu kalau
" Saya Adi Nugroho menceraikan Ines Dewita dengan talak satu. " Lega hati Ines mendengar ikrar talak yang diucapkan Adi. Tidak lupa Bapak memvideokan hal ini. Tak sia-sia usaha Ines dan Bapak. Pagi ini Ines dan Bapak langsung menuju kediaman Neli. Walau kaget karena datang pagi-pagi buta, Mamak menyambut Bapak dengan ramah. Tak ingin berbasa-basi diceritakan semua kejadian yang baru saja terjadi. Mamak terlihat syok, Neli tak berkata apa-apa hanya masuk kekamarnya seperti orang yang tidak ingin ikut campur. Bapak mendesak untuk ada penyelesaian hari itu juga. Neli yang diperintahkan Mamak mau tidak mau keluar dari kamar, kemudian menghubungi Adi. Menunggu Adi datang, Bapak sudah me
Ines berbalik ingin menghampiri Bapak, tapi ternyata Bapak dan Oskar sudah ada tak jauh dibelakangnya. Mereka bertiga berpandang-pandangan. " Ini kamar-kamar gitu kak ? " lirih Ines, dijawab anggukan oleh Oskar. " Kita grebek aja mba, biar Bapak yang video-in. Kalau Adi tidak mau talak kamu juga, kita laporin kepolisian. " " Karena Istri bisa melaporkan suami yang berselingkuh ke polisi, terutama jika perselingkuhan tersebut telah mengarah pada perbuatan zina. Perzinaan adalah perbuatan seksual dengan orang yang bukan pasangannya yang sah. Tidak hanya Adi, tapi selingkuhannya juga bisa kita laporkan mba. " jelas Bapak panjang. " Kak, kakak saja yang ketuk pintunya. Kalau nanti sudah dibuka biar kita terobos masuk. Nanti kalau Adi protes dianggap kakak yang lapor bil
" Gilaa kamu, stoppp, jangan kasar kenapa sih, Aaahhh.. " badan Ines ditahan, ditariknya celana dalam Ines tapi kemudian Adi berhenti setelah melihat celana dalam Ines yang berpembalut merah karena darah. " Ah,sial .. " maki Adi lalu bangun dari tempat tidur dengan emosi. Ines merapat ketembok takut kena tangan Adi. Tapi kemudian.. Tok Tok Tok .. " Diii, jadi jalan kah ? " suara Oskar sambil terus mengetuk pintu. Adi membuka pintu dan menutupnya kembali. Selepas Adi pergi Ines turun dari tempat tidur, buru-buru mengganti bajunya. Dasternya yang tadi, banyak hilang kancingnya akibat ditarik paksa Adi. " Aku, mandi dulu kak "