JUNOT(“Ngapain give away cincin, Kak?”)IBU(“Nona Nami, apa kabar? Tolong, tanyain ke Samudra. Beli cincin buat pacarmu, udah? Malah sedekah cincin.”)Nami menerima pesan dari orang sekaligus. Hampir saja tadi Nami membaca pesan dari Junot. Untung belum sempat dibuka. Nami harus mengirimkan screenshot kepada Samudra setelah membalas ramah pesan ibunya Samudra. Samudra yang sedang jalan-jalan ke museum, tentu tidak memperhatikan ponsel lebih cepat.Alih-alih mendapatkan balasan dari Samudra, justru grup chat Tupai Lapuk kembali riuh dengan obrolan yang didominasi Ari, Arson, dan Umang. Lama kelamaan, ketiganya menjadi mood booster Nami akibat obrolan mereka yang sangat menghibur. ARRASSO(“Ada yang banting setir jadi penjual perhiasan.”)BIMA(“Pasti pulang ke New City, Kak Samudra buka toko emas Xiuping.”)Nami terbahak usai membaca pesan dari Bima alias Umang. Namun itu tidak berlangsung lama, karena Nami segera teringat dengan alasan cincin tersebut dijadikan hadiah give away
(“Anak manis, bulan depan perpanjang kontrak. Saya masih menawarkan jabatan yang lebih tinggi sebagai asisten saya. Jika kamu bersedia, kamu harus mengikuti prosedur dari saya. Gaji pokoknya lebih besar dari posisi kamu sekarang. Ada tunjangan dan bonus. Jika ingin lebih, saya bisa menyediakan yang jauh lebih besar nominalnya.”)(“Ngomong-ngomong, kamu cantik hari ini.”)Samudra meremat ponsel Nami dengan geram usai membaca pesan dari Pak Kaze. Tak hanya itu hal yang membuat Samudra menajamkan rahang. Pak Kaze setiap hari mengirimkan foto Nami yang diambil secara diam-diam. Samudra tak pernah mengatakannya pada Nami. Namun ketika digulir ke atas, Samudra menemukan banyak pesan yang berbunyi nakal. Ritual Pak Kaze mengambil foto Nami diam-diam juga ternyata dilakukan hampir setiap hari. (“Rok pink kamu hari ini, cocok sama perhiasan yang saya lihat di toko jewelry. Kalau mau, sini ke ruangan saya. Ngobrol sambil pangku.”)(“Tadi wangi banget waktu kita papasan. Bikin saya berdesir da
“Mengapa harus aku yang menikahinya?”“Karena orang yang menekan perempuan itu, pasti bakalan sungkan sama kamu. Siapa yang mau berurusan sama seorang Samudra Dirgantara? Fansnya dikenal bar-bar sampai pacarnya nggak berani publish sendiri.”Rajasa tampak tak peduli dengan kondisi hati Samudra yang tersindir lagi berkat kata-katanya. “Nggak usah mikiran orang, Sam. Urusan kamu aja dipikirin. Nggak capek apa kalau kebaikan kamu disalah artikan lagi?”“Menolong orang lain itu jangan sampai membuat kita mengharap pamrih.”“Whatever. Apapun nasehatku, tetap aja kamu nggak mau dengar. Bukannya kamu kebelet nikah sampai beli cincin aja di sini? Macam nggak ada toko perhiasan aja di New City. Padahal kemarin agensi sudah bersiap sama kekacauan yang akan timbul kalau announcement pernikahanmu rilis. Gimana kalau ganti aja mempelai perempuannya?”“Saya dan Nona Nami hanya berteman. Dia hanya penggemar Squirrel Crush yang sedang kesulitan.”Rajasa terkekeh lucu,”Sekarang kamu bahkan ingin jad
“Mang, aku bungkus aja, ya?” “Eits! Jangan!” Pak Kaze melarang Mamang sate mendekat ke meja Nami yang sekarang menjadi mejanya juga. “Saya cuma mau ditemenin makan, Nami. Bukan mau gangguin kamu.”“Bapak di kantor boleh gangguin saya dan saya diam. Tapi sekarang di luar jam kerja dan bukan di kantor. Jadi bapak jangan macam-macam sama saya.” Nami berusaha untuk tidak mengeluarkan suara senyalak mungkin agar tidak menyebabkan keributan. “Nggak, kok, Nami. Saya cuma mau semacam.” Pak Kaze senyum-senyum tidak jelas dan itu sangat mengganggu di mata Nami. “Ini tentang perpanjangan kontrak kerja kamu. Gimana? Sudah kamu pertimbangkan? Saya serius ingin kamu jadi asisten saya. Kemampuan kamu sangat disayangkan hanya bekerja di kubikel kecil bersama karyawan-karyawan kurang becus itu, Nami. Saya bicara begini bukan karena saya suka sama kamu. Saya menilai kamu cukup objektif selama ini menilai kinerjamu yang bagus.”Memang Nami akui, Pak Kaze sekarang terkesan seperti atasan yang bijak
Samudra tidak bisa tidak mengetahui jumlah saldo rekening Nami, karena itu otomatis terpampang nyata. Samudra cukup khawatir menerima pesan cicilan Nami yang jatuh tempo. Kira-kira, jalan apa yang akan ditempuh Nami?(“Mas, abaikan aja dulu kalau orang pegadaian nge-chat. Saya cari solusi dulu. Maaf, Mas.”)Samudra jadi iba membaca balasan Nami. Ada dorongan dalam diri Samudra agar melakukan sesuatu. Disaat Samudra turut menimbang-nimbang segala keputusan yang mungkin bisa ia ambil. Ponsel Nami kembali menerima notifikasi pesan. Samudra kira itu dari Nami sendiri. Ternyata itu dari orang yang berpotensi akan membuat Samudra jadi sakit kepala. (“Nami, ibu minta duit delapan juta. Sekarang.”)Samudra yang tahu seberapa pusing Nami sekarang memikirkan cicilan yang entah apa latar belakangnya, sehingga sampai menempuh hal demikian pun ikut terpacu untuk membantu. Kali ini, Samudra tidak akan menolong Nami dengan mengirimkan sejumlah uang ke rekening mamanya Nami.(“Nggak ada, Ma. Uang N
“Selamat datang ke New City kembali, Samudra.”“Bisa beri tanggapannya untuk fashion week di Milan?”“Samudra, lihat sini! Ayo, senyum!”“Kamu ngadain give away cincin atas alasan apa?”“Apa benar kamu punya pacar dan ditolak lamarannya?”Kerumunan wartawan dan blits kamera mengepung Samudra dari segala sisi. Bodyguard dan Rajasa sibuk menghalangi wartawan dan orang-orang yang tak berkepentingan untuk mendekat. Samudra mengembangkan senyum dan membungkuk kepada semua orang yang menyambutnya di bandara. Tanpa menjawab satu pun pertanyaan yang diajukan wartawan, Samudra melangkah cepat layaknya orang yang tergesa-gesa. Samudra masuk ke mobil dan langsung menutup jendela dengan tirai. Ia bersandar dan melepas kacamata hitamnya. Sekilas memijat kening akibat sedikit jetlag yang melanda, Samudra mendengarkan Rajasa yang memaparkan jadwalnya.“Kamu pulang dulu dan istirahat. Sore ini, temui keluarga kamu. Malamnya, kamu ada wawancara. Besok pagi ada pemotretan. Pak Reno barusan ngasih tau
Harusnya malam itu adalah malam yang mendebarkan untuk Nami yang akan bertemu dengan Samudra. Namun yang terjadi pada Nami adalah perasaan campur aduk bak gado-gado. Nami masih sedikit marah dan kecewa akibat Samudra yang dinilainya berani ikut campur urusan pribadinya mengenai mamanya. Belum lagi saat dirinya mengetahui tentang Samudra yang ternyata telah mengirimkan uang kepada mamanya. Darimana Nami tahu? Mamanya datang ke rumah bersama suaminya yang tak berguna. Minta makan dan merampok isi kulkas Nami. Untung saja keduanya tidak menginap. Seperti biasa, mamanya Nami mengomel panjang lebar dulu. Topiknya malam tadi adalah tentang Nami yang katanya susah dihubungi selama satu minggu dan Nami dituduh sombong, karena berani-beraninya memberi nasehat.“Kamu udah pacaran sama bos kamu itu?”Begitu pertanyaan sang mama malam tadi yang habis membentak-bentak dirinya, malah menanyakan tentang Pak Kaze. Darimana mamanya Nami tahu tentang Pak Kaze? Tentu saja karena Nami bercerita. Waja
“Dihabiskan makannya, Nona.”Nami mengangguk-ngangguk dengan sebelah tangan menutupi mulutnya yang sedang mengunyah. Nami memandangi semua menu yang tersaji di meja. Bagaimana caranya menghabiskannya, sementara hanya mereka berdua yang makan? Kecuali jika perutnya dan Samudra adalah perut karet. Andai Nami makan sendirian, pasti Nami tidak segan untuk minta bungkus. Namun untuk situasi sekarang, Nami malu meminta bungkus. Apalagi yang memesan adalah Samudra. Nami jadi kepikiran. Ia yakin bila cuma berdua yang makan, pasti tidak akan habis. Mubazir sisanya. Apa pihak café akan membuangnya? Sangat disayangkan ketika Nami mengingat di luar sana dan di belahan bumi lain, banyak penduduk yang kelaparan. Disaat Nami melamun memikirkan nasib makanan sisa. Samudra tanpa aba-aba meletakkan udang yang sudah dikupas kulitnya. Nami yang menerima perlakuan itu, sontak mengerjap.“Mas Dirga, nggak usah dikupasin. Saya bisa ngupas sendiri, kok.”Nami takut baper dan berakhir jatuh cinta nanti kal