Meeting itu tidak berlangsung lama, akhirnya menemukan titik saling menguntungkan dalam proses kerja sama.
"Baiklah saya setuju dengan kerja sama ini, semoga kita bisa memanfaatkan kerja sama ini dengan baik, dan tentunya saling menguntungkan." Edwin tersenyum seolah di dalam senyuman itu memiliki maksud terselubung.Perlahan ia bangkit, setelah menyalim tangan Tuan Naratama, dam Danu. "Oh ya, ke mana Putrimu itu, saya sangat menyukainya jika dia yang memimpin rapat. Lain kali tolong ajak dia," pinta Mr Edwin lantas bergegas.Danu tersenyum masam saat Edwin bertanya soal adiknya pada papanya."HUH! Apa maksudnya dia menanyakan Audrey," Danu berdecih.Sementara Tuan Naratama malah tersenyum, lantaran putrinya disukai oleh seorang CEO. "Bagus, ini adalah jalan untuk menuju kerja sama abadi," ujar Naratama merasa senang.Danu mengerutkan keningnya, "Apa maksudnya? Apa Papa akan menjodohkan Audrey dengan Pria yang tak seumur denganny"Aku tidak mencari alasan Drey, memang seperti inilah kenyataannya." Radisha berusaha membela dirinya saat iparnya berusaha memojokkan."Pintar ngeles ya kamu sekarang? Sudah semakin berani ya sama kita-kita, padahal dulu kamu itu sok polos, atau memang ini sifat aslimu?""Sudah cukup Drey ... kedatangan kita kemari bukan untuk ribut, kita akan meminta Radisha memeriksa dirinya ke Dokter. Masa iya sih sudah hampir dua tahun menikah belum juga memiliki keturunan." Natalie meminta Radisha untuk periksa kondisi kesehatannya. "Maksud Mama apa? Mama meragukan kalau Radisha tidak bisa mengandung 'iya?"Radisha menelan salivanya menatap pada ibu mertuanya, ia sama sekali tidak berpikiran sampai sejauh itu. Padahal siapa juga sih yang gak mau memiliki keturunan, apalagi Radisha kan takut di buang oleh suami kaya raya seperti Danu."Iya ... Mama memang ragu dengan kondisi kesehatan kamu, jangan-jangan kamu ini mandul?" Natalie tersenyum sinis di
Natalie mulai melangkahkan kakinya menyusul Radisha, dan Audrey yang sudah lebih dulu menuju parkiran mobil di halaman klinik dokter kandungan itu.Natali mulai membuka pintu dan duduk bersebelahan dengan Radisha, ada perasaan tidak enak hati saat ini pada menantunya itu. Sepanjang perjalanan pulang mereka tampak saling mendiamkan, Radisha enggak memulai obrolan lebih dulu. Karena dia takut salah paham dengan ibu mertuanya.Kurang lebih satu jam Audrey sampai di tempat tinggal Radisha, ia enggan masuk ke halaman rumah iparnya itu. "Kita sudah sampai ayo cepat kau turun!" perintah Audrey menyadarkan Radisha.Radisha lantas membuka pintu, dan berpamitan pada ibu mertuanya. "Radisha duluan ya Ma," ucap Radisha ramah, ia tersenyum pada ibu mertuanya itu."Ya," sahut Natalie dengan wajah terlihat canggung, atas apa yang telah dia lakukan pada menantunya itu.Audrey pun kembali menjalankan mobilnya, membelah jalanan kota sore itu. Sementara Rad
"Baiklah, saya ambil minumannya. Silakan kau pergi!" Radisha mengambil jus tersebut, tapi tidak langsung meminumnya."Syukurlah Nona mau menerima minuman ini," ucap Vina. Segera bergegas pergi dari kamar Radisha.Radisha buru-buru membuang jus itu menuangkannya ke atas wastafel. Dia curiga pada Vina, mana mungkin dia meminum jus yang diberikan oleh Vina."Kau pikir aku akan meminumnya," gumam Radisha meletakan gelas di atas nakas.Kemudian, Radisha kembali berbaring di atas tempat tidur. Rasa bosan dan kesepian kini menghantui hidupnya."Huh! Menyebalkan," gumamnya sambil menatap layar ponselnya, dan membuka sosial media.Radisha tercengang setelah mengetahui kalau banyak komentar negatif pada dirinya, dengan postingan video mesra yang pernah dia lakukan bersama suaminya."Kenapa Video ini masih saja ada di beranda, milik siapa sebenarnya akun ini?" Radisha kesal pada orang yang telah memposting seputar kehidupannya.
"Aku berbicara seperti itu sama sekali tidak memiliki maksud untuk merebut Danu dari kamu ya 'Ra! Aku hanya menyesalkan aku yang dahulu saja, kau jangan berprasangka buruh padaku soal ucapan itu," ralatnya berusaha meyakinkan Radisha.Sementara di arah lain Vina sedang menatap keberadaan Radisha, dan Tifany yang sedang terlibat interaksi di ruangan tamu."Dasar Perempuan ular, berani sekali dia berkunjung ke Rumah ini," gumam Vina berkata kasar dengan tatapan tak beralih dari mereka berdua.Sekilas Tifany menoleh pada Vina, ia sadar sejak tadi dia terus di pantau oleh asisten Radisha.'Oh ... jadi itu asistenya Radisha,' katanya dalam hati, kemudian mengitarkan pandangannya ke sekeliling, 'Di mana asisten yang lainnya?' "EKHEM!" Radisha berdeham mengalihkan perhatian Tifany. "Kamu kenapa Ti, itu asistenku di Rumah. Mereka sengaja di sewa oleh Danu.Katanya sih untuk menemaniku di Rumah." "Baik sekali ya Danu, duh ... kamu itu be
Tifany teramat kesal pada asisten Radisha yang bernama Vina, karena telah sengaja menumpahkan minuman kepada dirinya. Ia lantas bergegas mengganti pakaiannya di kamar mandi.Sementara Radisha masih menunggu Tifany di ruangan keluarga. Radisha masih menggeleng kepalanya, karena tidak tahan ingin tertawa ketika Tifany terkena tumpahan teh oleh Vina. "Astaga Tifany-Tifany ... baru terkena tumpahan teh saja kau sudah seperti itu marahnya, apalagi kalau Vina menumpahkan lebih banyak air padamu. Pasti kau akan memperkarakan semua ini ke jalur polisi," gumamnya terkekeh.Setelah selesai mengganti pakaiannya Tifany lantas bergegas menghampiri Radisha lagi di ruangan tamu. "Radisha, aku jenuh sekali berada di Rumahmu terus, kita jalan keluar yuk! Apa kau mau?" tanyanya menawarkan Radisha untuk jalan bersamanya."Memangnya kita akan jalan ke mana?" Radisha mengalihkan pandangan pada Tifany."Ke mana saja ke Mall juga bisa, aku mau menunjukkan koleksi perhiasan baru l
Kurang lebih memakan waktu perjalanan sekitar setengah jam, mereka memarkirkan mobilnya di halaman sebuah gedung tampak terlihat megah dan di hiasi kelap kelip lampu, sementara di arah lain terlihat para tamu high clash, berpakaian serba mahal dengan outpit yang sudah dapat dipastikan seharga miliaran."Ayo Ra kita samperin teman-teman aku," ajak Tifany pada Radisha."Iya," Radisha terlihat gugup, karena dia tidak biasa datang ke acara-acara pesta seperti ini. Tempat ramai seperti ini tidak cocok untuk orang introvert seperti Radisha. Berbeda dengan Tifany yang seorang Ekstrovert. "Halo semuanya!" Tifany berseru menyapa semua temannya yang ada di sana. Semua orang pun kini menatap pada Tifany yang datang bersama Radisha.Tiba-tiba saja mereka menghampiri Tifany, mereka menyambut hangat kedatangan Tifany sementara Radisha tersisih, dan di lupakan begitu saja oleh mereka semua."AKHHH!" Radisha meringis ketika orang-orang datang
Danu menggebrak meja setelah dia melihat foto Radisha bersama seorang pria yang cukup dia kenal berada seperti di sebuah pesta. Danu merasa cemburu, marah dan campur aduk, darahnya terasa mendidih karena mengetahui miliknya bersama pria lain.Danu lantas menelepon kepada asisten yang sudah dapat dipastikan saat ini bersama dengan Radisha di sebuah pesta itu.'Halo Vina, kau di mana sekarang?!' suara Danu terdengar serak, dan kasar di telinga Vina.'Saya di Rumah Tuan, memangnya ada apa ya? Kenapa Anda menelpon saya?' Vina balik bertanya terhadap Danu.'Kamu tahukan kalau kau bekerja saya bayar, begitu juga dengan Teman-temanmu, tapi kenapa kau tidak mengawasi Radisha dengan baik, atau sekedar melindunginya, kalian malah di Rumah, sementara Radisha sedang berada di sebuah pesta. Apa kau tahu bersama siapa dia pergi?!' Danu menyentak Vina, berusaha memperingatkannya.'Iya Tuan, kami bekerja dibayar oleh Anda. Dan kami minta maaf jika telah mengecewakan Anda, belia
"50juta bagimu tidak terlalu besar bukan? Kalau kau tidak mampu membayar maka jangan harap kau bisa menikmati tarianku!" tegas Vina menuntut bayaran sebesar itu. Padahal, hanya menari saja dengan pria itu.Awalnya pria itu terlihat tak sanggup saat mendengar bayaran yang diminta oleh Vina, tapi setelah pria itu menatap Vina dari ujung kaki hingga ujung kepalanya, ia pun mau memberikan bayaran semahal itu pada Vina.'Gadis bodoh kau pikir aku akan mudah di bohongi olehmu, lihat saja aku akan meminta lebih. Rugi sekali jika aku hanya mendapatkan tarianmu!' ucap pria hidung belang itu menatapnya dengan tatapan licik."Baiklah, ketikan saja nomor rekeningmu Nona," pria itu menyodorkan ponselnya meminta Vina mengetikan nomor rekening."Dengan senang hati Tuan," Vina pun mengambil alih ponsel pria tersebut.Setelah itu mereka pun menari bersama, di tengah musik disc jockey yang terus mendengung. Dengan tarian panasnya Vina berusaha me