Sementara Ibu Prasasti terduduk, dia merasa bersalah karena telah mengacaukan hari pernikahan putrinya.
"Untuk sekali lagi Ibu minta maaf padamu," Prasasti menggenggam erat tangan Radisha."Ini bukan salah Ibu, seharusnya Ibu tidak perlu meminta maaf seperti ini!" ucap Radisha masih dengan perasaan sedih."Benar yang di katakan Radisha Bu, ini bukan salah Ibu!" ujar Danu menenangkan ibu Prasasti.Kemudian Danu meminta pada ibu mertuanya untuk segera beristirahat. "Ayo Bu ... kita antarkan Ibu ke kamar, pasti Ibu merasa lelahkan?""Iya Bu, ayo Ibu Istirahat! Lagi pula ini sudah hampir sore, Ibu pasti lelahkan?"Prasasti pun mengangguk, mengikuti saran dari putrinya, dan menantunya itu.Sedangkan Natalie, dengan Naratama kini sedang berdebat di dalam kamarnya mereka terus membahas soal masa lalu, lantaran Naratama pernah menjalin pernikahan dengan Prasasti sayangnya mereka tidak mendapatkan keturunan."Aku tahu ma"Kamu jangan bodoh! Mama tidak akan pernah memisahkan mereka!" Natalie kembali menekankan pada putrinya jika dia tidak akan memisahkan Danu dengan Radisha.Sudah senang dengan sikap ibunya, yang tidak lagi memperlakukan Radisha dengan spesial. Namun, Audrey masih belum bisa membuat ibunya memisahkan Radisha dari Danu.'Sial! Ku kira Mama berubah menentang hubungan mereka, tapi ternyata tetap saja Mama membuat mereka bersama!' kesalnya membatin."Kenapa kau malah bengong, kamu tidak menyangka ya?" ucap Natalie.Seketika lamunan Audrey pun buyar saat itu juga."HUH!" Audrey mendesah. Dia kembali ke kamarnya untuk mengatur siasat memisahkan kakaknya dengan gadis desa menurutnya sangat tidak level jika bersanding dengan Danu.Setelah Audrey kembali ke kamarnya, Natalie pun menghampiri kamar putranya, dia berusaha memastikan kalau mereka sedang berada di kamarnya."Bagus, tampaknya ini kesempatan bagus untuk mengusir Prasasti
Pagi yang indah dengan semilir angin berembus meniup gorden kamar sepasang pengantin baru. Perlahan sang mentari menyorotkan sinarnya memasuki tiap celah jendela kamar itu. Sementara dua insan yang saling mencinta itu masih betah berada di atas tempat tidurnya.Kasurnya yang empuk semakin menambah lelapnya tidur mereka, perlahan sinar itu masuk lewat celah jendela menyapa wajah kedua insan itu.Perlahan Radisha membuka matanya, dan menatap pada wajah pria yang masih betah memejamkan matanya itu.Dengan lembut ia membelai pipi tampan pria yang telah sah menjadi suaminya. "Suamiku apa kau tidak mau bangun, ini sudah siang." bisik Radisha ditelinga mungil dengan rahang wajah yang tegas itu.Danu masih betah memejamkan matanya, meskipun dia mendengar suara lembut di sampingnya membangunkannya.Ternyata Danu hanya berpura-pura memejamkan matanya. Padahal dia sudah bangun sebelum Radisha. Danu berharap Radisha akan menciumnya saat dia masih lel
Saat Danu dengan santainya bergumam, Radisha berdecak heran menatapnya. Radisha pun kembali mengalihkan perhatiannya. "Kamu kenapa Suamiku?" tanya Radisha.Seketika lamunan Danu buyar ketika Radisha bertanya padanya. "Iya ... apanya yang kenapa?""Kamu kenapa marah sama aku?" Radisha sedikit meninggikan volume suaranya.Dengan gugup Danu menimpali pertanyaan Radisha. "Hah ... marah? Enggak Istriku, mana mungkin aku marah sama kamu," "Em ... syukurlah kalau begitu, aku kira kau marah padaku Suami," ucap Radisha di sela mengunyah makanan pagi itu.Pada akhirnya mereka menyelesaikan sarapannya di pagi itu. "Aku tunggu kamu di mobil ya," ucap Radisha mengambilnya tisu dari meja makan.Danu pun hanya mengangguk kepalanya. Pagi itu Danu mengajak Radisha ke suatu tempat yang pernah mereka datangi sebelumnya.Tiba-tiba saja Audrey segera menghampiri kakaknya. Setelah Radisha telah ke mobil lebih dulu."Mau ke mana sepa
"Maaf Nona, pihak saya tidak bisa memberitahu Anda, karena saya hanya mengelola bukan bertugas untuk menerima pembayaran!" ucap seorang pria yang mengelola gedung tersebut.Radisha menggembungkan pipinya. "Ya sudah deh kalau begitu," ucap Radisha malas."Sudahlah Istriku, kau tidak perlu repot-repot ingin mengetahui berapa banyak biaya itu, kamu jangan khawatir ya, yang penting kamu merasa senang dengan acara ini nantinya!" ujar Danu berusaha menenangkan sang istri."Baiklah, kalau begitu aku tidak mau tahu lagi!""Untuk itu kita harus segera pergi dari sini ya, aku ingin membawa kamu ke suatu tempat lagi!" ajak Danu masih merahasiakan tempat yang akan menjadi tujuannya.Pada saat Danu berjalan, tiba-tiba saja dari kejauhan terlihat Tifany sedang mengawasi keberadaan mereka berdua.Tifany mengikuti mobil yang di kendarakan oleh Danu, sampai pada akhirnya Danu menepikan mobilnya di sebuah mall yang berada di kota itu. "Kenapa kita
Danu dengan Radisha terlihat keluar dari dalam bangunan megah pusat perbelanjaan di kota Jakarta. Mereka saling bergandengan tangan sampai masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan mal itu. "Aku senang sekali hari ini," ucap Radisha menyandarkan kepalanya di pundak Danu."Ya memang itu yang aku inginkan, aku ingin selalu melihat Istriku ini merasa senang sepanjang hari," Danu mengusap kepala Radisha, dan terus melangkahkan kakinya.Kini Radisha sangat bersyukur perjuangannya selama ini tidak sia-sia, dia telah bahagia menikahi pria yang teramat sangat mencintainya. "Apa kau ingin langsung pulang? Apa tidak ingin ke tempat lain?" tanya Danu menawarkan pada Radisha."Memangnya setelah ini kita akan ke mana lagi?" "Ke pantai, itu pun kalau kau mau," ucap Danu penuh harap."Memangnya kau tidak lelah terus melakukan kejutan, demi kejutan untukku?" "Tentu saja tidak, sudah aku bilang aku bahagia bila melihat kau sebahagia ini!" tu
Suara Natalie terdengar sangat serius ditelinga Audrey. Seketika Audrey menghentikan langkahnya, dan kembali menoleh pada ibunya."Memangnya apa yang ingin Mama bicarakan lagi denganku Ma?" sahut Audrey menelan salivanya, dia terlihat sangat gugup ketika menatap wajah ibunya."Kau sedang membuat rencana dengan siapa?" tanya Natalie penuh selidik."Hah ... rencana apa? Mama ini ada-ada saja. Mana mungkin saya merencanakan sesuatu yang buruk," terangnya menjelaskan."Kamu jangan berbohong?" Natalie terus menatapnya."Ya ... saya tidak berbohong! Memangnya kenapa?" "Awas kamu kalau berbohong!" ucap Natalie tegas, dan segera berjalan pergi.Audrey masih berdiri di sana, masih menatap pada langkah ibunya yang perlahan menjauh darinya."HUH! Untung saja aku bisa meyakinkan Mama," gumam Audrey menghela nafasnya.Audrey segera berjalan menuju ruangan kerjanya. Kini Audrey telah sampai di dalam ruang kerja, dan
Sore itu Radisha dengan Danu membawa banyak kantung makanan, mereka sengaja membeli banyak makanan untuk di bagikan ke setiap panti asuhan. "Semoga Anak-anak panti suka dengan makanannya ya Suamiku?""Aku jamin mereka akan menyukainya Istriku, kamu jangan khawatir," ucap Danu mengelus punggung tangan Radisha lembut.Kemudian, Danu menstater mobilnya berjalan dengan santai keluar dari kawasan Ancol Jakarta Utara.Danu hanya tersenyum ketika melihat wajah istrinya yang begitu menggemaskan, wajah cantik itu terlihat berkilau ketika sang mentari menyorot dari barat memantulkan cahayanya lewat kaca mobil depannya."Apa panti asuhannya masih jauh Suamiku?" tanya Radisha tak sabar."Sebentar lagi kita sampai! Kenapa Hem ... kamu sudah tidak sabar ya?" tanya Danu di sela mengemudikan mobilnya."Iya ... kebetulan aku sudah enggak sabar ingin melihat wajah-wajah bahagia dari Anak-anak panti!" balas Radisha menimpali suaminya."Ten
"Apa kau senang dengan aktivitas hari ini Hem?"Danu baru saja keluar dari mobil, dan menanyakan pada Radisha soal aktivitasnya hari ini."Tentu saja aku senang Suamiku! Selain menikmati waktu bersama denganmu aku juga bisa berbagi dengan Orang lain, nikmat mana lagi yang kudustakan,"Danu tersenyum dia kagum dengan pribadi istrinya. 'Aku beruntung sekali memiliki Istri sepertimu Radisha,' batin Danu tersenyum."Kamu kenapa senyum-senyum seperti itu?" Radisha membuyarkan lamunannya."Em ... enggak! Aku hanya tersenyum apa tidak boleh?" "Tentu saja boleh, aku tidak melarang untuk hal itu,eh iya ... ini sudah hampir malam, lebih baik kita masuk Rumah," "Iya, kamu benar!" timpal Danu melangkahkan kakinya perlahan masuk ke dalam rumah dengan tangan menggandeng Radisha.Sementara, Natalie dengan yang lain telah menunggu kedatangan mereka berdua. Suasana canggung di meja makan begitu kentara di rasakan oleh Prasasti
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah