KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGI
Part 5
Aku nggak suka sikap mu terhadap Jena, El," tegur Mas Angga saat aku tengah bersiap untuk berangkat kerja.
"Sikap yang mana ya, Mas?"
Aku tahu, pasti perempuan itu sudah mengadu pada Mas Angga.
"Sikap kamu waktu di dapur tadi. Jangan bandingkan orang tua mu dengan orang tua Jena, mereka orang berbeda,"
"Mereka memang orang berbeda, Mas! Level mereka juga berbeda, pangkat, bahkan derajat mereka dihadapan manusia juga berbeda. Mungkn Bapak ibuku tak sekaya orang tua Jena, tetapi..Ah kamu pasti tau sendiri, perbedaan yang mencolok antar orang tua ku dengan orang tua Jena," jawabku.
"Kamu sadar juga perbedaan yang sangat terlihat dari mereka. Sangat jelas kalau orang tua Jena orang yang berpendidikan, or..."
"Berpendidikan tetapi tak mempunyai perasaan. Tak mempunyai adab, akhlak. Sudah lah, Mas! Bagiku, orang tua ku yang terbaik. Buktinya, selama kita menikah Bapak Ibuku tak pernah ikut campur dalam rumah tangga kita."
Ku langkahkan kaki menuju keluar. Pagi-pagi jangan sampai moodku rusak cuma gara-gara ini.
Sepertinya aku harus mengerjai perempuan itu sepulang kerja.
"Wuih, pagi-pagi sudah mau berangkat kerja, kasihan sekali nggak dapat nafkah dari suami. Eh, masih bisa dibilang punya suami ya? Kan nggak ada nafkah," ledek perempuan itu.
Mama mertua hanya tersenyum ikut mengejek.
"Lebih kasihan lagi, sudah pernah dikawinin, tapi belum juga dinikahi! Hayo, lebih memalukan siapa?"
"Sebentar lagi, aku pasti akan dinikahi Angga dan setelah itu, kamu aku pastikan akan terusir dari rumah ini," perempuan itu mulai terpancing emosi.
"Kapan coba? Kamu sudah beberapa hari tinggal disini, tetapi ijab Kabul saja belum terlaksana. Dasar murahan!"
"Apa! Kamu bilang apa?"
Dia mulai mendekat, dan hendak mendorongku.
"Dorong saja, di depan lagi banyak orang, mereka pasti akan melihat dan bisa menjadi saksi atas kekerasanmu terhadapku. Kamu tahu? Disini orangnya keras, kalau mereka tahu kamu adalah pelakor, sudah pasti orang tuamu hanya bisa mengenang nama mu, tanpa bisa melihat mukamu yang seperti dandang gosong!" Aku tertawa jahat.
"Hati-hati kalau bicara Ella," ucap Mama mertua.
"Mama mau mendekam dipenjara, atas kasusu percobaan pembunuhan. Selain masuk sel, Mama juga akan mendapatkan sangsi sosial dari warga sini,"
Mama terlihat gelagapan. Aku tak peduli. Sudah siang, aku harus secepatnya sampai di kantor.
"Permisi ibu-ibu," sapa ku saat melewati kerumunan ibu-ibu yang hendak belanja sayur.
"Iya, Mbak Ella. Mbak mau kerja?" Tanya salah satu dari ibu-ibu tersebut.
"Iya, bosen di rumah terus, Bu," aku beralasan, tak mungkin juga mengatakan yang sesungguhnya.
"Ya sudah, hati-hati ya."
Aku mengangguk seraya tersenyum.
Rumah penjual sayur terletak persis disamping rumah suamiku.
Adapun gosip tentang pernikahan Mas Angga, sudah tersebar, tetapi mereka belum tahu siapa perempuan yang merusak rumah tanggaku itu.
Selama Jena tinggal disini, Mama memperkenalkan pada warga kalau Jena adalah sepupunya dari Malang.
๐บ๐บ๐บ
"Ibu bagaimana, Nad?" Tanyaku saat setelah sampai di Kantor.
Ibu mu sehat, cuma kepikiran kamu terus, takut terjadi apa-apa sama kamu,"
"Tenang saja, bilangin sama Ibu, aku baik-baik saja. Kapan-kapan aku pasti nengokin, tapi nggak sekarang, takut ketahuan Mas Angga dan keluarganya.
"Kamu hati-hati disana. Kamu belum sepenuhnya mengenal siapa calon lawan mu itu, sebisa mungkin aku akan mengorek info tentang keluarga mereka."
๐บ๐บ๐บ๐บ
"Ini, sapu lantai. Katanya kamu nyonya di rumah ini, seharusnya yang mengerjakan pekerjaan rumah adalah kamu, bukan aku," kata perempuan itu saat aku sudah sampai dari kantor.
"Justru karena aku adalah nyonya di rumah ini, aku berhak menyuruhmu mengerjakannya. Kamu itu numpang! Harusnya sadar diri dong!" Ku lempar sapu yang tadi sudah di lemparkannya kehadapanku.
"Aku itu tidak biasa mengerjakan pekerjaan seperti ini, harusnya kamu, wanita kampung!" Ujarnya.
"Waw, kalau aku wanita kampung, lalu sebutan bagi perebut laki orang itu apa?"
"Aku tidak merebut, tapi Mas Angga saja yang masih mencintaiku," ujarnya.
"Masih mencintai, tetapi sudah dihamili sebelum dihalalin. Wah, hebat ya?"
"Eh, tutup mulut mu ya? Aku gagal nikah juga karena kamu, coba saja waktu itu kamu tidak datang, sudah pasti sekarang akulah nyonya di rumah ini!" Sungut perempuan itu.
"Kok aku? Katanya walaupun tanpa seizin ku kalian akan tetap melangsungkan pernikahan! Eh, lupa aku. Wanita hamil nggak boleh diijabkan ya?" Aku tertawa kecil.
"Kamu wanita murahan, sudah tak dianggap istri tetap saja nggak mau pergi!"
Aku menoleh, mendekatinya, ku tepuk pipinya pelan, ku pegang dahinya. Dia bergidik ngeri.
"Pantas saja ngelantur. Penyakit gilanya kumat, belum minum obat? Apa perlu ku bawa ke rumah sakit jiwa, biar tidak salah ucap,"
"Kamu itu yang gila, bukan aku!" Bentaknya.
"Ya jelas kamu yang gila, kamu yang wanita murahan kok teriak ke orang sebagai wanita murahan. Ngaca dulu, apa di kamar mu nggak ada kaca? Katanya kaya, tapi kaca saja tidak punya, haha." Ku tinggalkan dia begitu saja.
Aku tahu, dia sangat marah. Biarkan saja, toh dia sendiri yang memulai.
๐บ๐บ๐บ๐บ
"Dandan kaya gitu mau kemana El?" Tanya Mas Angga.
"Keluar," jawabku asal.
"Iya tahu, tapi kok dandan kaya gitu?"
"Kenapa? Ada masalah? Aku mau bertemu dengan teman, lama juga nggak ketemu,"
"Cewek apa cowok?" Tanyanya.
"Kepo!"
"Aku ikut, takut kamu kecantol!" Jawabnya.
Aku berfikir keras, kalau ikut, bisa ketahuan kalau selama ini aku tidak bekerja pada orang lain. Aku mau ketemu dengan salah satu orang yang akan bekerjasama dengan perusahaan ku. Nadin juga ikut, tapi... Ah, biar perempuan itu tambah kebakaran, aku iya in saja. Kita memang janjiannya malam, orang itu baru nyampai sore tadi, maklum, habis dari luar kota.
"Baik! Kamu siap-siap. Dandan yang tampan, jangan sampai malu-maluin aku," jawabku.
๐บ๐บ๐บ
"Mau kemana ngga?" Tanya Mama mertua yang tengah menonton TV. Ku lirik disampingnya ada perempuan itu.
"Mau dinner, ya kan, Mas?" Aku bergelayut manja dilengan suamiku.
Nampak mata dua perempuan dihadapanku ini membulat sempurna.
"Nggak salah dengar?" Tanya Mama.
"Kalau Mama salah dengar, perlu ke Dokter, periksa itu telinga, mungkin saja banyak kotorannya," ucapku.
"Eh, mulut dijaga ya! Sama orang tua nggak ada sopan-sopannya,"
"Mulut-mulut siapa?" Tanya ku.
"Ya mulut mu lah!"
"Itu Mama sudah tahu. Tak perlu dikasih tau, aku akan menjaga ini mulut ku dengan baik. Nggak seperti itu," sengaja nggak ku sebut namanya, dan juga tidak ku tunjuk orangnya.
"Kamu nyindir aku?" Tanya perempuan itu.
"GR. Gendeng ora rumongso," aku tertawa jahat.
"Ayok, Mas, sudah malam ini." Kataku sambil ku ajak Mas Angga melangkah pergi.
Satu kosong, batinku tertawa.
"Kamu seharusnya tidak bersikap seperti itu kepada Mamaku," ucap Mas Angga saat kita sudah diluar dan bersiap masuk mobil."Kamu tidak suka dengan sikapku tadi?" Aku malah balik bertanya padanya, karena memang aku merasa tidak berbuat kesalahan."Kamu bersikap tidak sopan tadi, seharusnya tidak seperti itu menjawab pertanyaan Mama," tukasnya."Mas, Mama mu yang salah kok malah aku yang ditegur?""Kamu juga salah, tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu terhadap Mama dan Jena,""Mending kamu balik ke dalam deh, Mas! Malas aku sama kamu, mereka yang salah tapi negurnya ke aku. Coba sekali saja kamu negur mereka,""Bukan begitu maksudku...""Aku keluar sendiri saja, nggak perlu kamu ikut. Capek aku kalau disalahain terus," ku langkahkan kaki menjauh dari mobil Mas Angga."El, aku antar, kamu nggak boleh keluar sendiri," katanya sambil meraih satu tanganku.Ku hempaskan tangan itu, rasanya tida
"Mas, kamu apa-apain sih? Kenapa foto seperti itu kamu jadikan story?" cecar Jena saat aku bersama Mas Angga telah sampai di rumah.Aku yang tak mau mendengar celotehannya memilih langsung masuk ke kamar dan bersiap untuk berangkat kerja. Untung tadi sudah sarapan sebelum kami berangkat pulang, jadi aku tak perlu berlama-lama berada di rumah ini."Story apa? Aku merasa nggak pernah buat story?" sempat ku dengar Mas Angga berkata seperti itu."Lihat saja di handphone mu, pakai pura-pura tidak tahu," jawab Jena.Tak ku dengar lagi suara mereka, karena pintu kamar aku tutup rapat."Hallo, Nad?" ku angkat telepon Nadin."Oh, iya, secepatnya aku kesana," ku matikan telepon. Ibu sakit, aku harus cepat kesana."Ini apa?" tanya Mas Angga mengagetkanku. Sejak kapan dia masuknya aku pun tak tahu."Apa?" ku pura-pura tak tahu."Ini pasti ulah kamu," ucapnya lagi sambil menunjukan story wa nya."
DERT...DERT... Sebuah panggilan di handphone Mas Angga memaksaku harus beranjak dari posisi ternyaman ku. Pundak ku terasa lelah karena beban kepala Mas Angga. "Hallo.." tak ada nama tertera di handphone tersebut."Ngga..Cepat keluar!"Ku alihkan panggilan suara itu menjadi video call, karena itu suara Mama mertua, sudah pasti dia tengah bersama wanita itu."Mas Angga lagi tidur ini," ucapku sambil memperlihatkan Mas Angga yang tertidur di pangkuanku, tadi sempat tertidur di pundak, tapi karena aku merasa capek akhirnya ku pindah kepalanya di atas bantal. Berhubung Mama mertua menelfon, ku pindah lagi ke pangkuanku."Heh, perempuan sial, kamu apakan Angga sampai dia tertidur di pangkuan mu?" Bentak Mama mertua."Nggak aku kasih apa-apa, Mas Angga nya sudah jatuh cinta sama aku kali. Posisi ini saja dia yang minta,""Ini pasti kamu pakai pelet,""Kalau aku pakai pelet, Mama pasti pakai susuk, iya kan?"
"Tunggu..!!"Aku menoleh saat mendengar seseorang berteriak. Ku lihat Dirga datang menghampiri."Ella, kamu ditunggu Nadin disana!" Ucap Dirga sambil menunjuk tempat. Dia tengah memberi kode pada Bayu, dengan cepat kilat Bayu meninggalkan tempat itu."Ayo," Dirga menuntunku pergi.Aku bak orang bodoh, tak tahu apa-apa. Tapi aku sempat melihat seseorang yang tak asing. Benar saja, itu Jena bersama orang tua nya lebih tepatnya bersama ibunya.Belum sempat kaki ini melangkah jauh, Jena datang menghampiri."Belum resmi bercerai saja kamu sudah berani jalan sama pria lain. Dasar murahan!" Ucapannya yang begitu lantang sontak membuat orang yang berada disekitaran resto itu menatapku dan juga Dirga."Eh pelakor! Aku berpisah sama suamiku juga karena kamu. Coba saja kamu tidak jadi setan penggoda, sudah pasti aku masih bersama suamiku saat ini!" Ucapku tak kalah keras. Santai saja, menghadapi makhluk sejenis grandong ini harus memakai kepala dingin. Selow men!"Heh, aku bukan pelakor ya! Mana
KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGIBab 16. Tragedi pernikahan๐๐๐๐Di kediaman orang tua Jena.... Karena mereka mau melangsungkan akad nikah, maka Jena pulang dulu ke rumah orang tuanya."Memang sialan tu si Ella. Gara-gara dia aku sampai nggak punya muka di depan teman-temanku!" Ada kilat kemarahan terpancar dari wajah Jena."Dia siapa?" Tanya Papa Jena yang bernama Pak Harmoko."Ella, mantan istrinya Angga," jawab Jena."Memang dia ngapain kamu?""Dia mempermalukan aku, Pa!" Lalu Jena pun menceritakan kejadian semalam, Papanya yang mendengar menjadi geram."Dasar wanita sialan. Belum tahu dia sekarang berurusan dengan siapa!""Papa kasih pelajaran pada itu anak ya! Jena nggak mau si Ella hidupnya tenang," dengan berapi-api Jena mengatakan seperti itu."Tenang saja, biar Papa yang urus itu anak. Sekarang kamu harus bersiap, sebentar lagi akad nikah akan dilangsungkan." ucap papanya.๐บ๐บ๐บ๐บSekarang pakai Pov aku ya readers."Aku apa?" Aku semakin tak mengerti dengan Dirga."Aku lapar,
"Karena kamu wanita baik,El. Kamu tak seharusnya dapat perlakuan jelek dari keluarga mantan suami mu," jawab Dirga.๐บ๐บ๐บ๐บDi tempat lain......"Ya Alloh, Bu, ternyata anaknya pelakor ya? Nggak ngira aku," ucap salah satu tamu yang masih ada disekitaran situ."Selain pelakor, dia juga wanita murahan!" Timpal yang lain."Saya batalkan proyek kita! Saya tak sudi berhubungan dengan keluarga kalian," ucap seorang pria terhadap ibunya Jena."Pak, tidak bisa begitu dong! Kita sudah sepakat lo,""Perusahaan ku akan hancur kalau masih terus bekerja sama dengan perusahaan kalian!""Jangan sangkut pautkan masalah pribadi dengan urusan bisnis. Itu namanya..." Belum sempat ibunya Jena meneruskan ucapannya keburu dipotong oleh pria itu."Terserah, kerjasama saya putuskan. Permisi,", ucap pria itu lalu melangkah pergi."Huu... Pelakor. Memang ya! Barang bekas dapatnya juga barang bekas. Orang baik pasti ditemukan dengan orang baik juga. Kalau ini sih sudah klop! Meninggalkan istrinya yang cantik
Pov Author.Mengisahkan tentang masa lalu Jena."Jangan, Mas! Kalau aku hamil bagaimana?" Tanya Jena pada Bayu."Kan pakai pengaman, sayang,""Tapi aku takut," ucap Jena."Sebentar lagi kita akan menikah, sayang, jangan takut," ucap Bayu sambil terus mencumbuinya."Mas,""Udah, nurut saja," ucap Bayu.Tangen agresif Bayu secepat kilat berhasil melepaskan kain yang melekat dalam tubuh Jena.Nafasnya memburu tatkala dia melihat tubuh indah wanita dihadapannya."Mas..." Jena memberontak tetapi dengan cepat Bayu bisa mengunci tubuh Jena.Hari itu hari dimana Jena melepas keperawanannya pada Bayu. Tak ada yang mengetahui akan hal itu, kecuali dirinya dan juga Bayu.Bukan Jena namanya kalau pertama memberontak tapi setelah merasakan dia ketagihan. Hubungan badan di luar nikah sering dia lakukan. Tak ingat dosa atau apapun. Terkadang Jena sendiri yang meminta pada Bayu.Sebenarnya rencana pernikahan sudah di depan mata, tetapi Jena masih belum mau melepas masa lajangnya, dia ingin menikmati
Pov author."Mama menyesal mendapatkan menantu seperti Jena. Tahu gitu Mama dulu melarangmu berhubungan dengan wanita itu," ucap Mama Angga."Sudah terlanjur, Ma. Angga sudah sah menjadi suaminya Jena,""Tapi bagaimana dengan perusahaan kita? Selama ini yang membantu perusahaan mu adalah papanya Jena. Kalau sampai mereka tidak bisa membayar hutangnya terus bagaimana?""Tenang, Ma! Angga sekarang sudah bekerjasama dengan perusahaan lain. Ya walaupun belum begitu besar, tapi omset yang mereka dapatkan jauh lebih besar dari perusahaan papanya Jena," jawab Angga."Benar itu? Kok kamu nggak pernah cerita?" Tanya Mama Angga."Karena waktu itu aku terlalu pusing mikirin mama yang selalu menyudutkan Ella,""Tidak usah sebut wanita itu lagi,""Ella masih istri aku lo, Ma! Kita belum bercerai," jawab Angga."Tetapi wanita itu tidak sepadan dengan kita. Dia wanita miskin,""Tapi dia lebih baik daripada Jena,""Terserah! Bagi mama, mereka berdua tidak ada baik-baiknya."Angga diam saja, percuma d
[Hari ini sidang pertama perceraianmu. Agar sidang cepat selesai, kamu harus datang]Sebuah pesan singkat dari Dirga.[Apa Mas Angga juga datang?][Sepertinya iya, kamu harus siap-siap. Siapa tahu nanti dia malah mengulur waktu. Kamu punya buktinya kan?][Punya]Untung saja vidio waktu lalu belum ku hapus.[Nanti kamu bawa][Ok][Aku jemput][Sama siapa?][Sendiri][Baik, nanti aku sama Nadin nebeng di mobil kamu]Tak ada balasan. Mungkin dia tengah kobersiap.๐บ๐บ๐บ๐บSelama sidang digelar, Mas Angga terlihat membantah dan mengulur-ulur waktu.Sepertinya dia memang tak mau melepaskan ku begitu saja, terbukti dia menyangkal semua tuduhan yang dilontarkan kepadanya.Beruntung aku membawa semua bukti perselingkuhan mereka jadi dengan mudah pengadilan mengabulkan permohonan ceraiku."Akhirnya kamu sudah resmi menjadi mantan," ucap Jena menghampiriku."Mantan terindah tentunya," jawabku sambil tersenyum."El," Mas Angga mencoba meraih tanganku tapi dengan cepat ku tepis tangan itu."Maaf,
Pov author."Mama menyesal mendapatkan menantu seperti Jena. Tahu gitu Mama dulu melarangmu berhubungan dengan wanita itu," ucap Mama Angga."Sudah terlanjur, Ma. Angga sudah sah menjadi suaminya Jena,""Tapi bagaimana dengan perusahaan kita? Selama ini yang membantu perusahaan mu adalah papanya Jena. Kalau sampai mereka tidak bisa membayar hutangnya terus bagaimana?""Tenang, Ma! Angga sekarang sudah bekerjasama dengan perusahaan lain. Ya walaupun belum begitu besar, tapi omset yang mereka dapatkan jauh lebih besar dari perusahaan papanya Jena," jawab Angga."Benar itu? Kok kamu nggak pernah cerita?" Tanya Mama Angga."Karena waktu itu aku terlalu pusing mikirin mama yang selalu menyudutkan Ella,""Tidak usah sebut wanita itu lagi,""Ella masih istri aku lo, Ma! Kita belum bercerai," jawab Angga."Tetapi wanita itu tidak sepadan dengan kita. Dia wanita miskin,""Tapi dia lebih baik daripada Jena,""Terserah! Bagi mama, mereka berdua tidak ada baik-baiknya."Angga diam saja, percuma d
Pov Author.Mengisahkan tentang masa lalu Jena."Jangan, Mas! Kalau aku hamil bagaimana?" Tanya Jena pada Bayu."Kan pakai pengaman, sayang,""Tapi aku takut," ucap Jena."Sebentar lagi kita akan menikah, sayang, jangan takut," ucap Bayu sambil terus mencumbuinya."Mas,""Udah, nurut saja," ucap Bayu.Tangen agresif Bayu secepat kilat berhasil melepaskan kain yang melekat dalam tubuh Jena.Nafasnya memburu tatkala dia melihat tubuh indah wanita dihadapannya."Mas..." Jena memberontak tetapi dengan cepat Bayu bisa mengunci tubuh Jena.Hari itu hari dimana Jena melepas keperawanannya pada Bayu. Tak ada yang mengetahui akan hal itu, kecuali dirinya dan juga Bayu.Bukan Jena namanya kalau pertama memberontak tapi setelah merasakan dia ketagihan. Hubungan badan di luar nikah sering dia lakukan. Tak ingat dosa atau apapun. Terkadang Jena sendiri yang meminta pada Bayu.Sebenarnya rencana pernikahan sudah di depan mata, tetapi Jena masih belum mau melepas masa lajangnya, dia ingin menikmati
"Karena kamu wanita baik,El. Kamu tak seharusnya dapat perlakuan jelek dari keluarga mantan suami mu," jawab Dirga.๐บ๐บ๐บ๐บDi tempat lain......"Ya Alloh, Bu, ternyata anaknya pelakor ya? Nggak ngira aku," ucap salah satu tamu yang masih ada disekitaran situ."Selain pelakor, dia juga wanita murahan!" Timpal yang lain."Saya batalkan proyek kita! Saya tak sudi berhubungan dengan keluarga kalian," ucap seorang pria terhadap ibunya Jena."Pak, tidak bisa begitu dong! Kita sudah sepakat lo,""Perusahaan ku akan hancur kalau masih terus bekerja sama dengan perusahaan kalian!""Jangan sangkut pautkan masalah pribadi dengan urusan bisnis. Itu namanya..." Belum sempat ibunya Jena meneruskan ucapannya keburu dipotong oleh pria itu."Terserah, kerjasama saya putuskan. Permisi,", ucap pria itu lalu melangkah pergi."Huu... Pelakor. Memang ya! Barang bekas dapatnya juga barang bekas. Orang baik pasti ditemukan dengan orang baik juga. Kalau ini sih sudah klop! Meninggalkan istrinya yang cantik
KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGIBab 16. Tragedi pernikahan๐๐๐๐Di kediaman orang tua Jena.... Karena mereka mau melangsungkan akad nikah, maka Jena pulang dulu ke rumah orang tuanya."Memang sialan tu si Ella. Gara-gara dia aku sampai nggak punya muka di depan teman-temanku!" Ada kilat kemarahan terpancar dari wajah Jena."Dia siapa?" Tanya Papa Jena yang bernama Pak Harmoko."Ella, mantan istrinya Angga," jawab Jena."Memang dia ngapain kamu?""Dia mempermalukan aku, Pa!" Lalu Jena pun menceritakan kejadian semalam, Papanya yang mendengar menjadi geram."Dasar wanita sialan. Belum tahu dia sekarang berurusan dengan siapa!""Papa kasih pelajaran pada itu anak ya! Jena nggak mau si Ella hidupnya tenang," dengan berapi-api Jena mengatakan seperti itu."Tenang saja, biar Papa yang urus itu anak. Sekarang kamu harus bersiap, sebentar lagi akad nikah akan dilangsungkan." ucap papanya.๐บ๐บ๐บ๐บSekarang pakai Pov aku ya readers."Aku apa?" Aku semakin tak mengerti dengan Dirga."Aku lapar,
"Tunggu..!!"Aku menoleh saat mendengar seseorang berteriak. Ku lihat Dirga datang menghampiri."Ella, kamu ditunggu Nadin disana!" Ucap Dirga sambil menunjuk tempat. Dia tengah memberi kode pada Bayu, dengan cepat kilat Bayu meninggalkan tempat itu."Ayo," Dirga menuntunku pergi.Aku bak orang bodoh, tak tahu apa-apa. Tapi aku sempat melihat seseorang yang tak asing. Benar saja, itu Jena bersama orang tua nya lebih tepatnya bersama ibunya.Belum sempat kaki ini melangkah jauh, Jena datang menghampiri."Belum resmi bercerai saja kamu sudah berani jalan sama pria lain. Dasar murahan!" Ucapannya yang begitu lantang sontak membuat orang yang berada disekitaran resto itu menatapku dan juga Dirga."Eh pelakor! Aku berpisah sama suamiku juga karena kamu. Coba saja kamu tidak jadi setan penggoda, sudah pasti aku masih bersama suamiku saat ini!" Ucapku tak kalah keras. Santai saja, menghadapi makhluk sejenis grandong ini harus memakai kepala dingin. Selow men!"Heh, aku bukan pelakor ya! Mana
DERT...DERT... Sebuah panggilan di handphone Mas Angga memaksaku harus beranjak dari posisi ternyaman ku. Pundak ku terasa lelah karena beban kepala Mas Angga. "Hallo.." tak ada nama tertera di handphone tersebut."Ngga..Cepat keluar!"Ku alihkan panggilan suara itu menjadi video call, karena itu suara Mama mertua, sudah pasti dia tengah bersama wanita itu."Mas Angga lagi tidur ini," ucapku sambil memperlihatkan Mas Angga yang tertidur di pangkuanku, tadi sempat tertidur di pundak, tapi karena aku merasa capek akhirnya ku pindah kepalanya di atas bantal. Berhubung Mama mertua menelfon, ku pindah lagi ke pangkuanku."Heh, perempuan sial, kamu apakan Angga sampai dia tertidur di pangkuan mu?" Bentak Mama mertua."Nggak aku kasih apa-apa, Mas Angga nya sudah jatuh cinta sama aku kali. Posisi ini saja dia yang minta,""Ini pasti kamu pakai pelet,""Kalau aku pakai pelet, Mama pasti pakai susuk, iya kan?"
"Mas, kamu apa-apain sih? Kenapa foto seperti itu kamu jadikan story?" cecar Jena saat aku bersama Mas Angga telah sampai di rumah.Aku yang tak mau mendengar celotehannya memilih langsung masuk ke kamar dan bersiap untuk berangkat kerja. Untung tadi sudah sarapan sebelum kami berangkat pulang, jadi aku tak perlu berlama-lama berada di rumah ini."Story apa? Aku merasa nggak pernah buat story?" sempat ku dengar Mas Angga berkata seperti itu."Lihat saja di handphone mu, pakai pura-pura tidak tahu," jawab Jena.Tak ku dengar lagi suara mereka, karena pintu kamar aku tutup rapat."Hallo, Nad?" ku angkat telepon Nadin."Oh, iya, secepatnya aku kesana," ku matikan telepon. Ibu sakit, aku harus cepat kesana."Ini apa?" tanya Mas Angga mengagetkanku. Sejak kapan dia masuknya aku pun tak tahu."Apa?" ku pura-pura tak tahu."Ini pasti ulah kamu," ucapnya lagi sambil menunjukan story wa nya."
"Kamu seharusnya tidak bersikap seperti itu kepada Mamaku," ucap Mas Angga saat kita sudah diluar dan bersiap masuk mobil."Kamu tidak suka dengan sikapku tadi?" Aku malah balik bertanya padanya, karena memang aku merasa tidak berbuat kesalahan."Kamu bersikap tidak sopan tadi, seharusnya tidak seperti itu menjawab pertanyaan Mama," tukasnya."Mas, Mama mu yang salah kok malah aku yang ditegur?""Kamu juga salah, tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu terhadap Mama dan Jena,""Mending kamu balik ke dalam deh, Mas! Malas aku sama kamu, mereka yang salah tapi negurnya ke aku. Coba sekali saja kamu negur mereka,""Bukan begitu maksudku...""Aku keluar sendiri saja, nggak perlu kamu ikut. Capek aku kalau disalahain terus," ku langkahkan kaki menjauh dari mobil Mas Angga."El, aku antar, kamu nggak boleh keluar sendiri," katanya sambil meraih satu tanganku.Ku hempaskan tangan itu, rasanya tida