Tanpa sepengetahuan Danu, dan lima asistennya Radisha menatap pada mereka yang sedang terlibat interaksi."Kalian kalah mau libur ya libur saja, tidak usah mengkhawatirkan saya," Radisha mengijinkan mereka untuk berlibur selama dua hari.Kini mereka semua beralih menatap pada Radisha yang terus berjalan menuruni tangga menghampiri mereka yang sedang mengobrol di ruangan makan."Kamu mau makan apa sayang?" tanya Danu pada suaminya. "Apa saja yang penting aku bisa menikmatinya bareng kamu," Radisha lantas duduk di samping suaminya."Gombal," ledek Danu terkekeh.Sontak Radisha menutup mulutnya sendiri, "Apa Gombal? Siapa yang ngegombal? orang aku biasa!" Radisha merenggut karena tidak rela jika dia di katai menggombal oleh suaminya."Lantas, kalau bukan gombal apa namanya?" "Merayu," seloroh Radisha kesal. Dan tak melanjutkan ucapannya lagi."Jangan marah Istriku, masa begitu saja kau marah sih. Aku hanya bercanda," rayu Danu terhadap Radisha, aga
Radisha sangat bingung karena ibu mertuanya memaksanya untuk ikut bersamanya. "Mama tidak mau masuk ke dalam dulu, kita mengobrol," Radisha mencoba bersikap ramah, walaupun dia tahu saat ini ibu mertuanya sedang tak ramah padanya."Sudah jangan banyak bicara, ayo masuk mobil!" perintah Natalie pada Radisha."Baik Ma," Radisha pun menuruti permintaan ibu mertuanya, ia lantas masuk ke dalam mobil ibu mertuanya itu.Setelah memastikan Radisha masuk ke dalam mobilnya. Natalie pun segera bergegas menuju pintu kemudi, dan menstater mobilnya pergi meninggalkan rumah megah itu bersama Radisha, menantunya.'Semoga Mama tidak berbuat yang aneh-aneh sama aku, Ya Tuhan lindungilah aku,' batin Radisha merasa ketakutan.Natalie tersenyum menyeringai menatap pada menantunya itu, "Kau kenapa Radisha, kenapa dengan wajahmu itu?" tanya Natalie di sela mengemudikan mobilnya.Radisha tersentak dari lamunannya ketika Natalie mengajaknya berbicara. "E
Natalie dengan Radisha pun akhirnya berbaikan setelah sekian lama mereka terlibat perang dingin gara-gara masalah kehamilan yang tak kunjung datang. "Mulai sekarang apapun yang kau lakukan Radisha, Mama tidak akan mencurigai kamu. Selama itu masih dalam keadaan normal dan masih memiliki batasan," ujar Natalie memeluk erat Radisha."Terima kasih Mama sudah mau percaya sama Radisha, maafkan Radisha juga ya Ma. Radisha juga sering membuat Mama marah, atau mungkin Radisha pernah bersikap kurang ajar sama Mama," "Enggak sayang itu bukan salah kamu, itu salah Mama yang keterlaluan sama kamu," Natalie tidak kuasa lagi menahan air matanya."Sttt ... Mama enggak Pantes menangis hanya karena Radisha Ma, seharusnya Radisha yang menangis karena Mama," Radisha berusaha menenangkan ibu mertuanya yang dilanda rasa penyesalan karena telah menuduhnya yang tidak-tidak.Dokter itu pun merasa terharu ketika melihat mereka berdua salin berpelukan. Baru kali ini dia m
Audrey menghempas tangan Danu, "Lepaskan aku Kak!" tukasnya."Mau sampai kapan kau selalu bersikap arogan seperti ini Audrey? Kau ini sudah Dewasa, dan seharusnya kau bersikap layaknya perempuan Dewasa yang bertanggung jawab untuk setiap perbuatannya!" Danu berbicara dengan bibir gemetar memperingatkan adiknya.Audrey menggeleng kepalanya tidak sedikitpun mendengarkan perkataan kakaknya. "Ngomong apa sih kamu Kak? Aku tetap akan bersikap seperti ini sampai kau sadar kalau Radisha tak pantas untukmu!" Danu semakin kesal pada adiknya yang selalu menyangkut pautkan istrinya dalam masalah mereka. Padahal, ini menyangkut pekerjaan bukan menyangkut Radisha."Kenapa kamu malah membahas Radisha?! Kakak sama sekali tidak menyinggung soal itu, yang kakak bahas saat ini adalah kinerja kamu yang buruk Audrey!" Dengan rahang menegas, dan suara lantangnya Danu murka pada adiknya.Audrey lantas menghampiri kakaknya kembali. "Memangnya pekerjaan ma
Danu terus memukul wajah pria yang saat ini berusaha menghancurkan hidup adiknya, dengan cara menjebak lewat sebuah perjanjian kontrak perusahaan."Pukul saja asalkan kau puas Danu ... aku tahu aku ini salah," ucap pria bernama Edwin itu.Edwin lantas tersenyum ketika dipukuli oleh Danu, bibirnya berdarah karena mendapatkan pukulan demi pukulan dari Danu."Kau rupanya malah menantangku Ha? Seharusnya aku melaporkan tindakan kurang ajarmu ini, dasar Pria tak berguna!" kesal Danu mencengkeram leher kemeja Edwin, dan membuatnya menatap pada wajahnya, dengan seketika Danu mengadukan kepalanya dengan kepala Edwin."ARGHHH!" rintih Edwin merasakan sakit di kepalanya.Melihat pengorbanan kakaknya yang begitu tulus, kini Audrey pun sangat merasa bersalah dia segera melerai pertengkaran kakaknya itu."Sudah cukup Kak ... tolong hentikan." Hadang Audrey. "Jangan kotori tanganmu Kak, aku mohon," lirih Audrey meminta Danu menghentikan serang
"Sudahlah kau tidak usah meminta maaf seperti ini, lagi pula kita tahu masalah di sana bukan di sengaja kan?" "Iya kau benar Radisha, kalau begitu aku pamit ya. Enggak enak jika Danu melihat aku di sini pasti dia akan salah paham," pamit Tifany pada Radisha.Radisha kembali menutup pintu rumahnya begitu Tifany telah pergi. Kemudian, Radisha segera menyiapkan berbagai bahan makanan yang akan dia masak untuk suaminya tercinta."Sepertinya memasak adalah cara terbaik untuk melepaskan kepenatan ini," gumam Radisha sambil menyiapkan bahan-bahan makanan.Dengan sangat senang Radisha melakukan aktifitasnya hari itu.Beberapa saat kemudian terdengar suar bel ditekan oleh seseorang, Radisha tahu kalau itu adalah suaminya."Itu pasti Danu," ucap Radisha lantas menghampiri pintu utama rumahnya."Selamat sore Istriku," Danu tersenyum pada istrinya, kemudian menghirup aroma kelezatan makanan."Wangi sekali makanannya, aku jadi lapar," ujarnya
"Tidaaaaaakkkkkkkk!" pekik Audrey ketika dia telah terbangun dari tidurnya.Audrey mengerjapkan kakinya bangkit dari atas tempat tidur membungkus tubuhnya yang polos dengan seprai. "Edwin! Buka pintunya! Kau masih di dalam kan?!" Audrey mengetuk-ngetuk pintu dengan rasa panik yang seketika membuatnya luruh."Edwin," lirih Audrey saat dia mengetahu kalau tidak ada satu orangpun di dalam kamar mandi itu.Audrey segera bangkit mengumpul tenaganya, dia pikir Edwin masih belum pergi jauh dari hotel itu. "Hartaku paling berharga, beraninya Pria itu merenggutnya!" Audrey terus berjalan menuju lobi hotel mencari Edwin ke segala arah, dan berusaha menghubunginya. Namun, satu hal yang dia harus terima kalau Edwin sudah pergi jauh darinya."Nona Anda harus membayar biaya reservasi hotel atas nama Anda, tolong segera ikut kami," seorang pegawai hotel itu meminta Audrey untuk melunasi biaya akomodasi hotel tersebut."Apa?" Audrey terbelalak ketika peg
"Bagaimana Nona? Apakah Keluarga Anda akan datang kemari?" 'Aishhhh sial! Kenapa Pegawai hotel ini bawel sekali!' umpatnya dalam hati."Tidak bisakah kau lihat kalau aku sedang berusaha menghubunginya! Bisa sabar kan?" Audrey malah membentak pekerja hotel itu.Pegawai hotel tersebut kembali berjalan menuju lobi untuk memanggil sekuriti agar menahan Audrey, lantaran dia khawatir jika Audrey ini hanya mencari alasan untuk tidak membayar sewa kamarnya."Nona sebentar ya saya akan segera kembali," perempuan pegawai hotel itu meminta ijin terhadap Audrey."Iya!" Audrey mempersilakan si mbak itu untuk pergi."Aishhhh!" desisnya kesal karena Danu tidak kunjung menerima panggilan darinya, "Enggak salah lagi nih, pasti Radisha sengaja meminta Kak Danu tidak mengangkat teleponnya!" tebak Audrey berprasangka buruh terhadap iparnya sendiri.Tidak berapa lama perempuan yang baru saja meminta ijin untuk pergi, kini kembali bersama se
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah