(“Jun, saya harus tetap di rumah sakit untuk menenangkannya jika Nona Nami seandainya histeris lagi. Saya harus memastikan jika ia baik-baik saja.”)
Samudra sudah bisa menebak, bagaimana gusarnya Junot saat menerima pesan tersebut. Pasti Junot tetap tidak menerima. Samudra paham bila Junot tak bermaksud melenyapkan setitik empati. Hanya saja, Junot terlalu perhatian pada Samudra. Junot terlalu khawatir apabila Samudra tersandung skandal.(“Heh! Terserah kakak, deh! Nikahin aja sekalian si Nami Nami itu. Biar makin heboh beritanya.”)Samudra hanya membalas dengan kata maaf saat itu. Ketika Samudra memutuskan untuk menelepon CEO agensinya pun, yang ia terima hanya meminta Samudra untuk tidak terlibat jauh.“Aku sudah menyebarkan buzzer untuk membuat berita jika kamu hanya menolong perempuan itu. Untung saja pemberitaan mulai bisa dikendalikan sekarang. Aku sampai meminta orangku untuk mencari usaha konveksi agar memproduksi massal kaos kaki“Nona tidak boleh merendahkan diri seperti itu. Nona masih berharga.”Kalimat penyemangat seperti itu hanya seperti angin lalu semata, yang setelah berhembus, lantas kembali disapa pengap.“Nona Nami tidak salah sama sekali. Hasil visum juga membuktikan jika Nona Nami masih virgin.”Nami mempertahankan sekuat tenaga agar tangan keriput Pak Kaze yang tidak tahu kenapa saat kejadian malam itu, begitu bertenaga. Memang Pak Kaze belum tua-tua amat. Tetangga Nami seorang kakek-kakek berusia tujuh puluhan saja, masih kuat mengangkut beras berkarung-karung. Apalagi Pak Kaze yang masih kepala lima usianya. “Saya kotor.”Nami dibelikan sabun oleh ibunya Nami. Sabun cair itu habis dalam sekali mandi, karena Nami menggosok-gosok kulitnya sampai memerah dan lecet, berujung meninggalkam perih. “Nona …. “ Samudra meraih tangan Nami hati-hati. Terakhir kali Samudra tak sengaja menyentuh bahu Nami kemarin, reaksi gadis itu gemetar hebat dan menjerit-jerit kesetanan. Samudra lega ketika sekarang Na
“Kalian bisa meluangkan waktu sebentar untuk mengunjungi Nona Nami? Dia Mellifluous yang jadi korban.”Permintaan Samudra seharusnya diiyakan dengan mudah. Akan tetapi, bagi Ari, Arson, dan Umang, ketiganya harus meminta pendapat Junot dulu. Memang mereka tidak menanyakannya secara langsung. Namun hal itu sudah bisa ditebak saat Ari, Arson, dan Umang seolah menunggu keputusan Junot. “Kami turut berduka cita atas apa yang menimpanya. Akan tetapi, rasanya berlebihan jika nonamu itu mendapatkan perlakuan spesial.”“Perlakuan spesial seperti apa yang kamu maksud, Jun?” Reaksi Junot memercik tedensi dalam intonasi Samudra. “Kita harus membatasi hubungan penggemar dengan kita, Kak. Kita nggak bisa memperlakukan spesial hanya salah satu penggemar kita. Kakak nggak bisa melanjutkan kebaikan kakak terlalu sering seperti ini.”Samudra mendengus pelan. Ia kira Junot mengerti dengan niatnya selama ini.“Jun, aku ingin memastikan kalau Nona Nami baik-baik saja sampai ia keluar dari rumah sakit.
“Mas Dirga?”Senyum Nami yang tadinya mengembang melihat kedatangan Samudra, reflek melenyapkan senyum bukan karena Nami tak senang. Nami tercengang saja, lebih tepatnya tak menyangka jika Samudra datang membawa keempat sahabat satu grup musiknya. “Hai, Nona Nami. Kami di sini atas permintaan Mas Dirga.” Junot menyapa Nami untuk pertama kali dan sedikit menimbulkan percikan tawa pada Ari, Arson, dan Umang saat Junot mempertegas panggilan MAS DIRGA. Jelas sekali Junot juga berniat menggoda Samudra.“Halo, Nonanya Mas Dirga. Saya Arson.” “Hai, Nona. Saya Ari.”“Hai, Kak Nona Nami. Saya Gala.”Nami mengulum tawa saat Samudra menegur mereka agar tidak bercanda.“Hai, kalian semua. Duh, dadakan dan nggak nyangka kalian datang! Maaf kalau saya tadi masih rada-rada nggak percaya kalau kalian ada di hadapan saya.”Mode fangirlingan Nami muncul. Ingin rasanya meminta foto dan tanda tangan. Namun ia harus meredam itu semua, karena takutnya itu tidak sopan dan tidak menghargai privasi para ang
Nami sudah tidak kaget lagi melihat Samudra berada di ruang tamunya seraya meminum teh celup murah yang dijual per kotak kecil di minimarket dekat rumah. “Agensi menolak usulan kami tentang publikasi hubungan. Mereka lebih suka rumor tak berdasar beredar. Jika diuntungkan, maka dibiarkan tak terkonfirmasi. Jika itu merugikan, baru mereka mengonfirmasi.”Nami baru saja duduk membawakan sepiring buah-buahan yang tentu saja itu adalah buah yang masih tersisa dari oleh-oleh anggota Squirrel Crush yang lain. Tenang saja, buahnya masih bagus. Makanya Nami tidak ragu untuk menyajikan secukupnya pada Samudra. “Apa itu alasan banyak rumor Mas Dirga selama ini terkesan diabaikan sama agensi?”“Ya.” Samudra menyesap teh hangat yang disajikan Nami. Nami merasakan kepuasan tersendiri setelah mendengar jawaban penuh kepastian Samudra tentang rumor-rumor kencan yang lumayan kerap menghampiri. Nami dongkol membaca teori-teori cocoklogi yang menjabarkan betapa realnya Samudra dengan si A, si B, s
"Aku pesan satu set. Kirim langsung ke alamat ibuku."Samudra adalah pelanggan istimewa. Ia memiliki kesempatan untuk dilayani secara langsung oleh pemilik toko perhiasannya, yaitu Davin yang tetap meladeni Samudra secara profesional. Meski tatapan Nami menghujamnya sejak tadi.Nami menawarkan tatapan tak bersahabat. Segala air muka yang ditampilkan, tiada yang ramah bagi Davin."Hari ini juga langsung dikirim."Selesai dengan transaksi jual beli, Samudra tidak langsung membawa pulang Nami. "Apa nona butuh bicara dengan Davin?""Nggak."Davin tidak nyaman sebenarnya setelah tak bersua lama dengan Nami, malah bertemu secara tak sengaja di toko miliknya sendiri. "Udah selesai urusannya, Mas?" tanya Nami."Ya.""Bisa kita pergi sekarang?""Tentu." Samudra berpamitan pada Davin setelahnya.Nami tidak lagi memperhatikan Davin. Sepanjang jalan menuju keluar toko, Nami menahan diri untuk tidak menggemeretakkan gigi. Hembus napas lega yang tergolong nyaring setibanya di mobil, menimbulkan
“Mas Dirga beneran difoto pake baju begitu?”Ingin Nami mengalihkan pandangan pada billboard yang terpampang di depan jalan besar itu. Akan tetapi, otak dan indera penglihatannya seolah terpaku saja pada pesona foto Samudra yang ternyata telah menjadi trending topic hari itu. “I-ya.” Samudra tersipu melihat potret dirinya sendiri yang dipamerkan di tempat sebesar itu. Itu adalah perdana seorang Samudra berfoto dengan menampilkan sebagian tubuhnya. “Oh, bukan editan, ya?” Nami tersenyum kecil. Nami murni kaget, karena tak menyangka saja jika Samudra bisa melakukan pemotretan dengan pose dan penampilan demikian. Biasanya yang begitu adalah empat anggota Squirrel Crush yang lain. “Itu adalah pemotretan untuk produk Euphoria Fashionista musim ini.”“Musim ini artinya produk underwear, kan?” Soalnya Nami juga berteman dengan pemilik Euphoria. “Ya.” Itu pun Samudra sempat melakukan meeting yang melelahkan, karena konsep awal pemotretan itu adalah meminta Samudra hanya difoto dengan me
"Beneran dijemput, Nam!"Lagi-lagi Leony yang kelewat excited saat melihat mobil Samudra berhenti di halaman rumahnya. Penampilan Samudra saat menjemput Nami juga berbeda dari tampilan Samudra yang biasanya.Samudra mengenakan setelan serba hitam dengan tatanan rambut klimis. Jam tangan mewah melingkar di pergelangan tangannya. Sepasang sepatu mengkilap terpasang di kaki. "Hai," sapa Samudra yang melihat Nami dan Leony di teras. "Mas Dirga kalau sibuk, harusnya nggak perlu repot jemput saya.""Tidak sibuk. Saya baru saja menyelesaikan jadwal. Memang belum sempat berganti pakaian."Samudra tahu bila Nami berpikir dirinya sibuk, karena pakaian yang ia kenakan. Samudra langsung ke rumah Leony tanpa sempat berganti. Pakaian yang Samudra kenakan juga pakaian dari sponsor."Sekarang sudah pukul setengah lima lewat. Saya usahakan tiba tepat waktu.""Oke, Mas. Kita berangkat sekarang. Makasih banget udah dijemput."Nami berpamitan pada Leony. Ketika Nami dan Samudra berjalan menuju mobil, L
"Mama nggak masalah tidur di sini? Suaminya mama gimana?"Nami belum terbiasa menyematkan sebutan papa pada suami mamanya. Untung saja mamanya tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Nggak, lah. Papa kamu malah enak bisa tidur sendirian. Bebas. Mama malam ini sengaja mau tidur sama kamu. Udah lama kita nggak tidur bersama."Nami tidak tahu apa yang membuat mamanya berubah drastis. Namun selama itu baik, Nami akan menerima mamanya dengan tangan terbuka.Malam itu tidak akan terlupakan oleh Nami. Ia dan mamanya banyak bertukar cerita. Tentu saja Nami tetap merahasiakan Samudra demi privasi sang artis. Nami juga tidak menceritakan tentang pelecehan yang ia terima.Mereka bersenda gurau sampai ketiduran. Dua jam setelah tertidur, Nami terbangun karena ingin buang air kecil. Usai buang air kecil, Nami menerima denting notifikasi dari ponselnya. Wajah Nami tersetting untuk tersenyum lebih lebar saat membaca nama penerima.("Nona Nami, anda sudah tidur?")("Bagaimana kondisi nona?")Haruskah
"Apa ini, Bu?"Saat jam istirahat makan siang, ibunya Samudra menemui Nami secara mendadak. Nami diajak ke cafe terdekat dari kantornya untuk makan siang. Sembari menunggu pesanan disajikan ke hadapan, ibunya Nami memberikan sesuatu kepada sang menantu."Itu tiket. Nggak mungkin kamu nggak tahu." Ibunya Samudra terkekeh kemudian.Ya. Nami tahu jika itu tiket. Namun maksudnya apa memberikan tiket kepadanya?"Kamu sama anak ibu abis bertengkar, kan? Meski sekarang udah baikan, ibu sama ayah mau ngasih dua tiket ini, biar kamu dan Samudra bisa liburan berdua. Anggap bulan madu tipis-tipis.""Bu." Nami tersenyum canggung menatap tiket dan mertuanya bergantian."Kok, ayah sama ibu repot-repot?""Nggak repot sama sekali. Ibu itu kepengen kamu dan Samudra lebih lengket aja."Nami senang, karena mertuanya untuk ke sekian kali menunjukkan kebaikannya yang hangat. Namun kali ini, Nami terpaksa menolak."Ibu, terima kasih banget sudah peduli sama kami dan sayang sama aku. Aku beruntung banget b
"Maaf soal kelakuanku di mobil."Kalau dipikir-pikir sesudah kepalanya dingin, sikap seperti tadi sungguh childish. "Mas juga minta maaf, Sayang."Samudra kapok mengambil peran untuk drama romantis setelah ini. "Harusnya aku ngerti kalau mas cuma kerja. Padahal aku masih suka dengerin lagu-lagunya mas yang dipersembahkan buat Raline dulu. Tapi anehnya aku nggak cemburu dengernya."Bahkan Samudra sempat menjadikan Raline model video klipnya. Nami masih ingat adegan per adegan romantis Samudra bersama Raline. Namun ketika otaknya memutar memori video klip tersebut, ada pertentangan yang berbeda dengan perkataannya sebelum ini."Tapi kesel, ih! Kok Mas sama Raline so sweet banget? Dibikinin lagu satu album plus dijadiin model video klip lagi."Samudra cuma bisa bengong awalnya. Sampai akhirnya ia tersadar bila harus merespon untuk menenangkan Nami yang tampaknya lelah."Sayang, lagu-laguku yang terinspirasi dari kamu, sudah melebihi dua lagu dari lagu-laguku buat Raline. Kalau kamu mau
Tak ada yang bisa menandingi bagaimana panasnya hati seorang perempuan, saat mendengar atau bersentuhan sedikit dengan kata menjijikkan bernama PELAKOR. Arsya, Arsyi, dan Leony bergerak gesit mendandani Nami agar lebih mentereng dan mencuri perhatian lebih dari Aleena Kalila acara menonton bersama episode satu yang tayang serempak hari ini. “Aku sudah mengetahui tentang semua yang dikenakan Aleena hari ini. Pemilik butik tempatnya membeli gaun, berhubungan baik dengan Kiano.” Arsya merasa bangga dan puas hati, karena bisa mendapatkan gaun yang lebih wah, tidak norak, tapi tetap elegan untuk Nami. “Hair stylistnya Aleena pun, aku mengenalnya,” sambung Arsya yang memang untuk urusan seputar fashion, sudah tentu memiliki koneksi yang luas. Itu dikarenakan pekerjaannya yang memang berkutat di bidang tersebut. Nami hari itu sungguh tampil maksimal. Perutnya yang sudah sedikit membuncit tidak menjadi halangan untuknya mengenakan gaun berwarna biru malam dengan aksen manik-manik gemerlap
Syuting sudah usai. Samudra dan Nami yang sempat berseteru dalam diam, perlahan kembali menjalin untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat dingin. Nami gerah dan cemburu mengetahui tak sedikit para penggemar dan netizen yang malah berpendapat terang-terangan jika Samudra dan Aleena sangat serasi. Lebih gilanya lagi, Samudra dan Aleena memiliki fanclub bentukan perempuan-perempuan sinting yang secara tidak langsung, seperti mendoakan Samudra dan Aleena menjadi pasangan real saja. Yang dilakukan Samudra sudah benar. Ia lebih intens memperhatikan Nami. Komunikasi mereka juga meningkat tajam. Bila Nami tidak cepat mengangkat panggilan dan membaca pesan, justru Samudra yang ketar-ketir. Saking tidak inginnya Samudra melihat istrinya sedih dan stress saat hamil, Samudra lebih gila lagi membagikan momen-momen manis Nami yang entah sendirian atau saat bersamanya dan acara kumpul keluarga. Gara-gara hal itu, netizen seperti terbagi-bagi menjadi beberapa kubu. Kubu pertama adalah kubu o
"Sayang, maaf soal Aleena.""Iya. Nggak papa, Mas.""Serius nggak masalah? Jangan bohong.""Kesal sebenarnya." Bahkan Nami gatal sekali ingin menjambak rambut panjang Aleena, kemudian menjedotkan kepalanya ke jalan aspal. Untung saja Nami bukan psikopat. "Tapi aku tahu kalau mas nggak bakalan tertarik. Lagian kalau mas khilaf, aku bisa tinggal angkat kaki."Samudra menelan ludahnya susah payah,"Jangan, Sayang. Masa aku khilaf? Nggak percaya aku memangnya?"Nami cuma tersenyum,"Percaya, kok. Aku cuma mau ngasih tahu aja kalau laki-laki selingkuh yang ngaku khilaf itu, nggak perlu didampingi.""Nggak, Sayang. Aku nggak akan berbuat sebodoh itu. Janji." Samudra sampai mengacungkan dua jarinya. "Iya. Iya."Nami tidak ingin membahasnya lagi. Hormon kehamilannya, membuatnya jauh lebih sensitif. "Gaya bicara kamu berubah banyak, Mas." Nami selama ini jarang menyinggung hal yang satu itu. "Emmm, mas harus terbiasa, Sayang. Dialog juga kebanyakan gaya bahasa informal. Sama kru syuting dan
Syuting untuk series drama pertama Samudra pun dimulai hari ini. Syuting hari pertama berjalan cukup lancar. Meski Samudra harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebelum ini, sebagai seorang artis, tidak dipungkiri memang urusan akting bukan hal yang pertama baginya. Namun syuting untuk series drama dengan musik video tetap ada perbedaan. Samudra harus menghapal naskah dan membangun chemistry dengan lawan mainnya lawan mainnya kali ini adalah seorang gadis bernama Aleena Kalila. Aleena memang pernah berskandal sebelumnya. Namun karena tidak terbukti, Aleena masih tetap digunakan bakatnya dalam dunia entertainment. Karena harus membangun chemistry, mau tidak mau samudra dan Aleena diharuskan lebih dekat agar proses syuting berjalan dengan baik.Tentu saja semuanya dilakukan dengan profesional. Hubungan antara Samudra dengan pemain lain dan para staf pun sangat bersahabat.Samudra juga beberapa kali mendapatkan kiriman food truck dari Mellifluous juga dari teman-teman satu grupny
“Nami.” “Eh, Arsya.” Namun Nami segera merevisi panggilannya,”Bu Arsya, selamat siang. Pak Kiano ada di dalam.” “Ck! Aku mau ngobrol bentar sama kamu. Nggak usah manggil ibu gitu, ah. Aneh dengarnya.”Nami belum mengiyakan, tapi Arsya sudah menariknya agar berdiri dari kursi kerjanya. Nami digandeng, dibawa ke cafetaria kantor. “Eh, ada Arsyi sama Leony juga. Ini mau ada apaan?”Nami akhirnya duduk bergabung bersama tiga sahabatnya. Nami merasa heran, karena ketiga temannya menatapnya dengan tatapan aneh. “Nami, kamu serius ngizinin Samudra main drama series?” tanya Leony memulai rapat dadakan yang entah bertujuan untuk apa. “I-iya.” Nami semakin heran jika pertemuan itu dilakukan hanya untuk membahas Samudra akan memulai debut akting di drama series. “Kenapa, Nam?” tanya Arsyi dengan kening berkerut dalam. “Ya, nggak kenapa-napa banget. Tapi justru kalian kenapa, deh?” “Nam, kamu harus larang Samudra. Mumpung belum syuting.” Arsya mendesak. Nami malah semakin tidak mengerti d
"Eh, tumben ada kembang api."Sebelum mereka kembali ke hotel, Nami dan samudra memutuskan untuk jalan-jalan di pusat keramaian di kota Seoul.Selain mereka, penduduk lokal juga banyak yang memilih untuk nongkrong di sana. Pertokoan dan tempat makan, lengkap ada di lokasi tersebut. Mungkin itu alasan lokasi tersebut ramai pengunjung."Mungkin ada perayaan."Samudra menggenggam erat tangan Nami. Mereka mendongak, menikmati pancaran kembang api yang berkilauan di atas sana. Banyak yang merekam momen indah tersebut, tak terkecuali Nami yang dengan cepat mengambil ponselnya. Otomatis pegangan tangan mereka terlepas. Samudra pun yang tidak ingin Nami tersenggol kerumunan, menarik pinggangnya untuk lebih rapat. Suasana yang indah itu, mampu membuat Samudra terbawa perasaan. Bukannya menikmati kembang api yang sedang mempercantik angkasa sekaligus menambahkan kadar polusi. Samudra memilih untuk memandangi sang istri yang sibuk merekam sembari menonton pertunjukkan kembang api. Berawal da
“Jangan diikat.”Samudra merebut ikat rambut Nami yang baru saja ingin disematkan sang istri ke rambut. “Kenapa, sih, Mas?”“Dingin. Rambutmu sudah pendek. Untuk apa diikat?”Memang tidak ada alasan khusus, tapi Nami heran saja pada Samudra yang melarangnya mengikat rambut. “Aku tidak suka lehermu dilihat oleh pria lain. Terutama tour guide kita.”Nami tidak begitu suka pria pencemburu sebenarnya. Tapi harus ia akui bila kejujuran Samudra serasa menggelitik dadanya. Senang juga dicemburui ternyata. “Ya, udah, Mas. Nggak jadi ngikat rambut.” “Oke. Kita pulang dulu istirahat. Besok jadi ke Namsan Tower?”“Jadi, dong. Aku mau gembokin namaku sama mas.”“Oh, tidak jadi dengan Kim Seokjin?”“Ih, Mas! Cuma bercanda. Jangan jealous.”Sesampainya di hotel. Bukannya istirahat, mereka kembali melakukan hubungan suami istri layaknya pengantin baru yang baru dimabuk cinta. Benar ternyata. Yang membuat mereka tidak enjoy saat bercinta, karena fisik dan pikiran mereka sudah lelah akibat bekerj