Danu berjalan menuju garasi rumah di mana di sana mobilnya diparkir, ia sangat marah pada ibunya karena telah melakukan perjanjian gila dengan ibunya Radisha.
"Danu kenapa kamu pergi begitu saja tanpa pamitan sama Mama, dan Papa?" Tuan Naratama berdiri di ambang pintu rumah, menghampiri putranya."Haruskah aku selalu pamitan sama Papa, dan Mama? Kenapa, Papa-Mama merasa tidak di hargai ya?" Danu sangat marah pada papanya."Bukan seperti itu maksud Papa Danu, seenggaknya kau pamit. Memang kamu mau ke mana pagi-pagi seperti ini mau berangkat ke kantor?""Apa Papa lupa, Danu ini Seorang Suami Pah? Danu juga tahu caranya bertanggung jawab sama Radisha. Barangkali saat ini Radisha sedang kesusahan, Seorang Suami harus selalu berada di sampingnya untuk mendampingi, bukankah harusnya seperti itu bukan?" Danu menatap dalam-dalam papanya.Tuan Naratama hanya diam, lantaran memang benar yang di katakan oleh Danu, dia pun tidak bisa menghalangi niatRadisha ikut menemani Tifany sampai menuju mobilnya, di halaman kontrakannya itu Tifany memarkirkan mobilnya."Hati-hati di jalan!" ucap Radisha menatap pada Tifany yang mulai masuk dalam mobilnya."Oh iya ... tentu saja aku akan berhati-hati, kau juga jangan lupa jaga dirimu," Tifany beralih menatap pada Radisha."Iya, kamu tenang saja!" balas Radisha.Perlahan Tifany masuk dalam mobilnya, dan menstarter mobilnya dan mulai berjalan meninggalkan kontrakan itu dengan kecepatan sedang.Sementara Audrey telah sampai di lokasi Shooting ia menunggu Tifany di sana. Tadinya Audrey pikir Tifany sudah sampai di lokasi itu. Tapi, setelah dia sampai ke lokasi itu, sama sekali tidak melihat Tifany."Ternyata dia belum datang juga?" gumam Audrey, "Kalau tahu begini aku enggak bakal buru-buru berangkat kemari," Audrey menghampiri seorang sutradara di lokasi Shooting, dan bertanya soal Tifany."Selamat pagi Om," sapanya ramah.
"Maksud kamu apa? Kenapa kau bicara seperti itu?" tanya Danu menatap heran pada Radisha."Kau tidak akan menemukan Ibu di Kampung, karena Ibu tidak pulang ke kampungnya.""Maksud kamu Ibu masih ada di Jakarta?""Iya, Ibu masih ada di Jakarta!" tegas Radisha memberitahu Danu."Kalau seperti ini berarti kita akan segera menemukannya, kita cari sama-sama ya. Kita pulang saja terlebih dulu!" ajak Danu pada Radisha.Dengan marah Radisha menimpali suaminya itu. "Pulang katamu? Pulang ke Rumah yang bagaikan Neraka itu maksudmu?" marah Radisha menatap Danu dengan mata berkaca-kaca.Danu hanya bisa diam, dia merasa bersalah atas semua yang terjadi. Ternyata selama ini Radisha sama sekali tidak bahagia tinggal di rumah keluarganya."Kalau kau tidak mau pulang. Lantas, kau akan tinggal di mana?""Di mana saja yang jelas aku tidak akan kembali ke Rumahmu!" Radisha menolak untuk kembali ke rumah keluarga Danu, "Permisi!" Rad
"Kenapa kalian menghakimiku tanpa tahu yang sebenarnya terjadi," lirih.Radisha meraung dia merasa hidupnya selalu diperlakukan tidak adil, dunia dan seisinya seolah-olah seperti menghukum dirinya. Padahal, selama ini Radisha tidak pernah meminta hidupnya seperti ini, dia juga tidak merebut calon suami orang."HUUU! Dasar cengeng, air mata buaya tuh pasti!" cibir ibu-ibu yang berada di sekitar kontrakan Radisha.Tifany yang sedang bersama Audrey di sebuah restoran, ia tersenyum melihat berita viralnya video pertengkaran Danu dengan Radisha di berbagai media."Drey ... coba kamu buka ponselmu!" pinta Tifany, tapi, tidak memberitahu Audrey soal masalah video itu."Kenapa aku harus membuka ponselku? Memangnya ada apa?" "Sudah kamu lihat saja, nanti juga kamu akan tahu apa yang ada di dalam ponselmu itu!" tutur Tifany meminta Audrey membuka ponselnya."Iya-iya ... baiklah!" Audrey mulai menyentuh layar ponselnya, dan menyak
"Saya minta kau pergi dari Kota ini, jangan sampai Radisha bertemu denganmu lagi, apalagi dia sampai tahu kalau kau ini telah dibayar oleh saya untuk membuat Gosip itu! Pergilah!" "Anda tenang saja Nona, saya akan pergi dari Kota ini. Asalkan, uang selalu mengalir ke rekening saya setiap bulan!""Hah! Kau Gila ya ... uang yang kuberikan sekarang, itu jauh lebih cukup untuk biaya hidupmu." tukasnya kesal, "Cepatlah Pergi!" perintahnya lagi.Perempuan itu pun pergi, walaupun keinginannya tidak terpenuhi. Tetapi, untuk saat ini dia mengalah pada Tifany. 'Awas saja suatu saat aku akan kembali untuk mengambil bagianku!' batin perempuan itu.Tifany mengusap wajahnya gusar, dia benar-benar tidak menyangka kalau perempuan yang di bayarnya itu akan dengan berani meminta uang setiap bulannya sebagai jaminan."Enak saja dia mau memerasku dasar Perempuan Miskin!" umpat Tifany menatap pada perempuan yang sedang menjauh darinya."Siapa Perempuan itu Nak?" Stevani ber
Danu merasa curiga pada ibunya sendiri karena tiba-tiba saja meminta dipertemukan dengan Radisha."Mama mau bertemu dengan Radisha terus mau memaksanya untuk pulang begitu?" tebak Danu menatap penuh selidik."Iya ... Mama mau bicara dengannya, siapa tahu Radisha bisa berubah pikiran setelah berbicara dengan Mama," ucap Natalie."Dengan cara apa Ma? Mungkin saja Radisha sudah tidak mau menganggap Mama sebagai Ibu mertuanya karena gara-gara Mama Ibunya belum juga ditemukan sampai sekarang!" tegas Danu menyampaikan."Maksud kamu tidak bisa ditemukan bagaimana? Prasasti kan pulang ke Kampungnya!" "Ibu Prasasti masih di Jakarta, mana mungkin dia akan kembali ke kampung mau tinggal sama siapa dia di kampung!" Danu merekat hebat ketika adu mulut dengan ibunya.Natalie merasa telah dibohongi oleh Prasasti, prasangka buruk terhadap Prasasti pun mulai berseliweran kembali di dalam benaknya. 'Sial! Jadi selama ini Prasasti berboh
"Tentu saja kata-kataku dapat kau pegang, aku janji sampai kapanpun kau akan tetap menjadi Istriku," ucap Danu kembali meyakinkan Radisha.Seketika Radisha kembali terdiam, ia berusaha mempertimbangkan ajakan Danu. Walaupun keputusannya kali ini akan mencakup semua permasalahan yang di hadapinya."Kau mau pulang denganku kan Radisha?" Radisha hanya diam, ia belum mengatakan apapun terkait keputusannya. Radisha masih mempertimbangkan keputusan yang akan dia ambil."Aku mohon pulanglah denganku, kau mau kan?" tanya Danu dengan tatapan memelas pada istrinya.Radisha menatap Danu, ia merasa kasihan pada suaminya. Namun, hatinya masih bertolak belakang dengan pikirannya. Dia masih kesal pada ibu mertuanya yang seolah-olah mengusir ibunya. "Baik, aku akan pulang bersamamu, tapi dengan satu syarat!""Apakah harus dengan satu syarat? Mengapa harus memakai syarat?" Danu menatap dalam-dalam wajah istrinya."Tentu saja harus dengan sat
Naratama terus menatap pada langkah putrinya. Dia semakin khawatir terhadap sikap Audrey yang semakin buruk. Naratama mulai memikirkan siapa pendamping putrinya kelak nanti, apakah ada pria yang bisa menerimanya dengan sikap seperti itu?'Audrey-audrey sampai kapan kau bersikap kekanakan seperti ini nak,' batin Naratama menggeleng kepalanya.Kemudian, Naratama kembali lagi ke ruangannya untuk melanjutkan beberapa pekerjaan yang masih belum sempat di selesaikan.Di tempat lain, Radisha, Danu dan Natalie sedang mencari keberadaan Prasasti. Mereka bertiga terus menyusuri tempat-tempat di kota Jakarta agar segera dapat menemukan ibu Prasasti.Tiba-tiba saja Natalie menghentikan langkahnya. 'Ah ya ampun ... kenapa tiba-tiba saja kakiku terasa sakit ya?' "Kenapa Ma?" tanya Danu dia khawatir pada ibunya itu."Tidak kenapa-kenapa Nak, sudah kau lanjutkan saja mencari Ibu Mertuamu itu!" "Ah-Iya, kalau begitu Danu lanjut cari Ib
Prasasti akhirnya mau kembali ke rumah keluarga Naratama atas permintaan Kamandanu, dan Radisha. Terlebih lagi Natalie pun sudah mengijinkannya, dan bersusah payah membatalkan perjanjian yang sempat disepakati oleh Prasasti."Pasti Papa akan senang akhirnya kau, dan Ibu akan kembali tinggal bersama kami," ucap Danu di sela mengemudikan mobilnya."Mudah-mudahan ya Papa kamu itu senang dengan kedatangan aku, dengan Ibu. Aku tidak ingin lagi memiliki masalah Suamiku, sudah cukup masalah kita kali ini," Radisha berbicara dengan santai di samping suaminya."Semoga saja ya Ra, tapi aku yakin sih kalau Papa akan sangat senang dengan kedatangan kita," Danu masih memegang kendali mobilnya, dan terus melanjutkan perjalanannya.Namun, Natalie masih ragu dengan kembalinya Prasasti yang akan tinggal bersamanya. Ketakutan terbesar Natalie membawa Prasasti pulang ke rumahnya adalah perasaan suaminya yang masih sama pada Prasasti.'Aku harus memulai sias
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah