KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGI
Part 4
"Angga, istrimu itu sudah sangat keterlaluan. Kamu harus secepatnya menceraikan dia," ucap Mama mertua sesaat setelah Mas Angga datang.
Karena suaranya yang keras, membuatku bisa mendengar ucapannya. Mungkin memang disengaja, agar aku bisa mendengarnya.
"Memang si Ella buat ulah apa sih, Ma?"
"Dia sudah membakar semua baju Jena, tanyakan sendiri kalau tidak percaya," jawab Mama mertua.
"Iya, Mas. Bahkan dia tadi sudah berani menamparku," ucap Jena.
"Masa si Ella berani berbuat seperti itu?"
"Kamu ini dibilangin malah nggak percaya! Apa Mama kelihatan berbohong?"
Aku mengintip dari kamar, melihat dan mendengar pengaduan mereka pada Mas Angga. Lucu sekali melihat raut muka Mama mertua, dia terlihat sangat kesal dengan respon Mas Angga.
"Ya sudah, biar nanti Ella menjadi urusan Angga. Mama nggak perlu marah-marah begitu,"
"Pokoknya kamu harus menceraikannya, apalagi sebentar lagi kamu sama Jena akan melangsungkan pernikahan. Mama nggak mau ada benalu di rumah ini,"
Mas Angga tak menjawab, tapi dengan anggukan kepalanya, itu menandakan dia menyetujui permintaan Mama nya.
"Mas, nanti malam kita dinner yuk!" ucap perempuan itu sambil bergelayut manja di lengan Mas Angga. Belum jadi istrinya saja sudah kaya gitu. Aku saja sampai muak melihatnya. Ku putuskan untuk kembali ke tempat tidur, lebih enak rebahan sambil bermain handphone.
๐บ๐บ๐บ
Saat Mas Angga membuka pintu kamar, dia terlihat kaget dengan kehadiranku.
"Aku masih berstatus istrimu, jadi aku lebih berhak atas kamar ini dari pada perempuan itu!" sebelum dia berucap, lebih baik ku dahului saja.
"Tapi ini rumah ku, aku yang berhak menentukan siapa saja yang boleh tinggal disini," ucapnya.
"Iya, kamu memang pemilik rumah ini, dan kamu juga yang berhak menentukannya, tapi kamu harus ingat, Mas! Boleh tinggal disini, tetapi tidak di kamar orang yang sudah beristri!" tegas ku.
"Bukan urusanmu. Semua atas izin dariku,"
"Memang, semuanya harus seizin mu. Tapi apa kamu mau, kalau sampai orang lain tahu, kamu bisa dipidanakan dengan kasus perzinaan,"
"Kamu mengancam ku?" tanyanya.
"Aku bukan mengancam mu, Mas! Kamu tahu sendiri warga disini, gosip sekecil apapun, itu akan cepat menyebar, walaupun itu sumbernya bukan dari aku, tetapi dari Mama mu sendiri!" jawabku.
"Kamu jangan fitnah Mama ku, kamu saja perempuan yang nggak beres!"
"Kalau aku perempuan yang nggak beres, kenapa dulu kamu menikahi ku? Kenapa kamu juga mau menyentuh ku?"
"Kamu!" dia mengepalkan kedua tangannya.
"Mau mukul? silahkan, aku nggak takut, Mas! Sakit atas pukulan mu, rasanya tidak sesakit saat kehilangan anakku,"
"Anak kita sudah tiada?" tanyanya.
"Bukan anak kita, tetapi anakku. Sejak kapan kamu mengakui kalau itu anakmu? Bahkan aku dirawat beberapa hari saja kamu tak menengoknya. Aku melihat manusia paling keji di dunia ini cuma kamu, Mas!"
"Bagus kalau begitu, dengan mudah aku akan menceraikan mu," ucapnya dengan tersenyum.
Sakit saat melihat dia merasa senang kalau anaknya telah tiada.
"Kalau berani, ceraikan saja, sekarang juga nggak apa-apa," ku mainkan jemariku. Aku tahu apa yang harus ku perbuat saat ini.
"Baik lah kalau itu mau mu. Ella....."
"Kalau kamu sampai berani menceraikan ku, aku pastikan, Mama mu akan mendekam di penjara, dengan tuduhan percobaan pembunuhan," ucapku memotong ucapannya.
"Apa!" dia nampak kaget.
"Aku kehilangan anak ku karena Mama mu, Mas! Dan disaat yang sama, kamu melihat ku berlumuran darah dan kamu hanya diam. Dimana hati mu saat itu? Kalau kamu memang membenciku, tak apa, karena cinta memang tak bisa dipaksakan. Tapi di dalam sini, itu ada anak mu,darah daging mu sendiri," ucapku sembari menunjuk perutku.
"Apa kamu punya bukti?"
"Jangankan bukti, saksi pun aku bisa mendatangkan," ucapku sambil menyunggingkan senyum tipis.
Mas Angga tak bisa berkata-kata lagi.
๐บ๐บ๐บ
"Mau kemana, Mas?" Tanyaku saat dia tengah bersiap. Aku pura-pura tidak tahu kalau malam ini dia akan dinner dengan perempuan itu.
"Mau keluar, dan itu bukan urusanmu,"
"Aku ikut! Aku istrimu," jawabku.
"Jangan! Kamu nggak boleh ikut,"
"Kenapa nggak boleh?"
"Ya nggak boleh saja. Karena ini penting," jawabnya.
"Kalau begitu, kamu nggak usah keluar, aku tahu kamu mau jalan bareng sama perempuan murahan itu,"
"Jangan mengatakan yang tidak-tidak tentang Jena, kalau sampai itu terjadi.."
"Mau apa? Menceraikan ku? Aku nggak takut. Silahkan, sekarang juga aku akan menerima talak darimu,"
"Ah sudahlah, kalau begitu nggak usah keluar saja," katanya sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Bagus, akhirnya kamu tidak jadi keluar dengan perempuan itu, Mas! Batinku.
Saat Mas Angga sudah tertidur, pintu kamar diketok dengan keras, aku sengaja tak membukanya. Aku tahu, pasti perempuan itu. Dia mungkin kesal dengan pembatalan dari Mas Angga.
Ku ambil handset, mendengarkan musik mungkin lebih menyenangkan dari pada harus mendengar suara berisik di luar.
๐บ๐บ๐บ
"Kamu sengaja kan, mempengaruhi Mas Angga agar tidak jadi pergi denganku?" Ucap nya pagi itu saat aku melangkah ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi ku.
Tak ku jawab pertanyaan perempuan itu, aku tetap asyik dengan aktivitas ku.
"Jawab, apa memang kamu bisu? Apa kamu tuli?"
Aku tetap, tak menjawab pertanyaannya.
"Ini ya, ajaran orang tuamu di kampung? Dididik menjadi orang tak beretika?"
PLAK!! aku menampar pipinya dengan keras.
"Ibu ku bukan ibumu, bapak ku juga bukan bapakmu. Orang tua ku lebih terhormat dari pada kedua orang tuamu, yang membiarkan anaknya merusak rumah tangga orang lain. Membiarkan anaknya hidup satu atap dengan suami orang dan belum menyandang status apa-apa," ucapku.
"Kamu menamparku?"
"Tidak hanya menampar, aku tidak akan segan-segan membunuh orang yang telah menyangkut pautkan orang tuaku. Kamu mau, jadi korban pertamaku?"
Perempuan itu terlihat ketakutan, lalu melangkah pergi.
Mau ngadu sama Mama? Silahkan, Mas Angga? Juga silahkan. Aku tidak pernah takut, apalagi gentar menghadapi kalian.
Selagi aku masih kuat berdiri, maka siapa saja yang mencoba menyakitiku apalagi sampai menghina ibu bapakku, maka aku tidak akan tinggal diam. Mereka orang baik, tidak sepantasnya mereka mendapat hinaan dari manusia sampah macam mereka. Sudah cukup penderitaan mereka selama ini. Aku tidak mau almarhum Bapak menjadi sedih saat anaknya diperlakukan seperti ini. Mulai saat ini, siapa saja yang mencoba menyakitiku, maka dia akan dapat balasan dariku. Hari itu juga.
Aku bisa melakukan apapun yang ku mau kalau sampai harga diri dari keluargaku dihina. Aku tidak terima kalau mereka mempertanyakan didikan dari orang tuaku. Karena selama ini orang tuaku sudah mendidik ku dengan sangat baik sampai aku dititik ini.
KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGIPart 5Aku nggak suka sikap mu terhadap Jena, El," tegur Mas Angga saat aku tengah bersiap untuk berangkat kerja."Sikap yang mana ya, Mas?"Aku tahu, pasti perempuan itu sudah mengadu pada Mas Angga."Sikap kamu waktu di dapur tadi. Jangan bandingkan orang tua mu dengan orang tua Jena, mereka orang berbeda,""Mereka memang orang berbeda, Mas! Level mereka juga berbeda, pangkat, bahkan derajat mereka dihadapan manusia juga berbeda. Mungkn Bapak ibuku tak sekaya orang tua Jena, tetapi..Ah kamu pasti tau sendiri, perbedaan yang mencolok antar orang tua ku dengan orang tua Jena," jawabku."Kamu sadar juga perbedaan yang sangat terlihat dari mereka. Sangat jelas kalau orang tua Jena orang yang berpendidikan, or...""Berpendidikan tetapi tak mempunyai perasaan. Tak mempunyai adab, akhlak. Sudah
"Kamu seharusnya tidak bersikap seperti itu kepada Mamaku," ucap Mas Angga saat kita sudah diluar dan bersiap masuk mobil."Kamu tidak suka dengan sikapku tadi?" Aku malah balik bertanya padanya, karena memang aku merasa tidak berbuat kesalahan."Kamu bersikap tidak sopan tadi, seharusnya tidak seperti itu menjawab pertanyaan Mama," tukasnya."Mas, Mama mu yang salah kok malah aku yang ditegur?""Kamu juga salah, tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu terhadap Mama dan Jena,""Mending kamu balik ke dalam deh, Mas! Malas aku sama kamu, mereka yang salah tapi negurnya ke aku. Coba sekali saja kamu negur mereka,""Bukan begitu maksudku...""Aku keluar sendiri saja, nggak perlu kamu ikut. Capek aku kalau disalahain terus," ku langkahkan kaki menjauh dari mobil Mas Angga."El, aku antar, kamu nggak boleh keluar sendiri," katanya sambil meraih satu tanganku.Ku hempaskan tangan itu, rasanya tida
"Mas, kamu apa-apain sih? Kenapa foto seperti itu kamu jadikan story?" cecar Jena saat aku bersama Mas Angga telah sampai di rumah.Aku yang tak mau mendengar celotehannya memilih langsung masuk ke kamar dan bersiap untuk berangkat kerja. Untung tadi sudah sarapan sebelum kami berangkat pulang, jadi aku tak perlu berlama-lama berada di rumah ini."Story apa? Aku merasa nggak pernah buat story?" sempat ku dengar Mas Angga berkata seperti itu."Lihat saja di handphone mu, pakai pura-pura tidak tahu," jawab Jena.Tak ku dengar lagi suara mereka, karena pintu kamar aku tutup rapat."Hallo, Nad?" ku angkat telepon Nadin."Oh, iya, secepatnya aku kesana," ku matikan telepon. Ibu sakit, aku harus cepat kesana."Ini apa?" tanya Mas Angga mengagetkanku. Sejak kapan dia masuknya aku pun tak tahu."Apa?" ku pura-pura tak tahu."Ini pasti ulah kamu," ucapnya lagi sambil menunjukan story wa nya."
DERT...DERT... Sebuah panggilan di handphone Mas Angga memaksaku harus beranjak dari posisi ternyaman ku. Pundak ku terasa lelah karena beban kepala Mas Angga. "Hallo.." tak ada nama tertera di handphone tersebut."Ngga..Cepat keluar!"Ku alihkan panggilan suara itu menjadi video call, karena itu suara Mama mertua, sudah pasti dia tengah bersama wanita itu."Mas Angga lagi tidur ini," ucapku sambil memperlihatkan Mas Angga yang tertidur di pangkuanku, tadi sempat tertidur di pundak, tapi karena aku merasa capek akhirnya ku pindah kepalanya di atas bantal. Berhubung Mama mertua menelfon, ku pindah lagi ke pangkuanku."Heh, perempuan sial, kamu apakan Angga sampai dia tertidur di pangkuan mu?" Bentak Mama mertua."Nggak aku kasih apa-apa, Mas Angga nya sudah jatuh cinta sama aku kali. Posisi ini saja dia yang minta,""Ini pasti kamu pakai pelet,""Kalau aku pakai pelet, Mama pasti pakai susuk, iya kan?"
"Tunggu..!!"Aku menoleh saat mendengar seseorang berteriak. Ku lihat Dirga datang menghampiri."Ella, kamu ditunggu Nadin disana!" Ucap Dirga sambil menunjuk tempat. Dia tengah memberi kode pada Bayu, dengan cepat kilat Bayu meninggalkan tempat itu."Ayo," Dirga menuntunku pergi.Aku bak orang bodoh, tak tahu apa-apa. Tapi aku sempat melihat seseorang yang tak asing. Benar saja, itu Jena bersama orang tua nya lebih tepatnya bersama ibunya.Belum sempat kaki ini melangkah jauh, Jena datang menghampiri."Belum resmi bercerai saja kamu sudah berani jalan sama pria lain. Dasar murahan!" Ucapannya yang begitu lantang sontak membuat orang yang berada disekitaran resto itu menatapku dan juga Dirga."Eh pelakor! Aku berpisah sama suamiku juga karena kamu. Coba saja kamu tidak jadi setan penggoda, sudah pasti aku masih bersama suamiku saat ini!" Ucapku tak kalah keras. Santai saja, menghadapi makhluk sejenis grandong ini harus memakai kepala dingin. Selow men!"Heh, aku bukan pelakor ya! Mana
KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGIBab 16. Tragedi pernikahan๐๐๐๐Di kediaman orang tua Jena.... Karena mereka mau melangsungkan akad nikah, maka Jena pulang dulu ke rumah orang tuanya."Memang sialan tu si Ella. Gara-gara dia aku sampai nggak punya muka di depan teman-temanku!" Ada kilat kemarahan terpancar dari wajah Jena."Dia siapa?" Tanya Papa Jena yang bernama Pak Harmoko."Ella, mantan istrinya Angga," jawab Jena."Memang dia ngapain kamu?""Dia mempermalukan aku, Pa!" Lalu Jena pun menceritakan kejadian semalam, Papanya yang mendengar menjadi geram."Dasar wanita sialan. Belum tahu dia sekarang berurusan dengan siapa!""Papa kasih pelajaran pada itu anak ya! Jena nggak mau si Ella hidupnya tenang," dengan berapi-api Jena mengatakan seperti itu."Tenang saja, biar Papa yang urus itu anak. Sekarang kamu harus bersiap, sebentar lagi akad nikah akan dilangsungkan." ucap papanya.๐บ๐บ๐บ๐บSekarang pakai Pov aku ya readers."Aku apa?" Aku semakin tak mengerti dengan Dirga."Aku lapar,
"Karena kamu wanita baik,El. Kamu tak seharusnya dapat perlakuan jelek dari keluarga mantan suami mu," jawab Dirga.๐บ๐บ๐บ๐บDi tempat lain......"Ya Alloh, Bu, ternyata anaknya pelakor ya? Nggak ngira aku," ucap salah satu tamu yang masih ada disekitaran situ."Selain pelakor, dia juga wanita murahan!" Timpal yang lain."Saya batalkan proyek kita! Saya tak sudi berhubungan dengan keluarga kalian," ucap seorang pria terhadap ibunya Jena."Pak, tidak bisa begitu dong! Kita sudah sepakat lo,""Perusahaan ku akan hancur kalau masih terus bekerja sama dengan perusahaan kalian!""Jangan sangkut pautkan masalah pribadi dengan urusan bisnis. Itu namanya..." Belum sempat ibunya Jena meneruskan ucapannya keburu dipotong oleh pria itu."Terserah, kerjasama saya putuskan. Permisi,", ucap pria itu lalu melangkah pergi."Huu... Pelakor. Memang ya! Barang bekas dapatnya juga barang bekas. Orang baik pasti ditemukan dengan orang baik juga. Kalau ini sih sudah klop! Meninggalkan istrinya yang cantik
Pov Author.Mengisahkan tentang masa lalu Jena."Jangan, Mas! Kalau aku hamil bagaimana?" Tanya Jena pada Bayu."Kan pakai pengaman, sayang,""Tapi aku takut," ucap Jena."Sebentar lagi kita akan menikah, sayang, jangan takut," ucap Bayu sambil terus mencumbuinya."Mas,""Udah, nurut saja," ucap Bayu.Tangen agresif Bayu secepat kilat berhasil melepaskan kain yang melekat dalam tubuh Jena.Nafasnya memburu tatkala dia melihat tubuh indah wanita dihadapannya."Mas..." Jena memberontak tetapi dengan cepat Bayu bisa mengunci tubuh Jena.Hari itu hari dimana Jena melepas keperawanannya pada Bayu. Tak ada yang mengetahui akan hal itu, kecuali dirinya dan juga Bayu.Bukan Jena namanya kalau pertama memberontak tapi setelah merasakan dia ketagihan. Hubungan badan di luar nikah sering dia lakukan. Tak ingat dosa atau apapun. Terkadang Jena sendiri yang meminta pada Bayu.Sebenarnya rencana pernikahan sudah di depan mata, tetapi Jena masih belum mau melepas masa lajangnya, dia ingin menikmati
[Hari ini sidang pertama perceraianmu. Agar sidang cepat selesai, kamu harus datang]Sebuah pesan singkat dari Dirga.[Apa Mas Angga juga datang?][Sepertinya iya, kamu harus siap-siap. Siapa tahu nanti dia malah mengulur waktu. Kamu punya buktinya kan?][Punya]Untung saja vidio waktu lalu belum ku hapus.[Nanti kamu bawa][Ok][Aku jemput][Sama siapa?][Sendiri][Baik, nanti aku sama Nadin nebeng di mobil kamu]Tak ada balasan. Mungkin dia tengah kobersiap.๐บ๐บ๐บ๐บSelama sidang digelar, Mas Angga terlihat membantah dan mengulur-ulur waktu.Sepertinya dia memang tak mau melepaskan ku begitu saja, terbukti dia menyangkal semua tuduhan yang dilontarkan kepadanya.Beruntung aku membawa semua bukti perselingkuhan mereka jadi dengan mudah pengadilan mengabulkan permohonan ceraiku."Akhirnya kamu sudah resmi menjadi mantan," ucap Jena menghampiriku."Mantan terindah tentunya," jawabku sambil tersenyum."El," Mas Angga mencoba meraih tanganku tapi dengan cepat ku tepis tangan itu."Maaf,
Pov author."Mama menyesal mendapatkan menantu seperti Jena. Tahu gitu Mama dulu melarangmu berhubungan dengan wanita itu," ucap Mama Angga."Sudah terlanjur, Ma. Angga sudah sah menjadi suaminya Jena,""Tapi bagaimana dengan perusahaan kita? Selama ini yang membantu perusahaan mu adalah papanya Jena. Kalau sampai mereka tidak bisa membayar hutangnya terus bagaimana?""Tenang, Ma! Angga sekarang sudah bekerjasama dengan perusahaan lain. Ya walaupun belum begitu besar, tapi omset yang mereka dapatkan jauh lebih besar dari perusahaan papanya Jena," jawab Angga."Benar itu? Kok kamu nggak pernah cerita?" Tanya Mama Angga."Karena waktu itu aku terlalu pusing mikirin mama yang selalu menyudutkan Ella,""Tidak usah sebut wanita itu lagi,""Ella masih istri aku lo, Ma! Kita belum bercerai," jawab Angga."Tetapi wanita itu tidak sepadan dengan kita. Dia wanita miskin,""Tapi dia lebih baik daripada Jena,""Terserah! Bagi mama, mereka berdua tidak ada baik-baiknya."Angga diam saja, percuma d
Pov Author.Mengisahkan tentang masa lalu Jena."Jangan, Mas! Kalau aku hamil bagaimana?" Tanya Jena pada Bayu."Kan pakai pengaman, sayang,""Tapi aku takut," ucap Jena."Sebentar lagi kita akan menikah, sayang, jangan takut," ucap Bayu sambil terus mencumbuinya."Mas,""Udah, nurut saja," ucap Bayu.Tangen agresif Bayu secepat kilat berhasil melepaskan kain yang melekat dalam tubuh Jena.Nafasnya memburu tatkala dia melihat tubuh indah wanita dihadapannya."Mas..." Jena memberontak tetapi dengan cepat Bayu bisa mengunci tubuh Jena.Hari itu hari dimana Jena melepas keperawanannya pada Bayu. Tak ada yang mengetahui akan hal itu, kecuali dirinya dan juga Bayu.Bukan Jena namanya kalau pertama memberontak tapi setelah merasakan dia ketagihan. Hubungan badan di luar nikah sering dia lakukan. Tak ingat dosa atau apapun. Terkadang Jena sendiri yang meminta pada Bayu.Sebenarnya rencana pernikahan sudah di depan mata, tetapi Jena masih belum mau melepas masa lajangnya, dia ingin menikmati
"Karena kamu wanita baik,El. Kamu tak seharusnya dapat perlakuan jelek dari keluarga mantan suami mu," jawab Dirga.๐บ๐บ๐บ๐บDi tempat lain......"Ya Alloh, Bu, ternyata anaknya pelakor ya? Nggak ngira aku," ucap salah satu tamu yang masih ada disekitaran situ."Selain pelakor, dia juga wanita murahan!" Timpal yang lain."Saya batalkan proyek kita! Saya tak sudi berhubungan dengan keluarga kalian," ucap seorang pria terhadap ibunya Jena."Pak, tidak bisa begitu dong! Kita sudah sepakat lo,""Perusahaan ku akan hancur kalau masih terus bekerja sama dengan perusahaan kalian!""Jangan sangkut pautkan masalah pribadi dengan urusan bisnis. Itu namanya..." Belum sempat ibunya Jena meneruskan ucapannya keburu dipotong oleh pria itu."Terserah, kerjasama saya putuskan. Permisi,", ucap pria itu lalu melangkah pergi."Huu... Pelakor. Memang ya! Barang bekas dapatnya juga barang bekas. Orang baik pasti ditemukan dengan orang baik juga. Kalau ini sih sudah klop! Meninggalkan istrinya yang cantik
KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGIBab 16. Tragedi pernikahan๐๐๐๐Di kediaman orang tua Jena.... Karena mereka mau melangsungkan akad nikah, maka Jena pulang dulu ke rumah orang tuanya."Memang sialan tu si Ella. Gara-gara dia aku sampai nggak punya muka di depan teman-temanku!" Ada kilat kemarahan terpancar dari wajah Jena."Dia siapa?" Tanya Papa Jena yang bernama Pak Harmoko."Ella, mantan istrinya Angga," jawab Jena."Memang dia ngapain kamu?""Dia mempermalukan aku, Pa!" Lalu Jena pun menceritakan kejadian semalam, Papanya yang mendengar menjadi geram."Dasar wanita sialan. Belum tahu dia sekarang berurusan dengan siapa!""Papa kasih pelajaran pada itu anak ya! Jena nggak mau si Ella hidupnya tenang," dengan berapi-api Jena mengatakan seperti itu."Tenang saja, biar Papa yang urus itu anak. Sekarang kamu harus bersiap, sebentar lagi akad nikah akan dilangsungkan." ucap papanya.๐บ๐บ๐บ๐บSekarang pakai Pov aku ya readers."Aku apa?" Aku semakin tak mengerti dengan Dirga."Aku lapar,
"Tunggu..!!"Aku menoleh saat mendengar seseorang berteriak. Ku lihat Dirga datang menghampiri."Ella, kamu ditunggu Nadin disana!" Ucap Dirga sambil menunjuk tempat. Dia tengah memberi kode pada Bayu, dengan cepat kilat Bayu meninggalkan tempat itu."Ayo," Dirga menuntunku pergi.Aku bak orang bodoh, tak tahu apa-apa. Tapi aku sempat melihat seseorang yang tak asing. Benar saja, itu Jena bersama orang tua nya lebih tepatnya bersama ibunya.Belum sempat kaki ini melangkah jauh, Jena datang menghampiri."Belum resmi bercerai saja kamu sudah berani jalan sama pria lain. Dasar murahan!" Ucapannya yang begitu lantang sontak membuat orang yang berada disekitaran resto itu menatapku dan juga Dirga."Eh pelakor! Aku berpisah sama suamiku juga karena kamu. Coba saja kamu tidak jadi setan penggoda, sudah pasti aku masih bersama suamiku saat ini!" Ucapku tak kalah keras. Santai saja, menghadapi makhluk sejenis grandong ini harus memakai kepala dingin. Selow men!"Heh, aku bukan pelakor ya! Mana
DERT...DERT... Sebuah panggilan di handphone Mas Angga memaksaku harus beranjak dari posisi ternyaman ku. Pundak ku terasa lelah karena beban kepala Mas Angga. "Hallo.." tak ada nama tertera di handphone tersebut."Ngga..Cepat keluar!"Ku alihkan panggilan suara itu menjadi video call, karena itu suara Mama mertua, sudah pasti dia tengah bersama wanita itu."Mas Angga lagi tidur ini," ucapku sambil memperlihatkan Mas Angga yang tertidur di pangkuanku, tadi sempat tertidur di pundak, tapi karena aku merasa capek akhirnya ku pindah kepalanya di atas bantal. Berhubung Mama mertua menelfon, ku pindah lagi ke pangkuanku."Heh, perempuan sial, kamu apakan Angga sampai dia tertidur di pangkuan mu?" Bentak Mama mertua."Nggak aku kasih apa-apa, Mas Angga nya sudah jatuh cinta sama aku kali. Posisi ini saja dia yang minta,""Ini pasti kamu pakai pelet,""Kalau aku pakai pelet, Mama pasti pakai susuk, iya kan?"
"Mas, kamu apa-apain sih? Kenapa foto seperti itu kamu jadikan story?" cecar Jena saat aku bersama Mas Angga telah sampai di rumah.Aku yang tak mau mendengar celotehannya memilih langsung masuk ke kamar dan bersiap untuk berangkat kerja. Untung tadi sudah sarapan sebelum kami berangkat pulang, jadi aku tak perlu berlama-lama berada di rumah ini."Story apa? Aku merasa nggak pernah buat story?" sempat ku dengar Mas Angga berkata seperti itu."Lihat saja di handphone mu, pakai pura-pura tidak tahu," jawab Jena.Tak ku dengar lagi suara mereka, karena pintu kamar aku tutup rapat."Hallo, Nad?" ku angkat telepon Nadin."Oh, iya, secepatnya aku kesana," ku matikan telepon. Ibu sakit, aku harus cepat kesana."Ini apa?" tanya Mas Angga mengagetkanku. Sejak kapan dia masuknya aku pun tak tahu."Apa?" ku pura-pura tak tahu."Ini pasti ulah kamu," ucapnya lagi sambil menunjukan story wa nya."
"Kamu seharusnya tidak bersikap seperti itu kepada Mamaku," ucap Mas Angga saat kita sudah diluar dan bersiap masuk mobil."Kamu tidak suka dengan sikapku tadi?" Aku malah balik bertanya padanya, karena memang aku merasa tidak berbuat kesalahan."Kamu bersikap tidak sopan tadi, seharusnya tidak seperti itu menjawab pertanyaan Mama," tukasnya."Mas, Mama mu yang salah kok malah aku yang ditegur?""Kamu juga salah, tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu terhadap Mama dan Jena,""Mending kamu balik ke dalam deh, Mas! Malas aku sama kamu, mereka yang salah tapi negurnya ke aku. Coba sekali saja kamu negur mereka,""Bukan begitu maksudku...""Aku keluar sendiri saja, nggak perlu kamu ikut. Capek aku kalau disalahain terus," ku langkahkan kaki menjauh dari mobil Mas Angga."El, aku antar, kamu nggak boleh keluar sendiri," katanya sambil meraih satu tanganku.Ku hempaskan tangan itu, rasanya tida