"50juta bagimu tidak terlalu besar bukan? Kalau kau tidak mampu membayar maka jangan harap kau bisa menikmati tarianku!" tegas Vina menuntut bayaran sebesar itu. Padahal, hanya menari saja dengan pria itu.
Awalnya pria itu terlihat tak sanggup saat mendengar bayaran yang diminta oleh Vina, tapi setelah pria itu menatap Vina dari ujung kaki hingga ujung kepalanya, ia pun mau memberikan bayaran semahal itu pada Vina.'Gadis bodoh kau pikir aku akan mudah di bohongi olehmu, lihat saja aku akan meminta lebih. Rugi sekali jika aku hanya mendapatkan tarianmu!' ucap pria hidung belang itu menatapnya dengan tatapan licik."Baiklah, ketikan saja nomor rekeningmu Nona," pria itu menyodorkan ponselnya meminta Vina mengetikan nomor rekening."Dengan senang hati Tuan," Vina pun mengambil alih ponsel pria tersebut.Setelah itu mereka pun menari bersama, di tengah musik disc jockey yang terus mendengung.Dengan tarian panasnya Vina berusaha meTifany masih merasa bingung pada semua orang yang terus menatapnya dengan remeh, dan juga orang-orang itu terus mencibirnya."HEY! Ada apa dengan kalian? Apa ada yang salah dengan penampilanku saat ini?" Tifany menatap pada satu-persatu orang yang ada di pesta itu."Bukan dandananmu yang aneh Tifany. Tapi, kami selama ini telah tertipu dengan sikapmu yang nampak baik, dan begitu sempurna bagi kami. Tapi, tenyata kau hanya berkamuflase."Orang-orang yang berteman baik dengannya pun kini marah atas sikap baik Tifany yang ternyata palsu ini."Aku sangat haus, kenapa kalian malah seperti ini padaku?" Tifany menenggak segelas air minum untuk menetralkan pikirannya."Halah! Sudahlah jangan berpura-pura Tifany, kami tidak akan lagi termakan oleh tipu dayamu!" ucap seorang yang selama ini dekat dengannya itu.Tifany masih heran dengan sikap mereka yang tiba-tiba saja berubah, dan terlihat seperti memusuhinya. Sejenak Tifany berusaha mene
Malam semakin larut dengan angin yang terus berembus kencang terasa dingin menelisik menembus tubuhnya. Tifany mendesah pelan membayangkan beratnya rasa malu yang harus ditanggungnya setelah keburukannya terbongkar publik."ARGHHH!" teriaknya histeris dia tidak terima dengan perlakuan orang-orang terhadapnya.Tifany mencoba membuka ponsel memutar ulang Videonya yang Viral di kalangan netizen. Dia meringis ketika melihat komentar negatif yang mencaci bahkan menuduhnya kalau selama ini telah melakukan pencitraan.Tifany mengetik di kolom komentar berusaha membela dirinya. Dia memarahi setiap orang yang telah mengomentari perbuatannya selama ini.Namun, tetap saja semua itu tidak bisa mengubah keadaan dia tetap di pandang buruk oleh semua orang. Komentar menyakitkan itu terus saja berdatangan menunjuk dirinya."Aishhhh!" Tifany menggeleng kepalanya, "Aku bisa gila bila terus menyaksikan semua ini." Tifany segera menutup l
"Kamu salah paham Radisha, maksud aku tidak seperti itu," Danu mengejar Radisha, dan memberikan pengertian pada istrinya kalau dia telah salah paham dengan ucapannya.Radisha duduk di sofa ruang makan dia menangis sejadi-jadinya, tidak kuasa menahan kesedihannya saat ini, ia terisak dalam tangisnya duduk di ruangan keluarga menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Kenapa semua ini harus terjadi, padahal aku sama sekali tidak ingin semua berakhir seperti ini," lirihnya dengan buliran air mata terus menetes."Aku sama sekali tidak ingin seperti ini Radisha, tapi keadaan yang memaksa kita melakukan semua ini. Aku tidak ingin berpisah denganmu kamu harus yakin itu, itu hanya ketakutan kamu saja," Danu merasa bersalah pada Radisha karena telah berbicara kasar terhadap istrinya.Danu meraih tangan Radisha, dan menciumi tangan itu. "Aku mohon maafkan aku," ucap Danu meminta maaf pada Radisha."Sebelum kau meminta maaf padaku, aku sudah memaafkanmu Danu ... akupun
Tanpa sepengetahuan Danu, dan lima asistennya Radisha menatap pada mereka yang sedang terlibat interaksi."Kalian kalah mau libur ya libur saja, tidak usah mengkhawatirkan saya," Radisha mengijinkan mereka untuk berlibur selama dua hari.Kini mereka semua beralih menatap pada Radisha yang terus berjalan menuruni tangga menghampiri mereka yang sedang mengobrol di ruangan makan."Kamu mau makan apa sayang?" tanya Danu pada suaminya. "Apa saja yang penting aku bisa menikmatinya bareng kamu," Radisha lantas duduk di samping suaminya."Gombal," ledek Danu terkekeh.Sontak Radisha menutup mulutnya sendiri, "Apa Gombal? Siapa yang ngegombal? orang aku biasa!" Radisha merenggut karena tidak rela jika dia di katai menggombal oleh suaminya."Lantas, kalau bukan gombal apa namanya?" "Merayu," seloroh Radisha kesal. Dan tak melanjutkan ucapannya lagi."Jangan marah Istriku, masa begitu saja kau marah sih. Aku hanya bercanda," rayu Danu terhadap Radisha, aga
Radisha sangat bingung karena ibu mertuanya memaksanya untuk ikut bersamanya. "Mama tidak mau masuk ke dalam dulu, kita mengobrol," Radisha mencoba bersikap ramah, walaupun dia tahu saat ini ibu mertuanya sedang tak ramah padanya."Sudah jangan banyak bicara, ayo masuk mobil!" perintah Natalie pada Radisha."Baik Ma," Radisha pun menuruti permintaan ibu mertuanya, ia lantas masuk ke dalam mobil ibu mertuanya itu.Setelah memastikan Radisha masuk ke dalam mobilnya. Natalie pun segera bergegas menuju pintu kemudi, dan menstater mobilnya pergi meninggalkan rumah megah itu bersama Radisha, menantunya.'Semoga Mama tidak berbuat yang aneh-aneh sama aku, Ya Tuhan lindungilah aku,' batin Radisha merasa ketakutan.Natalie tersenyum menyeringai menatap pada menantunya itu, "Kau kenapa Radisha, kenapa dengan wajahmu itu?" tanya Natalie di sela mengemudikan mobilnya.Radisha tersentak dari lamunannya ketika Natalie mengajaknya berbicara. "E
Natalie dengan Radisha pun akhirnya berbaikan setelah sekian lama mereka terlibat perang dingin gara-gara masalah kehamilan yang tak kunjung datang. "Mulai sekarang apapun yang kau lakukan Radisha, Mama tidak akan mencurigai kamu. Selama itu masih dalam keadaan normal dan masih memiliki batasan," ujar Natalie memeluk erat Radisha."Terima kasih Mama sudah mau percaya sama Radisha, maafkan Radisha juga ya Ma. Radisha juga sering membuat Mama marah, atau mungkin Radisha pernah bersikap kurang ajar sama Mama," "Enggak sayang itu bukan salah kamu, itu salah Mama yang keterlaluan sama kamu," Natalie tidak kuasa lagi menahan air matanya."Sttt ... Mama enggak Pantes menangis hanya karena Radisha Ma, seharusnya Radisha yang menangis karena Mama," Radisha berusaha menenangkan ibu mertuanya yang dilanda rasa penyesalan karena telah menuduhnya yang tidak-tidak.Dokter itu pun merasa terharu ketika melihat mereka berdua salin berpelukan. Baru kali ini dia m
Audrey menghempas tangan Danu, "Lepaskan aku Kak!" tukasnya."Mau sampai kapan kau selalu bersikap arogan seperti ini Audrey? Kau ini sudah Dewasa, dan seharusnya kau bersikap layaknya perempuan Dewasa yang bertanggung jawab untuk setiap perbuatannya!" Danu berbicara dengan bibir gemetar memperingatkan adiknya.Audrey menggeleng kepalanya tidak sedikitpun mendengarkan perkataan kakaknya. "Ngomong apa sih kamu Kak? Aku tetap akan bersikap seperti ini sampai kau sadar kalau Radisha tak pantas untukmu!" Danu semakin kesal pada adiknya yang selalu menyangkut pautkan istrinya dalam masalah mereka. Padahal, ini menyangkut pekerjaan bukan menyangkut Radisha."Kenapa kamu malah membahas Radisha?! Kakak sama sekali tidak menyinggung soal itu, yang kakak bahas saat ini adalah kinerja kamu yang buruk Audrey!" Dengan rahang menegas, dan suara lantangnya Danu murka pada adiknya.Audrey lantas menghampiri kakaknya kembali. "Memangnya pekerjaan ma
Danu terus memukul wajah pria yang saat ini berusaha menghancurkan hidup adiknya, dengan cara menjebak lewat sebuah perjanjian kontrak perusahaan."Pukul saja asalkan kau puas Danu ... aku tahu aku ini salah," ucap pria bernama Edwin itu.Edwin lantas tersenyum ketika dipukuli oleh Danu, bibirnya berdarah karena mendapatkan pukulan demi pukulan dari Danu."Kau rupanya malah menantangku Ha? Seharusnya aku melaporkan tindakan kurang ajarmu ini, dasar Pria tak berguna!" kesal Danu mencengkeram leher kemeja Edwin, dan membuatnya menatap pada wajahnya, dengan seketika Danu mengadukan kepalanya dengan kepala Edwin."ARGHHH!" rintih Edwin merasakan sakit di kepalanya.Melihat pengorbanan kakaknya yang begitu tulus, kini Audrey pun sangat merasa bersalah dia segera melerai pertengkaran kakaknya itu."Sudah cukup Kak ... tolong hentikan." Hadang Audrey. "Jangan kotori tanganmu Kak, aku mohon," lirih Audrey meminta Danu menghentikan serang