Natalie dengan Radisha pun akhirnya berbaikan setelah sekian lama mereka terlibat perang dingin gara-gara masalah kehamilan yang tak kunjung datang. "Mulai sekarang apapun yang kau lakukan Radisha, Mama tidak akan mencurigai kamu. Selama itu masih dalam keadaan normal dan masih memiliki batasan," ujar Natalie memeluk erat Radisha.
"Terima kasih Mama sudah mau percaya sama Radisha, maafkan Radisha juga ya Ma. Radisha juga sering membuat Mama marah, atau mungkin Radisha pernah bersikap kurang ajar sama Mama,""Enggak sayang itu bukan salah kamu, itu salah Mama yang keterlaluan sama kamu," Natalie tidak kuasa lagi menahan air matanya."Sttt ... Mama enggak Pantes menangis hanya karena Radisha Ma, seharusnya Radisha yang menangis karena Mama," Radisha berusaha menenangkan ibu mertuanya yang dilanda rasa penyesalan karena telah menuduhnya yang tidak-tidak.Dokter itu pun merasa terharu ketika melihat mereka berdua salin berpelukan. Baru kali ini dia mAudrey menghempas tangan Danu, "Lepaskan aku Kak!" tukasnya."Mau sampai kapan kau selalu bersikap arogan seperti ini Audrey? Kau ini sudah Dewasa, dan seharusnya kau bersikap layaknya perempuan Dewasa yang bertanggung jawab untuk setiap perbuatannya!" Danu berbicara dengan bibir gemetar memperingatkan adiknya.Audrey menggeleng kepalanya tidak sedikitpun mendengarkan perkataan kakaknya. "Ngomong apa sih kamu Kak? Aku tetap akan bersikap seperti ini sampai kau sadar kalau Radisha tak pantas untukmu!" Danu semakin kesal pada adiknya yang selalu menyangkut pautkan istrinya dalam masalah mereka. Padahal, ini menyangkut pekerjaan bukan menyangkut Radisha."Kenapa kamu malah membahas Radisha?! Kakak sama sekali tidak menyinggung soal itu, yang kakak bahas saat ini adalah kinerja kamu yang buruk Audrey!" Dengan rahang menegas, dan suara lantangnya Danu murka pada adiknya.Audrey lantas menghampiri kakaknya kembali. "Memangnya pekerjaan ma
Danu terus memukul wajah pria yang saat ini berusaha menghancurkan hidup adiknya, dengan cara menjebak lewat sebuah perjanjian kontrak perusahaan."Pukul saja asalkan kau puas Danu ... aku tahu aku ini salah," ucap pria bernama Edwin itu.Edwin lantas tersenyum ketika dipukuli oleh Danu, bibirnya berdarah karena mendapatkan pukulan demi pukulan dari Danu."Kau rupanya malah menantangku Ha? Seharusnya aku melaporkan tindakan kurang ajarmu ini, dasar Pria tak berguna!" kesal Danu mencengkeram leher kemeja Edwin, dan membuatnya menatap pada wajahnya, dengan seketika Danu mengadukan kepalanya dengan kepala Edwin."ARGHHH!" rintih Edwin merasakan sakit di kepalanya.Melihat pengorbanan kakaknya yang begitu tulus, kini Audrey pun sangat merasa bersalah dia segera melerai pertengkaran kakaknya itu."Sudah cukup Kak ... tolong hentikan." Hadang Audrey. "Jangan kotori tanganmu Kak, aku mohon," lirih Audrey meminta Danu menghentikan serang
"Sudahlah kau tidak usah meminta maaf seperti ini, lagi pula kita tahu masalah di sana bukan di sengaja kan?" "Iya kau benar Radisha, kalau begitu aku pamit ya. Enggak enak jika Danu melihat aku di sini pasti dia akan salah paham," pamit Tifany pada Radisha.Radisha kembali menutup pintu rumahnya begitu Tifany telah pergi. Kemudian, Radisha segera menyiapkan berbagai bahan makanan yang akan dia masak untuk suaminya tercinta."Sepertinya memasak adalah cara terbaik untuk melepaskan kepenatan ini," gumam Radisha sambil menyiapkan bahan-bahan makanan.Dengan sangat senang Radisha melakukan aktifitasnya hari itu.Beberapa saat kemudian terdengar suar bel ditekan oleh seseorang, Radisha tahu kalau itu adalah suaminya."Itu pasti Danu," ucap Radisha lantas menghampiri pintu utama rumahnya."Selamat sore Istriku," Danu tersenyum pada istrinya, kemudian menghirup aroma kelezatan makanan."Wangi sekali makanannya, aku jadi lapar," ujarnya
"Tidaaaaaakkkkkkkk!" pekik Audrey ketika dia telah terbangun dari tidurnya.Audrey mengerjapkan kakinya bangkit dari atas tempat tidur membungkus tubuhnya yang polos dengan seprai. "Edwin! Buka pintunya! Kau masih di dalam kan?!" Audrey mengetuk-ngetuk pintu dengan rasa panik yang seketika membuatnya luruh."Edwin," lirih Audrey saat dia mengetahu kalau tidak ada satu orangpun di dalam kamar mandi itu.Audrey segera bangkit mengumpul tenaganya, dia pikir Edwin masih belum pergi jauh dari hotel itu. "Hartaku paling berharga, beraninya Pria itu merenggutnya!" Audrey terus berjalan menuju lobi hotel mencari Edwin ke segala arah, dan berusaha menghubunginya. Namun, satu hal yang dia harus terima kalau Edwin sudah pergi jauh darinya."Nona Anda harus membayar biaya reservasi hotel atas nama Anda, tolong segera ikut kami," seorang pegawai hotel itu meminta Audrey untuk melunasi biaya akomodasi hotel tersebut."Apa?" Audrey terbelalak ketika peg
"Bagaimana Nona? Apakah Keluarga Anda akan datang kemari?" 'Aishhhh sial! Kenapa Pegawai hotel ini bawel sekali!' umpatnya dalam hati."Tidak bisakah kau lihat kalau aku sedang berusaha menghubunginya! Bisa sabar kan?" Audrey malah membentak pekerja hotel itu.Pegawai hotel tersebut kembali berjalan menuju lobi untuk memanggil sekuriti agar menahan Audrey, lantaran dia khawatir jika Audrey ini hanya mencari alasan untuk tidak membayar sewa kamarnya."Nona sebentar ya saya akan segera kembali," perempuan pegawai hotel itu meminta ijin terhadap Audrey."Iya!" Audrey mempersilakan si mbak itu untuk pergi."Aishhhh!" desisnya kesal karena Danu tidak kunjung menerima panggilan darinya, "Enggak salah lagi nih, pasti Radisha sengaja meminta Kak Danu tidak mengangkat teleponnya!" tebak Audrey berprasangka buruh terhadap iparnya sendiri.Tidak berapa lama perempuan yang baru saja meminta ijin untuk pergi, kini kembali bersama se
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil