Share

Bab 25

Penulis: Mutiara Sukma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-19 17:41:34

"Sehari tiga juta keren banget kerjaan lu pada! Gw dapetin tiga juta butuh waktu sebulan!" Umpat mereka sembari menatap dengan pandangan mengejek. Apes! Apes banget.

***

Jam sudah menunjukkan angka sebelas malam. Badan serasa diinjak warga sekampung. Rani banyak diam. Kami sudah sampai dirumah setelah kerja rodi di restoran milik Tari. Sungguh isti bej4t macam apa itu.

"Kalian dari mana? Kok baru pulang?" Tanya Mama khawatir.

Aku tak menjawab. Berjalan gontai lalu menghempaskan tubuh ke sofa. Sementara Rani berlalu masuk kamar.

"Ada apa sih, Ar? Kalian kenapa?" Mama duduk di sampingku.

Aku pun menceritakan semuanya pada Mama. "Jadi istri kamu itu telah menjual rumah dan uangnya dibelikan restoran lalu kalian di suruh sebagai pencuci piring disana?" Wajah mama memerah marah.

"Bukan sebagai pencuci piring, Ma. Karena kami ga bisa bayar makanan yang kami makan."

"Menantu kur4ng aj4r! Kita harus membuat dia menyesal!"

"Ma, Tari sepertinya mau menggugat cerai Arsen, Ma." Lirihku lemah.

"Ce
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dyah Wiryastini
Wahhh. Aresn dah ga punya urat maluu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 26

    "Ngapain kemari, Bro?" Remon menepuk pundakku sambil tertawa mengejek."Lu yang ngapain kesini?" Cetusku."Lho, gw kesini mau nganter kado buat anak lu! Ammar ulang tahun kan? Nih, gw udah siapin kado." Remo memamerkan sebuah kado besar dia pegang. Entah apa isinya yang jelas dari luar terlihat kado itu bernilai mahal. Aku syok. Sama sekali tak ingat jika hari ini hari ulang tahun anakku sendiri."Elu? Ga bawa kado?" Ejeknya. Aku bergeming.Remon lalu menyalami Ibu. Mereka tampak sangat akrab. Tak lama mobil putih milik Tari masuk ke halaman. Suara anak-anak terdengar heboh hendak turun. Benar saja Alif dan Ammar berteriak ramai, ditangannya sudah penuh kotak kotak kado. Ciloteh khas anak-anak keluar dari bibir mungilnya. Saat dekat denganku, harapan akan disapa dan dipeluk mus-nah sudah. Mereka justru sibuk membuka kado yang dibawa."Nih, tambahan dari Om." Seru Remon sambil mengacungkan kado yang dia bawa."Wah, makasih Om Emon!" Mata Ammar berbinar-binar.Dari arah mobil, Tari dat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 27

    Akhirnya, Rani pun manut. Semua barang sudah di packing. Aku sendiri mencari dana dengan menjual beberapa perabot milik Mama dan perhiasan Rani sewaktu gadis. Ua-ng lima juta ini cukup sampai aku berhasil menjalankan misi ini. Rasanya tak sulit.Hari ini Mama berangkat terlebih dahulu menaiki bus menuju kampung Mama di daerah Jawa sana. Rani akan menyusul setelah aku mendapatkan apa yang harus Rani bawa nanti."Hati-hati, Ar. Jangan gegabah. Mama harap kamu berhasil. Kita mendapatkan u-ang juga dapat meng-ikat Tari agar tidak macam macam lagi."Aku mengangguk cepat. Tari ternyata benar sudah punya sebuah restoran. Dan dia juga sukses menjadi seorang penulis berpenghasilan ratusan juta. Tak menyangka selama ini Dia menyembunyikan semuanya dariku. Dan saat aku salah melangkah, dia mengeluarkan powernya yang luar biasa. "Mas, aku takut." Lirih Rani begitu bus yang ditumpangi Mama mulai berjalan menjauh"Tenang, Dek. Kamu akan menjadi Ratu yang sesungguhnya. Aku pastikan kamu tak akan ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 28

    "Kan beli coklat." Sahutku kencang karena suaraku yang terbawa angin."Kenapa harus jauh jauh, Pa. Di Indo-maret depan aja. Bik asih sering ngajak Ammar kesana." Aku tak tau harus menjawab apa, hanya diam, tetap fokus membawa motor ke terminal dimana Rani sudah menunggu."Ammar beli coklat yang banyak dulu, ya. Nanti ikut Tante Rani ke rumah Oma," Aku sampai di sebuah minimarket tak jauh dari terminal."Ga mau, Pa. Oma kan galak. Ammar ga mau!" Suaranya mulai bergetar hendak menangis."Eh, ga jadi. Ke rumah Tante Rani aja, ya. Nanti Mama dan adik-adik dan papa akan menyusul. Oke?" Ammar menatapku. Beberapa coklat sudah ditangannya. Untung tadi Rani mau meminjamkan ua-ng padaku sebelum berangkat tadi."Pa, Ammar mau pulang aja." Rengeknya."Sabar, Sayang. Ammar mau lihat-lihat binatang kan? Nanti Tante Rani akan mengajak Ammar jalan-jalan sampai Ammar puas."Ammar diam aja. Dengan seplastik coklat dan berbagai makanan ditangannya, aku kira dia akan diam selama di bus nanti. Dari kejauh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 29

    Mau tak mau aku menjual beberapa perabotan Mama demi menyambung hidup. Bu Imah ibunya Rani mulai curiga jika kepergian Rani ke kampung Mama bukan karena mau menjual tanah milik Mama, tapi ada sesuatu."Kalau kalian orang kaya yang mau jual tanah, kenapa kamu sampai menj-ual barang-barang milik ibumu, Arsen?" Tanyanya."Buk, jual tanah ga seperti jual kacang. Butuh proses di nota-ris. Proses balik nama, banyak pokoknya." Ujarku beralasan. Walau alasan ga jelas."Halah! Buruan bilang pada Mama kamu cepat balik ke sini."Aku mengernyitkan dahi. Lah, buat apa?"Udah lama nih, ga makan makanan enak." Lanjutnya membuatku tak menyangka. Duh, mertua bener bener ga ada akhlak.Tepat seminggu, Aku mulai pusing. Rani juga sudah mengeluh terus. Karena Ammar rewel dan nangis terus. Akhirnya, nekat aku kembali ke rumah Tari. Banyak orang disana. Kesempatanku untuk cari muka."Ada apa, Bu?" Tanyaku setelah masuk ke dalam rumah dan melihat tari sedang menangis. Tubuhnya terlihat lebih kurus sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 30

    "Rusak Mas, aku belum sempat benerin."Aku kembali merangkul kepala istri tuaku itu. Tentu saja saat ini menjadi hari kemenangan bagiku. Selain memastikan apa yang aku lakukan waktu itu aman. Aku juga kembali mendapatkan perhatian dari Tari."Sabar, Dek. Kita usahakan lagi untuk mencari sampai Ammar ditemukan. Aku akan meminta bantuan teman temanku.""Halah, emang punya teman?" Ketus Mas Fatan.Aku tetap diam. Menanggapi Mas Fatan bisa bisa rencanaku gagal."Kamu sekarang tinggal dimana, Mas?" Tari mengangkat kepala menatapku."Sementara aku tinggal di rumah Mama sendiri. Aku menceraikan Rani. Aku sadar aku khilaf selama ini padamu dan anak-anak. Tak pantas aku menduakan kamu sementara kita punya anak-anak yang membutuhkan kita berdua." Tangan putih Tari kucium pelan. Brak!Pintu dibanting kasar. Serentak aku dan Tari menoleh. Ternyata dokter Zio yang pergi dengan kesal. Aku tersenyum puas meski tak kutampakin."Sabar sayang, kita hadapi kita bersama ya. Aku janji akan bertanggungjaw

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 31

    Gawat, pasti keberangkatan Rani di terminal terekam cctv. Tapi, Rani kan memakai kerudung dan masker, Ammar pun dia pakai kan hal yang sama. Kerudung kecil berwarna merah jambu yang entah dimana dia dapat. Yang pasti saat ini jantungku berdetak lebih cepat. Takut juga Tari mengenali Rani."Tapi, gambar di layar cctv itu tak begitu jelas karena perempuannya memakai kerudung. Dan anaknya juga memakai jilbab. Tapi, aku ingat betul sendal yang dia pakai, itu sendal Ammar, qMas. Aku sendiri yang membelinya, dan Ammar sangat suka." Ujar Tari, suaranya bergetar lagi. Tapi, aku merasa lega. Hanya sendal rupanya."Sayang, yang mempunyai sendal seperti itu kan ga hanya Ammar. Tapi, pasti banyak yang pakai, karena di buat di pabrik dengan modal dan bentuk yang sama." Sanggahku."Iya sih, tapi entah kenapa fellingku itu Ammar. Polisi sedang menyelidiki dua orang itu. Bantu doa ya, Mas."Aku mengangguk cepat. Dan hendak memeluk Istriku itu. Tapi, dia memberi kode agar jangan mendekat. Aku menghela

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 32

    "Penculiknya udah ketemu, Mas? tanyaku antusias. Gimana tidak? Jika benar ditemukan, aku juga akan kena akibatnya."Belum, Mas. Tapi, ada yang melihat anak mirip Ammar di Surabaya. Rencananya aku akan kesana memastikan."Degh!Gawat, persembunyian Rani diketahui."Eh, Mama kamu kan lagi di Surabaya kan, Mas?"sentak Tari."Hah, eh iya ... Iya Mama disana. Tapi, Mama ga bilang apa apa?" Sahutku sedikit gugup."Kenapa kamu pucat gitu, Ar? Seharusnya kamu senang dong anak kamu hampir ditemukan." Tanya Mas Fatan menyelidik."Anu, Mas. Saya hanya kaget bisa sejauh itu. Jarak jakarta ke Surabaya kan ga main-main, lumayan jauh." Aku beralasan."Kalau deket dekat, bukan pencu-likan namanya." Cetus Mas Fatan. "Eh iya, ya, Mas. Jadi kapan rencananya kamu berangkat, sayang. Aku boleh ikut ya?" Tari menggeleng. "Aku mau minta tolong kamu jaga anak-anak di rumah, Mas.""Tapi ..." "Aku mohon kerjasamanya. Aku ga mungkin bawa Abrar dan Alif kesana.""Abrar ditinggal? Kamu yakin?" Tanyaku dengan s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 33

    Aku menghela napas panjang. Bisa gi-la nih aku lama lama. Mau protes, tapi ga berani. Mas Fatan sudah kelewatan menjadikan aku babu dirumahku sendiri, eh maksudnya di rumah Tari. Ternyata, rumah ini sudah dialihkan ibunya untuk istriku, menang banyak jika aku bersabar sebentar. Setelah urusanku selesai, aku kan benar benar menjadi suami dan ayah yang baik untuk anak anak."Mas, Abrar sudah tidur, susunya juga sudah saya siapkan. Saya nitip ya, Mas." Ujarku bak seorang pemba-ntu yang ijin pada majikannya."Ya! Jangan lama-lama. Kalau Abrar nangis bisa repot aku nanti. Ini laporan harus segera kelar."Aku hanya mengangguk. Entah apa pekerjaannya sekarang. Tak ada keterbukaan informasi padahal aku ini masih keluarga disini, masih adik iparnya. Tapi, serasa orang lain yang sedang mengharapkan gaji."Lama banget sih, Pa! Sampai ga ada orang lagi, mana panas lagi. Mama ga pernah telat kalau jemput. Padahal dulu bawa bawa adek pake motor." Protes Alif begitu aku sampai. Sekolah sudah hampir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 65

    "Kamu ....?"Mami Karla menunjuk nunjukku dengan raut tak percaya. Tanganku terangkat begitu saja. Emosi menguasai diri. Ternyata, dia lah yang menerorku, melontarkan kata kata yang selalu merendahkan."Anda tidak punya hak untuk menghina saya. Jika anda tidak mau anak anda menikah dengan saya, tunjukkan power anda sebagai seorang ibu yang berkuasa atas anaknya. Jangan seperti anak kecil, main teror dan pakai drama murahan!"Mata mami Karla melotot lotot menahan amarah. Aku membalas tatapan itu, kemudian berlalu meninggalkan tempat yang sedari awal sudah memberikan kesan tak mengenakkan.Abrar mulai risih dalam gendongan. Aku segera memasukkan ke mobil dan menaruhnya di baby car seat. Dengan cepat aku pun pergi, melajukan mobil tanpa menengok lagi. Sudahlah, aku tak akan pernah menginjakkan kaki lagi di rumah itu. Dan tak akan tergoda bujuk rayu, iming iming pernikahan yang indah. Tak akan. Harapan itu tak akan tercipta selama orang tua dari salah satu pihak memiliki ego yang tinggi.

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 64

    "Terimakasih, Pak Nadhif. Kalau tidak ada bapak, saya tak tahu apa yang akan dia lakukan pada saya.""Bunda ..."Alir berlari dari dalam sambil menangis. "Tak apa Sayang."Aku mengusap kepala Alif yang masih terisak dalam pelukan"Tadi, Alif menelpon saya, Bu. Jadi, saya buru buru kesini.""Oh, jadi Alif juga menolong bunda?" Aku meraup wajah Alif yang masih basah karena air mata. Anak sulungku itu menganggukkan kepala."Makasih, Sayang." Berkali kali aku mencium pipi Alif. Bukannya risih, Alif malah makin mengencangkan tangis."Bunda, kalau bunda mau menikah lagi. Alif setuju, Bunda. Jangan sampai bunda disakiti papa lagi."Aku meringis. Pak Nadhif hanya tersenyum lalu menunduk.Tak lama Ibu dan Bik Inah pulang dari pasar. Pantas saja, saat Mas Arsen menyerangku, tak ada yang keluar membantu. Dan sepertinya laki-laki itu memata-matai rumahku. Sehingga tau aku hanya sama anak-anak saja dirumah. Sungguh nekat. Padahal, ada Pak Rudi di depan.***Setelah kejadian itu, aku makin khawati

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 63

    "Berantem lagi, Nduk?"Ibu yang sedang duduk di sofa menatapku yang datang dengan wajah kusut. Ibu memang tidak ikut jalan jalan. Entah kenapa. Aku menjatuhkan bobot tubuh disamping Ibu."Semakin Tari rajin istikharah, semakin sering perdebatan terjadi diantara kami.""Tidak apa, jangan berhenti. Bukan sholatnya yang membuat hubungan kalian terlihat berantakan. Tapi, memang cara Allah menunjukkan langkah mana yang akan ditempuh."Ibu meraih tanganku. "Nduk, tadi Ayahnya Wildan kesini. Dia nitip salam. Sekaligus minta maaf karena sudah ngerepotin kamu.""Duh? Iya kah Bu? Tari benar-benar tak enak, Wildan tadi tak diajak gara gara Mas Elzio ga berkenan.""Udah gapapa. Elzio mungkin ingin lebih dekat dengan kamu dan anak-anak."***"Saya mau ketemu anak anak saya! Saya papanya!"Suara ribut-ribut dari luar membuatku bergegas keluar. "Maaf, Bu. Orangnya ini ngotot minta masuk ke dalam." Pak Rudi terlihat kewalahan memegang mas Arsen yang berontak dan berteriak-teriak seperti orang ga w

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 62

    Mas Fatan ternyata juga memperhatikan tiga anak yang sedang berlarian di putihnya pantai sore ini. "Iya, Mas. Aku juga tiba-tiba sayang sama Wildan. Walau penasaran kemana ibunya. Tapi, itu tak penting kan?"Mas Fatan tertawa lebar."Kamu takut bapaknya duda, ya?"Aku menepuk lengan Mas Fatan kencang."Terus? Maksudnya?" Dia malah makin terkekeh."Tari, makan dulu, yuk. Ajak anak-anak." Mbak Rahma yang sedari tadi menyiapkan makanan bersama ibu menghampiri."Hayuk, kita makan dulu."Anak-anak berlarian begitu girang. Aku memvideokan lalu mengirimkan pada Pak Nadhif sebagai bukti bahwa anaknya bahagia jalan sama kami.[Terimakasih, Bu Tari. Sudah lama Wildan tak tertawa selepas itu.][Sama-sama, Pak.]Tak terasa malam mulai naik. Sekitar jam sebelas malam kami baru sampai dirumah."Bunda, Wildan nginap di rumah kita aja, Ya."Aku menoleh ke arah Wildan yang terlihat menunduk dalam."Bunda minta ijin ke ayahnya dulu, ya.""Horeee ... Wil, kita main lagi, yuk." Mereka serentak berteriak

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 61

    "Mami?" Mas El menatap ibunya dengan tatapan tak percaya."Kenapa? Hayuk, ajak calon istri kamu makan. Mami tadi masak ikan pindang kesukaan kamu. Biar calon istri kamu tahu gimana rasanya. Nanti tinggal mami kasih resep supaya bisa masak sendiri."Mata Mas El berbinar, nyaris berkaca-kaca. Sementara aku serasa melayang. Badan tak ada tenaga. Kenapa jadi begini? Sama sekali tak sesuai dengan ekspektasiku. Padahal, aku berharap cuma lima menit disini lalu pulang."Ayo, Ri. Kita makan." Suara Mas El bergetar. Pasti dia terharu. Beda denganku yang syok parah. "Maaf sebelumnya, Tante.""Lho, kok Tante. Panggil mami dong. Sebentar lagi kan kamu akan menjadi anak mami." Aku meringis. Apa iya kejadiannya akan seperti itu."Eh iya, Mami." Aku gugup. "Apa, Sayang? Kamu mau nanya apa, Cantik?"Mas El menatapku dengan senyuman yang tak pernah pupus dari bibirnya. Aku tertunduk. "Hmm ... Mi, maaf kalau Mami tak berkenan dengan pertanyaan Tari nanti. Hmm ... Bukankah Mami sudah punya calon unt

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 60

    "Alif, mau jalan jalan?" Alif yang termenung hanya diam saja mendengar tawaran Mas El. Seminggu ini aku meminta ijin pada pihak sekolah agar mengijinkan Alif untuk belajar di rumah saja."Ammar mau, Pa.." teriak Ammar lalu berlari ke arah Mas Elzio. Duh, kenapa Ammar bisa memanggil 'papa' gitu sih. Seharusnya anak-anak tak usah dekat dengan Mas El setelah ini. Apalagi sampai memanggilnya papa."Mas, mulai sekarang ga usah repot-repot untuk datang kesini."Wajah Mas El langsung berubah."Kenapa? Aku datang untuk Alif." "Ada baiknya kita tak lagi berhubungan, Mas. Aku tak ingin ada masalah lagi.""Masalah apa? Kamu tiba-tiba menjauh seperti ini? Salahku apa, Ri?" Matanya menatapku lekat. "Kamu baca ini, Mas." Aku menyodorkan ponselku padanya. Mas El membaca semua pesan yang dikirim orang tak dikenal itu dengan wajah serius. "Siapa yang berani mengancammu seperti ini, Ri?"Aku mengangkat bahu. Mana kutahu. Yang jelas orang itu ada sangkut pautnya dengan dokter muda itu, bukan?"Ri,

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 59

    Aku memijit kepala yang terasa berdenyut."Maafkan Alif ya, Sayang." Aku mengusap wajah Wildan lembut. Dia menatapku lalu tersenyum."Gapapa, Tante. Aku juga salah sudah membalas Alif.""Tak apa, Bu Tari. Saya mohon maaf anak saya juga telah melukai anak Ibu." Aku tersenyum tipis. Tak menyangka Alif yang terlihat baik baik saja ternyata menyimpan duka atas perpisahanku dengan Mas Arsen."Saya akan mengganti biaya pengobatan Wildan, Pak. Boleh minta nomor rekeningnya.""Oh, ga usah, Bu. Wildan ga kenapa-kenapa, kok. Cuma lebam sedikit saja. Nanti biar saya kompres dengan air es."Aku memanggil Bik Inah. Minta tolong merawat luka di wajah Wildan. Meski sedikit memaksa, karena ayahnya, Mas Nadhif tadinya tak mau merepotkan dan hendak segera pulang. Tapi, tetap sebagai rasa tanggung jawabku pada anaknya aku memohon untuk tinggal sebentar.Setelah selesai, laki-laki itu pamit. Sungguh aku tak enak hati dibuatnya. Wajah Wildan lebam lebih parah dibanding Alif."Nduk, tolong hati hati bicar

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 58

    Nasi udah menjadi bubur. Lelaki itu sama saja dengan Ayah. Pasti tak mau mendengar keluh kesah istri, hingga kabur tanpa jejak."Abrar kurang sehat. Kamu lihat sana gih. Biar Ibu sama Bik Inah yang masak. Kamu juga pasti mau menulis kan?""Heh, iya Bu. Tari pamit ke atas, ya. Ibu beneran gapapa tari tinggal?"Ibu malah terkekeh."Halah, biasanya tiap hari juga ditinggal sama kamu." Aku pun terkekeh. Memanglah sebagai seorang penulis yang punya dunianya sendiri aku lebih sering berduaan dengan komputer dan ponsel. Mau gimana lagi, dapat uangnya dari sana.***"Tak habis pikir Mas sama ibunya Elzio itu. Apa dia tidak tahu siapa kamu, Dek?" Mas Fatan yang baru datang menggerutu dengan wajah kesal. Tangan terulur memberikan kunci mobilku. "Gapapa, Mas. Aku ga butuh nama besar kok. Jadi, ga peduli orang mau kenal atau tidak. Yang penting aku bisa membesarkan anak-anak tanpa bantuan laki-laki yang selalu melihatku salah.""Iya, sih. Setidaknya kasih kesempatan untuk kamu menjelaskan siapa

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 57

    "Lho? Kenapa naik ojek, Nduk? Mobil kamu mana?" Ibu membuka pintu dengan wajah terheran-heran."Ketinggalan di toko, Bu?" Aku menyimpan tas di atas meja lalu menjatuhkan bobot tubuh di sofa. Merebahkan badan hingga punggung bersandar dengan nyamannya. Aku bahkan tadi tak kepikiran untuk kembali ke toko mengambil mobil. Saking dongkolnya hati ini."Ada apa, Nduk? Cerita ke Ibu."Ibu yang sudah duduk disampingku menatap cemas. Apa tampangku begitu kusut? Ah, perasaan aku biasa saja. Meski agak sakit hati."Ga ada apa-apa, Bu." "Jangan bohong, Tari. Ibu tahu karakter kamu. Gimana makan siangnya dengan keluarga Elzio? Lancar? Kenapa bukan dia yang mengantarkan kamu pulang?" Sederet pertanyaan yang harus aku jawab membuat aku kembali menegakkan badan.Kuhirup udara dengan rakus agar apa yang aku ceritakan bisa melegakan perasaan."Mas El, sudah dijodohkan, Bu. Seorang dokter juga. Undangan dari maminya sepertinya untuk mengenalkan perempuan itu pada Tari.""Ha? Kenapa bisa begitu? Bukanny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status