Share

Bab 18

Penulis: Mutiara Sukma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 09:06:58

Seharian mereka di kamar. Tak ada tanda-tanda anak-anak berada disana. Beberapa kali aku mengetuk pintu, tapi tak ada sahutan. Hanya Bik asih, pembantu Tari yang bolak-balik di dapur. Dia samanya dengan Tari. Tak buka suara walau sudah dibentak Mama. Apa yang disuruh Mama dianggap angin lalu.

"Ran, kamu masak gih sana. Mama laper." Ujar Mama pada Rani yang duduk santai di sofa. Rani menatapku.

Aku membuang pandangan ke jendela. Enak aja, aku capek habis membereskan kamar yang ditinggalkan Tari tadi. Sekarang, harus masak pula.

"Masak apa, Ma? Itu kan ada pembantu?" Rengeknya.

"Kamu ga liat. Mama ga dianggap sama sekali. Jangankan membantu, menjawab mama pun dia tak mau!"

Rani membuang napas kasar. Lalu bangkit menuju dapur. Biar dia belajar menjadi istri. Jangan hanya bisa bersantai-santai.

"Ma, masak apa? Kompornya ga ada. Ini kulkas juga udah dicopot kabelnya, ga ada apa-apa di dalamnya, kosong." Teriak Rani. Mama bangkit dengan kesal. Aku tak peduli, masih sibuk mencari lowongan ke
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Noorhasanah Pasha
lanjutan nga ada ya
goodnovel comment avatar
Dyah Wiryastini
Seruuuuu. Ayo Tariii
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 19

    "Lho, mau dibawa kemana perabotan Arsen? Hentikan! Ini bukan punya Tari!" Teriak Mama."Tari, hentikan! Ini barang-barangku! Kamu ga ada hak untuk membawa ini semua!" Aku pun ikut mencegah. Tapi, tak ada yang mempedulikan. Tari, sibuk mengarahkan orang-orang sewaan nya untuk mengangkut barang.Hampir sejam semuanya beres dimasukkan ke dalam truk. Meski Mama berteriak-teriak melarang, percuma mereka bekerja seperti tak punya telinga.Rumah sudah kosong melompong. Sofa, lemari bahkan karpet dilantai saja dibawa Tari. Hanya kasur rusak dikamar utama yang tersisa."Itu kado pernikahan dariku."lirih Tari tanpa menatapku sama sekali."Dek, tolong, mas minta maaf." Aku menarik tangannya. Tapi, perempuan itu menepis kasar."Kamu ga ingat perjanjian kita, Mas? Jika kamu menikah, semua yang pernah kita miliki bersama menjadi milikku dan anak-anak. Bersyukur kamu masih kuijinkan untuk tinggal.""Tapi, aku masih suamimu!" Aku memelas. Gimana aku hidup jika semuanya dibawa oleh Tari."Apa kamu ga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 20

    "Kira-kira laku berapa, ya, Ar?" Tanya Mama ketika kami sedang makan."500juta lebih itu, Ma!" Timpal Rani. "Kalau laku segitu, belikan aku kalung ya, Mas!" Lanjutnya."Kok kalung, kalian kan belum punya rumah." Timpal Mama."Kan sementara bisa tinggal disini, nemenin Mama." Jawab Rani sembari tersenyum. Aku melirik ke arah Mama yang tampak tak suka."Kalau sementara, boleh. Tapi, kalau selamanya, ga bisa." Mama menekan ucapannya."Nanti selesai kuliah Monik pasti akan tinggal disini."lanjutnya lagi."Iya, Ma. Tenang aja. Arsen pastikan sebelum Monik selesai pendidikan. Arsen dan Rani sudah memiliki rumah sendiri." "Bagus. Kalian harus mandiri. Kayak dulu sama Tari." Sahut mama. Hal itu membuat Rani mencebikkan bibir. Beruntung Mama tak melihat reaksi Rani.Hampir dua Minggu aku dirumah saja. Pemasukan tak ada. Kami makan dari hasil penjualan perhiasan Mama."Gimana rumah sudah laku, Ar?" Tanya Mama.Aku yang masih kebingungan mencari dokumen rumah itu hanya diam."Arsen!" Sentak Ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 21

    Mendengar perdebatan kami, suara anak-anak yang sedang becanda di dalam terhenti. "Papa ..." Pekik Alif dari jauh, disampingnya Ammar yang menatapku datar."Alif, sini, sayang." Aku melambaikan tangan. Namun, Alif menggeleng-gelengkan kepalanya."Kenapa? Yuk, sama Papa. Kita beli mainan yuk." Bujukku."Ga mau, Papa. Mainan Alif dan Ammar sudah banyak dibelikan teman-teman Mama. Teman-teman Mama baik-baik, Pa. Alif juga dikasih jajanan yang banyak." Ciloteh Alif. "Tuh, anak anda aja udah ga butuh anda, Pak. Pulang aja sana. Sebelum Mas Fatan datang. Saya dengar Mas Fatan alergi banget sama kamu, bawaannya pengen makan orang katanya."" Ledek laki-laki yang bernama Elzio itu."Diam! Kau hanya orang luar!" "Iya, sayangnya orang luar ini akan segera masuk dalam kehidupan mantan istri anda!" jawabnya tegas."Jangan mimpi! Saya tak akan pernah menceraikan Tari. Kami sudah punya tiga anak. Mana mungkin kami berpisah lalu mengorbankan anak-anak."Laki-laki itu tertawa terbahak-bahak. "Anda

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 22

    "Kenapa, Ma?" Suara tangis Mama makin kencang."Mama rasanya ga kuat kalau Rani tinggal disini. Kamu lihat di kamar dan ruang tamu. Istri kamu udah seperti ratu disini. Mama capek. Mama mau kamu segera bawa istri kamu dari sini. Mama lebih baik tinggal sendiri seperti dulu, Ar." Isak Mama. Aku menghela napas panjang. Rani sudah berkali kali aku mengatakan jika dia harus membantu Mama jika mau tinggal disini."Maafkan Rani, ya, Ma. Arsen akan mengingatkan dia lagi." Mama masih terisak. Aku meninggalkan beliau dan masuk ke dalam. Benar saja ruang tamu berantakan. Kulit kuaci bertebaran di atas lantai. tapi, tak ada Rani. Aku berjalan cepat ke kamar. Mataku membola. Piring kotor dan gelas bekas minumnya tergeletak di lantai begitu saja. Pakaian kotor juga di tumpuk di pojokan. Dan orangnya tidur telentang dengan mulut terbuka hingga mengeluarkan suara yang sedikit menganggu. "Ya ampun Rani!" Aku menggoyangkan tubuh perempuan yang hanya memakai kaos pendek dan ketat hingga menampakkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Keluhan Tari (1)

    "Capek, selalu itu alasan kamu! lihat! tak ada satu sudut pun yang bersih dari kotoran!" em*siku benar-benar tersulut. Berharap pulang cepat bisa istirahat, nyatanya rumah kotor, mainan berserakan seperti kapal pecah. Anak-anak ribut sahut sahutan. Tak ada kedamaian. Sementara, Tari, istriku enak-enakan tidur sambil meny*sui Abrar, anak kami yang bungsu. Dan beralasan badan tak enak, capek, lelah dan entah apalagi, membuatku muak."Aku sudah merapikan rumah, Mas. Tapi, berantakan lagi,"ujarnya beralasan. "Maaf ya, Mas. Aku akan segera merapikannya. Kamu tunggu disini, aku juga akan segera buatkan teh manis hangat, ya. Tolong pegang Abrar sebentar." Tari menyerahkan bayi mungil kami dan segera berlalu. Daster kusam dan wajah tak terawat yang menjadi ciri khas perempuan itu pun menghilang dalam pandangan.Aku berdecak kesal. Namun, tak bisa menolak. Rasa haus dan pusing sudah menyatu. Kalau tidak segera dituntaskan, emosiku bisa makin membara.Tak lama terdengar suara Tari memerintah du

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Capek (2)

    "Iya, Bu. Sebenarnya saya sedang memikirkan hal itu. Tapi, saat ini keadaan sedang tak memungkinkan untuk mengambil seorang pembantu." Akhirnya aku membela diri. Semoga ibunya Tari tak curiga jika aku menyembunyikan gaji dan tabunganku dari Tari."Kalau kamu ga sanggup, biar Ibu yang membayar pembantu kalian.""Tak usah, Bu. Nanti biar Arsen pikirkan untuk itu." Aku pun pamit masuk ke kamar. Rasanya harga diriku dicubit. Mana mungkin aku menerima pertolongan ibunya Tari untuk membayar seorang pembantu, sementara dia hanya seorang penjual sayur di pasar. Hidupnya juga tak lebih baik dariku. Tak mungkin itu.Malam itu setelah makan malam, Ibu pamit pulang menggunakan ojek online. Rumahnya yang tak begitu jauh dari rumahku membuat beliau sudah biasa untuk pulang pergi meski sudah malam."Bagus ya, kamu mulai ngadu sama Ibu kamu!" cetusku saat kami sama sama sudah berada di kamar."Mengadu apa, Mas?" tanyanya pura pura tak paham."Jangan sok polos kamu, Dek. Kamu mempermalukan aku didepa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Sudah malas pulang (3)

    [Mas, nanti kalau pulang tolong beliin beras sama minyak, ya. Stok di rumah habis.] Tak lama pesan dari Tari masuk ke ponselku. Aku menghela nafas berat. Baru awal bulan aku membeli beras dalam kemasan lima kilo, baru pertengahan bulan, sudah habis. Begitu juga minyak, aku telah menyetok seliter minyak goreng kemasan untuk bulan ini. Tapi, sudah habis aja.[Kamu jangan boros-boros dong, Dek. Masa tanggal segini sudah habis?] Balasku dengan hati kesal.[Yang makan di rumah ini kan banyak, Mas. Aku juga masak sewajarnya.]Balas Tari. Perempuan itu mulai pandai melawan. Aku menaruh ponsel dia atas meja. Malas menanggapi Tari yang kerjaannya hanya mengeluh tiap hari.***Usai jam kantor berakhir aku segera memacu kuda besiku membelah jalanan kota. Kali ini niatku tidak pulang apalagi membeli beras atau minyak untuk Tari. Biar dia berusaha sendiri mendapatkan apa yang dia butuhkan. Dia kira mencari uang itu gampang.Maghrib menjelang, aku sampai pada sebuah toko buah. Mampir sejenak membel

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Kehadiran Rani (4)

    Beberapa kali aku mengetuk pintu, tapi tak ada yang membukakan seperti biasa. Akhirnya aku mengeluarkan kunci cadangan yang memang selalu kubawa.Begitu pintu terbuka, rumah yang biasa berantakan kini terlihat begitu rapi. Tak ada satu mainan pun yang berserakan di lantai."Dek ..." aku berjalan ke kamar. Kamar utama pun bersih. Selimut dan bantal tertata di pojok. Tak ada Tari disini. Aku keluar dan masuk ke kamar anak-anak. Kondisinya sama. Ruangan yang biasanya seperti kapal pecah kini begitu sedap di pandang mata."Astaga, kemana sih perempuan itu!" sungutku sambil merongoh ponsel di saku celana.Dua panggilan berlalu tanpa sahutan. Hingga yang ketiga kalinya suara tari terdengar di seberang sana."Kamu dimana sih? rumah kosong begini!" hardikku begitu suara Tari terdengar."Lho, kamu pulang, Mas? Bukankah mau menginap di rumah Mama?" sahutnya santai."Dek, kamu dimana?" tanyaku mengabaikan pertanyaannya."Aku sedang di rumah Ibuku. Aku rasa aku butuh me time untuk mewaraskan piki

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 22

    "Kenapa, Ma?" Suara tangis Mama makin kencang."Mama rasanya ga kuat kalau Rani tinggal disini. Kamu lihat di kamar dan ruang tamu. Istri kamu udah seperti ratu disini. Mama capek. Mama mau kamu segera bawa istri kamu dari sini. Mama lebih baik tinggal sendiri seperti dulu, Ar." Isak Mama. Aku menghela napas panjang. Rani sudah berkali kali aku mengatakan jika dia harus membantu Mama jika mau tinggal disini."Maafkan Rani, ya, Ma. Arsen akan mengingatkan dia lagi." Mama masih terisak. Aku meninggalkan beliau dan masuk ke dalam. Benar saja ruang tamu berantakan. Kulit kuaci bertebaran di atas lantai. tapi, tak ada Rani. Aku berjalan cepat ke kamar. Mataku membola. Piring kotor dan gelas bekas minumnya tergeletak di lantai begitu saja. Pakaian kotor juga di tumpuk di pojokan. Dan orangnya tidur telentang dengan mulut terbuka hingga mengeluarkan suara yang sedikit menganggu. "Ya ampun Rani!" Aku menggoyangkan tubuh perempuan yang hanya memakai kaos pendek dan ketat hingga menampakkan

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 21

    Mendengar perdebatan kami, suara anak-anak yang sedang becanda di dalam terhenti. "Papa ..." Pekik Alif dari jauh, disampingnya Ammar yang menatapku datar."Alif, sini, sayang." Aku melambaikan tangan. Namun, Alif menggeleng-gelengkan kepalanya."Kenapa? Yuk, sama Papa. Kita beli mainan yuk." Bujukku."Ga mau, Papa. Mainan Alif dan Ammar sudah banyak dibelikan teman-teman Mama. Teman-teman Mama baik-baik, Pa. Alif juga dikasih jajanan yang banyak." Ciloteh Alif. "Tuh, anak anda aja udah ga butuh anda, Pak. Pulang aja sana. Sebelum Mas Fatan datang. Saya dengar Mas Fatan alergi banget sama kamu, bawaannya pengen makan orang katanya."" Ledek laki-laki yang bernama Elzio itu."Diam! Kau hanya orang luar!" "Iya, sayangnya orang luar ini akan segera masuk dalam kehidupan mantan istri anda!" jawabnya tegas."Jangan mimpi! Saya tak akan pernah menceraikan Tari. Kami sudah punya tiga anak. Mana mungkin kami berpisah lalu mengorbankan anak-anak."Laki-laki itu tertawa terbahak-bahak. "Anda

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 20

    "Kira-kira laku berapa, ya, Ar?" Tanya Mama ketika kami sedang makan."500juta lebih itu, Ma!" Timpal Rani. "Kalau laku segitu, belikan aku kalung ya, Mas!" Lanjutnya."Kok kalung, kalian kan belum punya rumah." Timpal Mama."Kan sementara bisa tinggal disini, nemenin Mama." Jawab Rani sembari tersenyum. Aku melirik ke arah Mama yang tampak tak suka."Kalau sementara, boleh. Tapi, kalau selamanya, ga bisa." Mama menekan ucapannya."Nanti selesai kuliah Monik pasti akan tinggal disini."lanjutnya lagi."Iya, Ma. Tenang aja. Arsen pastikan sebelum Monik selesai pendidikan. Arsen dan Rani sudah memiliki rumah sendiri." "Bagus. Kalian harus mandiri. Kayak dulu sama Tari." Sahut mama. Hal itu membuat Rani mencebikkan bibir. Beruntung Mama tak melihat reaksi Rani.Hampir dua Minggu aku dirumah saja. Pemasukan tak ada. Kami makan dari hasil penjualan perhiasan Mama."Gimana rumah sudah laku, Ar?" Tanya Mama.Aku yang masih kebingungan mencari dokumen rumah itu hanya diam."Arsen!" Sentak Ma

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 19

    "Lho, mau dibawa kemana perabotan Arsen? Hentikan! Ini bukan punya Tari!" Teriak Mama."Tari, hentikan! Ini barang-barangku! Kamu ga ada hak untuk membawa ini semua!" Aku pun ikut mencegah. Tapi, tak ada yang mempedulikan. Tari, sibuk mengarahkan orang-orang sewaan nya untuk mengangkut barang.Hampir sejam semuanya beres dimasukkan ke dalam truk. Meski Mama berteriak-teriak melarang, percuma mereka bekerja seperti tak punya telinga.Rumah sudah kosong melompong. Sofa, lemari bahkan karpet dilantai saja dibawa Tari. Hanya kasur rusak dikamar utama yang tersisa."Itu kado pernikahan dariku."lirih Tari tanpa menatapku sama sekali."Dek, tolong, mas minta maaf." Aku menarik tangannya. Tapi, perempuan itu menepis kasar."Kamu ga ingat perjanjian kita, Mas? Jika kamu menikah, semua yang pernah kita miliki bersama menjadi milikku dan anak-anak. Bersyukur kamu masih kuijinkan untuk tinggal.""Tapi, aku masih suamimu!" Aku memelas. Gimana aku hidup jika semuanya dibawa oleh Tari."Apa kamu ga

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 18

    Seharian mereka di kamar. Tak ada tanda-tanda anak-anak berada disana. Beberapa kali aku mengetuk pintu, tapi tak ada sahutan. Hanya Bik asih, pembantu Tari yang bolak-balik di dapur. Dia samanya dengan Tari. Tak buka suara walau sudah dibentak Mama. Apa yang disuruh Mama dianggap angin lalu."Ran, kamu masak gih sana. Mama laper." Ujar Mama pada Rani yang duduk santai di sofa. Rani menatapku.Aku membuang pandangan ke jendela. Enak aja, aku capek habis membereskan kamar yang ditinggalkan Tari tadi. Sekarang, harus masak pula."Masak apa, Ma? Itu kan ada pembantu?" Rengeknya."Kamu ga liat. Mama ga dianggap sama sekali. Jangankan membantu, menjawab mama pun dia tak mau!"Rani membuang napas kasar. Lalu bangkit menuju dapur. Biar dia belajar menjadi istri. Jangan hanya bisa bersantai-santai."Ma, masak apa? Kompornya ga ada. Ini kulkas juga udah dicopot kabelnya, ga ada apa-apa di dalamnya, kosong." Teriak Rani. Mama bangkit dengan kesal. Aku tak peduli, masih sibuk mencari lowongan ke

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 17

    Mama mengambil kesempatan masuk ke dalam rumah di saat Tari sedang sibuk di wawancara. Aku tak sempat menyimak karena ditarik Mama dan duduk di ruang tamu. Ibu tari yang melihat kami, terdiam. Mungkin malu untuk berteriak takut nanti malah akan memancing kegaduhan.Hampir tiga puluh menit kami menunggu, hingga orang-orang seperti wartawan itu pergi. "Tak tau malu kalian ini! Tak menyangka bisa seapes ini saya punya besan!" Sentak Ibu begitu masuk dan melihat kami duduk dengan santai."Tenang Bu Siti. Justru ibu beruntung punya besan seperti saya. Kalau pun Arsen akhirnya menikah lagi, dia tetap akan bertanggungjawab kok dengan Tari dan anak-anak." Sela Mama."Halah, omong kosong, janji kampanye!" Cibir ibu nya Tari.Bersyukur tak ada Mas Fatan. Mobil putihnya juga tak terlihat diluar. Kemungkinan sedang pergi sama anak-anakku, entah kemana. Karena sedari tadi aku juga tak melihat anak-anak di rumah ini. Tak lama Rani datang dengan menaiki ojek online. Perempuan itu menggeret koper ya

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 16

    Rani tiba-tiba masuk. "Wah, ada rapat keluarga?" Serunya. Aku memberi kode agar Rani menyalami keluarga Tari. Tapi, perempuan itu justru masuk ke kamar utama dimana itu adalah kamarku dengan Tari. Tanpa kuduga, Tari berjalan cepat lalu menarik rambut Rani ke belakang, hingga perempuan itu menjerit-jerit dan berusaha melepaskan tangan Tari yang mencengkram erat. Aku terpaku. Kaget dengan reaksi Tari."Ini rumahku, kamarku, dan ini istanaku. Kau boleh mengambil laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suamiku itu, tapi jangan pernah menginjakkan kaki disini! Ini milikku juga anak-anak ku!" Tari melepas genggamannya sambil mendorong Rani ke arahku. Ibu dengan sigap mendekat, aku kira akan membantu Rani, ternyata mau memeluk anak perempuannya yang terba kar emosi. Tangisnya pecah. Tapi tidak dengan Tari."Dek, tolong kita bicarakan ini baik-baik tanpa emosi!" "Gimana ga emosi? Lu membawa perempuan ini kehadapan istri yang sering lu sakiti. Dan meminta dia untuk menerima kalian d

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 15

    Mas Fatan yang masuk kembali ke dalam rumah tanpa memperdulikanku. Hah! Kenapa malah jadi begini. Aku akhirnya pulang. "Gimana? Dapat pekerjaannya?" Tanya Mama tak sabar."Ma, Arsen bukan melamar kerja, Tapi, ke rumah. mau ketemu Tari dan anak-anak. Mereka malah ga ada.""Ga ada? Emang pada kemana? Perempuan kampungan itu pasti pulang ke rumah ibunya." Aku menghela napas dalam dalam. "Ga ada, Ma. Tari ga kesana. Tadi, kata pembantunya, Tari pergi sama seorang laki-laki. Arsen ga tau siapa.""Pembantu? Ga salah kamu, Ar? Dih, ngimpi punya pembantu. Jangan jangan dia ngarepin kamu buat menggaji pembantu itu, Ar." Mama menatapku lekat."Katanya sih, bukan, Ma. Tari yang menggaji sendiri."Ya udah, kalau gitu kamu pulang sana. Ajak aw aww qw QQ QQ bunuh-bunuhgerepotin dia. Yang penting jangan sampai kamu yang disuruh menggaji pembantu itu." Aku kembali menarik napas dalam-dalam."Rani ga mau pindah, Ma. Dia nyaman disini." Ujarku memelas."Tapi, mama yang ga nyaman. Tadi, ibu sama bapakn

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    bab 14

    "Lho, kok gitu?""Kata mereka pernikahan dengan polemik poligami itu rawan kegaduhan yang akan menganggu kinerja karyawannya.""Astaghfirullah, trus gimana, Ar? Gimana dengan kita setelah ini? Kuliah adikmu juga gimana?" Tanya Mama panik. Tentu saja aku juga sama paniknya. Mau cari kemana uang 10juta sebulan untuk biaya Mama juga adikku. Belum lagi biaya untuk Tari dan anak-anak. Sekarang ditambah dengan adanya Rani. Duh, Tuhan. Kenapa setelah melaksanakan Sunnah nabi, hidupku jadi kacau begini."Eh, tutup botol! Elu bukan melaksanakan Sunnah Nabi, tapi memuaskan hawa na*su! Sunnah Nabi tidak mendzolimi makhluk Allah yang lain. Tapi, nyatanya elu, menyakiti Tari dan juga anak-anak lu. Kebayang ga betapa terlukanya dia. Dan lu ga mikir, gimana perasaan mertua lu? Saat anak perempuannya disakiti seperti itu. Mikir lu!!" Sentak Remon tadi sebelum berlalu. Aku mengusap wajahku kasar."Mas, aku habis cek out nih si shop*, tranf*rin dong!" Rani datang dengan ponsel ditangannya."Rani, Arsen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status