Pagi yang indah dengan semilir angin berembus meniup gorden kamar sepasang pengantin baru. Perlahan sang mentari menyorotkan sinarnya memasuki tiap celah jendela kamar itu. Sementara dua insan yang saling mencinta itu masih betah berada di atas tempat tidurnya.
Kasurnya yang empuk semakin menambah lelapnya tidur mereka, perlahan sinar itu masuk lewat celah jendela menyapa wajah kedua insan itu.Perlahan Radisha membuka matanya, dan menatap pada wajah pria yang masih betah memejamkan matanya itu.Dengan lembut ia membelai pipi tampan pria yang telah sah menjadi suaminya. "Suamiku apa kau tidak mau bangun, ini sudah siang." bisik Radisha ditelinga mungil dengan rahang wajah yang tegas itu.Danu masih betah memejamkan matanya, meskipun dia mendengar suara lembut di sampingnya membangunkannya.Ternyata Danu hanya berpura-pura memejamkan matanya. Padahal dia sudah bangun sebelum Radisha. Danu berharap Radisha akan menciumnya saat dia masih lelSaat Danu dengan santainya bergumam, Radisha berdecak heran menatapnya. Radisha pun kembali mengalihkan perhatiannya. "Kamu kenapa Suamiku?" tanya Radisha.Seketika lamunan Danu buyar ketika Radisha bertanya padanya. "Iya ... apanya yang kenapa?""Kamu kenapa marah sama aku?" Radisha sedikit meninggikan volume suaranya.Dengan gugup Danu menimpali pertanyaan Radisha. "Hah ... marah? Enggak Istriku, mana mungkin aku marah sama kamu," "Em ... syukurlah kalau begitu, aku kira kau marah padaku Suami," ucap Radisha di sela mengunyah makanan pagi itu.Pada akhirnya mereka menyelesaikan sarapannya di pagi itu. "Aku tunggu kamu di mobil ya," ucap Radisha mengambilnya tisu dari meja makan.Danu pun hanya mengangguk kepalanya. Pagi itu Danu mengajak Radisha ke suatu tempat yang pernah mereka datangi sebelumnya.Tiba-tiba saja Audrey segera menghampiri kakaknya. Setelah Radisha telah ke mobil lebih dulu."Mau ke mana sepa
"Maaf Nona, pihak saya tidak bisa memberitahu Anda, karena saya hanya mengelola bukan bertugas untuk menerima pembayaran!" ucap seorang pria yang mengelola gedung tersebut.Radisha menggembungkan pipinya. "Ya sudah deh kalau begitu," ucap Radisha malas."Sudahlah Istriku, kau tidak perlu repot-repot ingin mengetahui berapa banyak biaya itu, kamu jangan khawatir ya, yang penting kamu merasa senang dengan acara ini nantinya!" ujar Danu berusaha menenangkan sang istri."Baiklah, kalau begitu aku tidak mau tahu lagi!""Untuk itu kita harus segera pergi dari sini ya, aku ingin membawa kamu ke suatu tempat lagi!" ajak Danu masih merahasiakan tempat yang akan menjadi tujuannya.Pada saat Danu berjalan, tiba-tiba saja dari kejauhan terlihat Tifany sedang mengawasi keberadaan mereka berdua.Tifany mengikuti mobil yang di kendarakan oleh Danu, sampai pada akhirnya Danu menepikan mobilnya di sebuah mall yang berada di kota itu. "Kenapa kita
Danu dengan Radisha terlihat keluar dari dalam bangunan megah pusat perbelanjaan di kota Jakarta. Mereka saling bergandengan tangan sampai masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan mal itu. "Aku senang sekali hari ini," ucap Radisha menyandarkan kepalanya di pundak Danu."Ya memang itu yang aku inginkan, aku ingin selalu melihat Istriku ini merasa senang sepanjang hari," Danu mengusap kepala Radisha, dan terus melangkahkan kakinya.Kini Radisha sangat bersyukur perjuangannya selama ini tidak sia-sia, dia telah bahagia menikahi pria yang teramat sangat mencintainya. "Apa kau ingin langsung pulang? Apa tidak ingin ke tempat lain?" tanya Danu menawarkan pada Radisha."Memangnya setelah ini kita akan ke mana lagi?" "Ke pantai, itu pun kalau kau mau," ucap Danu penuh harap."Memangnya kau tidak lelah terus melakukan kejutan, demi kejutan untukku?" "Tentu saja tidak, sudah aku bilang aku bahagia bila melihat kau sebahagia ini!" tu
Suara Natalie terdengar sangat serius ditelinga Audrey. Seketika Audrey menghentikan langkahnya, dan kembali menoleh pada ibunya."Memangnya apa yang ingin Mama bicarakan lagi denganku Ma?" sahut Audrey menelan salivanya, dia terlihat sangat gugup ketika menatap wajah ibunya."Kau sedang membuat rencana dengan siapa?" tanya Natalie penuh selidik."Hah ... rencana apa? Mama ini ada-ada saja. Mana mungkin saya merencanakan sesuatu yang buruk," terangnya menjelaskan."Kamu jangan berbohong?" Natalie terus menatapnya."Ya ... saya tidak berbohong! Memangnya kenapa?" "Awas kamu kalau berbohong!" ucap Natalie tegas, dan segera berjalan pergi.Audrey masih berdiri di sana, masih menatap pada langkah ibunya yang perlahan menjauh darinya."HUH! Untung saja aku bisa meyakinkan Mama," gumam Audrey menghela nafasnya.Audrey segera berjalan menuju ruangan kerjanya. Kini Audrey telah sampai di dalam ruang kerja, dan
Sore itu Radisha dengan Danu membawa banyak kantung makanan, mereka sengaja membeli banyak makanan untuk di bagikan ke setiap panti asuhan. "Semoga Anak-anak panti suka dengan makanannya ya Suamiku?""Aku jamin mereka akan menyukainya Istriku, kamu jangan khawatir," ucap Danu mengelus punggung tangan Radisha lembut.Kemudian, Danu menstater mobilnya berjalan dengan santai keluar dari kawasan Ancol Jakarta Utara.Danu hanya tersenyum ketika melihat wajah istrinya yang begitu menggemaskan, wajah cantik itu terlihat berkilau ketika sang mentari menyorot dari barat memantulkan cahayanya lewat kaca mobil depannya."Apa panti asuhannya masih jauh Suamiku?" tanya Radisha tak sabar."Sebentar lagi kita sampai! Kenapa Hem ... kamu sudah tidak sabar ya?" tanya Danu di sela mengemudikan mobilnya."Iya ... kebetulan aku sudah enggak sabar ingin melihat wajah-wajah bahagia dari Anak-anak panti!" balas Radisha menimpali suaminya."Ten
"Apa kau senang dengan aktivitas hari ini Hem?"Danu baru saja keluar dari mobil, dan menanyakan pada Radisha soal aktivitasnya hari ini."Tentu saja aku senang Suamiku! Selain menikmati waktu bersama denganmu aku juga bisa berbagi dengan Orang lain, nikmat mana lagi yang kudustakan,"Danu tersenyum dia kagum dengan pribadi istrinya. 'Aku beruntung sekali memiliki Istri sepertimu Radisha,' batin Danu tersenyum."Kamu kenapa senyum-senyum seperti itu?" Radisha membuyarkan lamunannya."Em ... enggak! Aku hanya tersenyum apa tidak boleh?" "Tentu saja boleh, aku tidak melarang untuk hal itu,eh iya ... ini sudah hampir malam, lebih baik kita masuk Rumah," "Iya, kamu benar!" timpal Danu melangkahkan kakinya perlahan masuk ke dalam rumah dengan tangan menggandeng Radisha.Sementara, Natalie dengan yang lain telah menunggu kedatangan mereka berdua. Suasana canggung di meja makan begitu kentara di rasakan oleh Prasasti
Perlahan Audrey bangkit dari tempat duduknya, ia kesal karena mereka terus saja ribut di sana."Apa aku tidak bisa makan dengan tenang? Kenapa kalian terus saja ribut di sini, Ini meja makan bukan tempat ribut!" tukas Audrey dengan kesal meninggalkan meja makan itu."Lebih baik aku juga pergi, tidak sudi aku satu meja dengan ...," seketika Natalie menelan kembali ucapannya."Cukup Ma!" bentak Naratama murka terhadap sikap istrinya kian hari semakin menjadi-jadi. "Tidak bisakah kau bersikap tenang?" tegasnya menatap tajam pada istrinya."Cukup ya Pah! Kau tidak usah menasihatiku, percuma aku tidak akan mendengarkanmu!" ketusnya dan perlahan melangkahkan kakinya, meninggalkan meja makan.Prasasti merasa tidak enak hati lantaran keberadaannya di rumah ini, mereka terus saja cekcok sehingga ketakutan Prasasti akan menghancurkan hubungan di antara mereka."Kalau begitu Ibu juga mau ke kamar ya, Ibu sudah kenyang," ucap Prasasti tak en
"Ternyata kalian diam-diam masih berhubungan di belakangku?" Natalie mengeratkan rahangnya, dan mengepalkan jemari tangannya terus berjalan menghampiri keberadaan mereka."Tidak bisakah kau dengarkan penjelasanku terlebih dahulu Natalie!" sentak Tuan Naratama dengan tegas, "Aku bertemu dengan Prasasti hanya ingin meluruskan permasalahan di masa lalu!""Permasalahan apalagi memangnya ha? Bukankah hubungan kalian sudah berakhir, atau selama ini kau memang mengetahui kalau Radisha adalah Putri dari Sasi Pa, dan untuk kembali padanya kau sengaja tidak merestui hubungan Danu, iya begitu Pa?!""Jadi memang benar kau mengetahui pada saat aku menceraikan Prasasti bahwa dia sedang mengandungnya Anakku?"Tadinya Naratama tidak ingin memperpanjang masalah itu, tetapi kini dia telah mengetahui bahwa memang yang di katakan Prasasti bukanlah kebohongan.Seketika Natalie terdiam, dan tidak melanjutkan ucapannya. Ia tercengang lantaran suaminya itu memba