"Apa kau senang dengan aktivitas hari ini Hem?"
Danu baru saja keluar dari mobil, dan menanyakan pada Radisha soal aktivitasnya hari ini."Tentu saja aku senang Suamiku! Selain menikmati waktu bersama denganmu aku juga bisa berbagi dengan Orang lain, nikmat mana lagi yang kudustakan,"Danu tersenyum dia kagum dengan pribadi istrinya. 'Aku beruntung sekali memiliki Istri sepertimu Radisha,' batin Danu tersenyum."Kamu kenapa senyum-senyum seperti itu?" Radisha membuyarkan lamunannya."Em ... enggak! Aku hanya tersenyum apa tidak boleh?""Tentu saja boleh, aku tidak melarang untuk hal itu,eh iya ... ini sudah hampir malam, lebih baik kita masuk Rumah,""Iya, kamu benar!" timpal Danu melangkahkan kakinya perlahan masuk ke dalam rumah dengan tangan menggandeng Radisha.Sementara, Natalie dengan yang lain telah menunggu kedatangan mereka berdua. Suasana canggung di meja makan begitu kentara di rasakan oleh PrasastiPerlahan Audrey bangkit dari tempat duduknya, ia kesal karena mereka terus saja ribut di sana."Apa aku tidak bisa makan dengan tenang? Kenapa kalian terus saja ribut di sini, Ini meja makan bukan tempat ribut!" tukas Audrey dengan kesal meninggalkan meja makan itu."Lebih baik aku juga pergi, tidak sudi aku satu meja dengan ...," seketika Natalie menelan kembali ucapannya."Cukup Ma!" bentak Naratama murka terhadap sikap istrinya kian hari semakin menjadi-jadi. "Tidak bisakah kau bersikap tenang?" tegasnya menatap tajam pada istrinya."Cukup ya Pah! Kau tidak usah menasihatiku, percuma aku tidak akan mendengarkanmu!" ketusnya dan perlahan melangkahkan kakinya, meninggalkan meja makan.Prasasti merasa tidak enak hati lantaran keberadaannya di rumah ini, mereka terus saja cekcok sehingga ketakutan Prasasti akan menghancurkan hubungan di antara mereka."Kalau begitu Ibu juga mau ke kamar ya, Ibu sudah kenyang," ucap Prasasti tak en
"Ternyata kalian diam-diam masih berhubungan di belakangku?" Natalie mengeratkan rahangnya, dan mengepalkan jemari tangannya terus berjalan menghampiri keberadaan mereka."Tidak bisakah kau dengarkan penjelasanku terlebih dahulu Natalie!" sentak Tuan Naratama dengan tegas, "Aku bertemu dengan Prasasti hanya ingin meluruskan permasalahan di masa lalu!""Permasalahan apalagi memangnya ha? Bukankah hubungan kalian sudah berakhir, atau selama ini kau memang mengetahui kalau Radisha adalah Putri dari Sasi Pa, dan untuk kembali padanya kau sengaja tidak merestui hubungan Danu, iya begitu Pa?!""Jadi memang benar kau mengetahui pada saat aku menceraikan Prasasti bahwa dia sedang mengandungnya Anakku?"Tadinya Naratama tidak ingin memperpanjang masalah itu, tetapi kini dia telah mengetahui bahwa memang yang di katakan Prasasti bukanlah kebohongan.Seketika Natalie terdiam, dan tidak melanjutkan ucapannya. Ia tercengang lantaran suaminya itu memba
Reaksi Danu kini sinis terhadap ibunya Radisha. Lantaran dia pikir ibunya Radisha lah yang telah membuat keluarganya seperti ini.Di dalam mobil Danu hanya fokus mengemudi ia tidak sedikitpun berbicara pada sang papa. Rasanya sangat malas baginya."Kamu kenapa hanya diam saja? Apa kau marah sama Papa 'Nak?"Naratama berusaha membuka obrolan. Tapi, Danu sama sekali hanya menganggap ucapan ayahnya itu angin lalu."Danu!""Diam Pah! Aku sedang malas berbicara!" Danu balik membentak Papanya.Tak berselang lama mereka sampai di salah satu rumah sakit, yang dekat dengan jarak rumahnya.Danu segera mengangkat ibunya yang terkulai lemah. "Suster!" pekik Danu panik, memanggil pekerja medis.Seorang suster pun segera menghampirinya. "Kenapa dengannya, ayo baringkan tubuhnya di sini!" kata sang suster.Danu pun membaringkan tubuh ibunya di atas bangsal perawatan, untuk segera ditindaklanjuti pemeriksaan."Tolong tunggu di sini, biarkan Dokter memeri
Natalie masih diam dia masih berusaha menimang-nimang keputusan yang akan dia ambil. 'Kalau aku bisa menerima Radisha kembali, berarti Prasasti akan selamanya berada disekitar hidupku, tetapi jika aku tidak menerima Radisha. Bisa-bisa Danu kalang kabut,' batin Natalie terus bergumam berusaha mengambil keputusan terbaik untuk anak, dan menantunya.Danu menatap penuh harap pada ibunya, ia mengharapkan ibunya mau berbaik hati mendengarkan permohonan ibu Prasasti. 'Ayo Ma ... katakan sesuatu, terima saja ucapan Ibu Prasasti. Lagi pula hubungan Papa itu hanya sebuah masa lalu!' Danu terlihat membatin berharap ibunya mengambil keputusan dengan bijak."Jika aku mengatakan menerima Radisha sebagai Menantuku, dan memperlakukannya dengan baik apa imbalan untukku?" Natalie mengajukan sebuah syarat pada Prasasti sahabatnya itu.Belum sempat Prasasti menjawab pertanyaan dari Natalie. Naratama sudah menyela obrolan itu."Ini yang membuat Papa selalu marah pada
"Mama baik-baik saja kau tidak usah mengkhawatirkannya. Jangan pikirkan Mama lebih baik kau pikirkan saja dirimu," Danu berjalan masuk ke rumah.'Apa maksudnya?' batin Radisha berusaha mencerna setiap perkataan suaminya.Radisha pun berbalik arah dan masuk kembali dalam rumahnya, dan menawarkan sarapan untuk Danu."Suamiku lebih baik kau sarapan terlebih dulu sebelum kau mengganti pakaian. Kau pasti lelah bukan," tawarnya terhadap Danu.Danu tersenyum padanya. "Tidak, aku mau mandi dulu. Siapkan saja sarapannya," Danu kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya.'Andai saja kau tahu Ra ... Ibu telah pergi dari Rumah ini, dan itu gara-gara Mama aku tidak yakin kalau kau akan tetap tersenyum seperti ini,' lirih Danu membatin. Sebenarnya Danu ingin menyampaikan bahwa ibunya telah pergi, dan tidak akan kembali lagi ke rumah ini. Namun, karena melihat Radisha sebahagia ini dia mengurungkan niatnya.'Kenapa dengan Ka
Gestur wajah tuan Naratama seketika berubah drastis setelah menerima panggilan telepon dari menantunya itu.'Pah ... Papa masih mendengarkan Radisha kan?' tanya Radisha yang berada di rumah.'Iya Papa masih mendengarkanmu, kamu kenapa tiba-tiba saja bertanya soal Ibumu?''Apa Papa tahu ke mana perginya Ibu saya Pah? Kata Bibi , Ibu sedang bersama Papa, dan Mama di Rumah Sakit, apa benar Ibu berada di sana Pah?' Radisha kembali bertanya.Tuan Naratama terdiam tanpa bisa memberitahu keberadaan Prasasti pada Radisha.'Kenapa Papa diam? Apa Ibu berada di sana Pah?' tanyanya kemudian.Tuan Naratama menelan ludahnya sebelum akhirnya menjawab pertanyaan menantunya itu. 'Iya ... Ibu kamu berada di sini!' jawab Naratama terpaksa membohongi Radisha.'Syukurlah kalau begitu!' Radisha segera memutus sambungan.Sementara Audrey yang mendengar semua itu. Dia buru-buru pergi dari rumah sakit. Terbesit dibenaknya untuk membuat
Ketakutan terbesar Danu adalah kepergian Radisha tanpa sebab, dan tidak memberitahunya terlebih dahulu seperti sekarang ini. "Semoga kau hanya pergi keluar, dan bukan untuk menghilang dari hidupku Ra," gumam Danu merasa ketakutan.Danu terus mengemudikan mobilnya melirik kanan dan kiri jalan memastikan keberadaan Radisha."Kamu di mana Istriku? Tolong jangan buat aku khawatir seperti ini," lirihnya disela mengemudikan mobilnya terus berjalan membelah jalanan kota.Danu menepikan mobilnya disebuah mall yang biasa dikunjungi Radisha, ia berjalan menyusuri setiap toko yang biasa Radisha kunjungi. Pikirnya Radisha sedang berbelanja di sana, tetapi ternyata Danu tidak bisa menemukan istrinya di sekitar sana."HUH!" Danu menghela nafasnya gusar, dia merasa lelah mencari keberadaan istrinya yang tidak kunjung dia temukan.Hari ini Danu tidak dapat menemukan istrinya, ia berusaha menetralkan pikirannya dan kembali pulang ke rumah.Sore i
Danu berjalan menuju garasi rumah di mana di sana mobilnya diparkir, ia sangat marah pada ibunya karena telah melakukan perjanjian gila dengan ibunya Radisha."Danu kenapa kamu pergi begitu saja tanpa pamitan sama Mama, dan Papa?" Tuan Naratama berdiri di ambang pintu rumah, menghampiri putranya."Haruskah aku selalu pamitan sama Papa, dan Mama? Kenapa, Papa-Mama merasa tidak di hargai ya?" Danu sangat marah pada papanya."Bukan seperti itu maksud Papa Danu, seenggaknya kau pamit. Memang kamu mau ke mana pagi-pagi seperti ini mau berangkat ke kantor?""Apa Papa lupa, Danu ini Seorang Suami Pah? Danu juga tahu caranya bertanggung jawab sama Radisha. Barangkali saat ini Radisha sedang kesusahan, Seorang Suami harus selalu berada di sampingnya untuk mendampingi, bukankah harusnya seperti itu bukan?" Danu menatap dalam-dalam papanya.Tuan Naratama hanya diam, lantaran memang benar yang di katakan oleh Danu, dia pun tidak bisa menghalangi niat