Jovan tidak menduga, jika akan ada hal konyol semacam ini. Dia seolah terjebak katanya sendiri."Aku tidak pantas menjadi pendamping Nona muda ini. Silahkan membuat porsi hukuman yang sesuai. Aku seorang pengawal. Jika ada kesalahan, pukulan akan lebih sesuai."Kanigara terkekeh. "Kamu tidak punya wewenang dalam hal ini. Sudah kubilang. Anakku yang kamu sepelekan yang akan menentukan harga kecerobohanmu."Jovan tak menyahut."Pa, aku tetap mau Jovan jadi kekasihku," rengek Arabella."Berikan hukuman terkait pekerjaan, bukan privasi. Kamu jangan melewati batas privasi Jovan, Bell!" kesal Bastian."Ini resikonya, kenapa dia pergi meninggalkan tugas di saat keadaan bahaya," sahut Arabella."Hukuman itu tidak cocok untuk kesalahan pengawalan. Kamu jangan memanfaatkan keadaan. Jovan punya privasi, kita harus menghargai itu." Bastian bersungut."Aku tidak peduli!" kesal Arabella."Bagaimana, Jo?" tanya Kanigara."Aku mengerti kesalahanku, tapi aku juga punya batas privasi. 10 hari, sepertin
Kali ini Brox yang menjemput Ayana. Di dalam mobil, Ayana memainkan tangannya, dia gelisah."Apa Jovan sudah pulang? Dia tidak ada di tempat kita, kan?""Jovan sudah ada di sana sejak tadi."Ayana bersandar meringsut. "Apa yang terjadi? Jangan bilang kamu melakukan kesalahan lagi.""Tidak tahu."Mereka tiba di apartemen. Ayana ragu masuk ke dalam."Apa kamu akan berdiri di sini sampai pagi?"Brox membuka pintu. Ayana masuk berjalan kaku."Jo, dia hampir tidak mau masuk karena ada kamu di sini," seloroh Brox begitu saja.Ayana membulatkan mata. "Siapa yang takut padanya. Aku hanya malas bertemu saja." Ayana masih berdiri.Jovan berdiri, dia menarik tangan Ayana membawa ke balkon."Kenapa membawaku kemari?" Ayana membuang muka."Apa kamu masih marah padaku?"Mata Ayana berkaca, dia menunduk."Jangan menangis. Katakan saja apa yang ada dihatimu. Kamu juga boleh memukulku sekarang."Ayana menggeleng.Jovan memeluknya. "Sudah kubilang jangan menangis. Aku punya alasan untuk melakukannya.
Di J Company."Jo, kita akan meeting di luar. Kamu bisa ikut. Kali ini, kita akan bertemu investor hebat. Kamu bisa belajar banyak hal senganya nanti," ujar Kanigara."Apa aku boleh mangkir kali ini? Aku punya urusan sangat penting. Jika aku tidak pergi, aku tidak akan tenang bekerja."Kanigara menatap Jovan dengan lengkungan sisi bibirnya. "Apa kekasihmu merajuk?""Aku tidak punya kekasih, anak Anda tidak masuk dalam kategori itu.""Aku paham, dia hanya ingin bermain denganmu. Aku tanya wanita yang kamu sukai.""Juga bukan hal itu.""Pergilah!" Kanigara melepas Jovan.Jovan menganguk dan pergi. Dia melangkah cepat. Entah kenapa perasaannya tidak tenang.Karyawan baru, baru saja membuat masalah besar, dan kini malah diangkat jadi sekretaris. Pasti akan banyak tekanan dan serangan dari sekitar. Jovan datang ingin menghentikan semuanya.Dia melajukan mobil kencang ke restoran.Di restoran.Ayana telah selesai menyuapi Martin, tapi sangking manjanya Martin Ayana bahkan disuruh mengelap b
Belum ada yang tahu, soal Jovan yang sudah meneriakkan kata hatinya.Di apartemen bawah, Ayana sudah tidur."Jo, sepertinya praduga kita salah dari awal."Jovan menatap nanar, lurus ke depan. Dia dan yang lain baru saja mendengar rekaman itu."Pantas, Kanigara telah menaruh semua barang papanya Jovan selalu sangat sakral. Ternyata karena hubungan mereka yang sangat dekat," ujar Vincent."Untung Jovan belum bertindak sangat jauh," sahut Leo."Lantas apa rencana kita selanjutnya?" tanya Robin."Apa kita akan bertindak menjadi healer untuk Kanigara nantinya?" sahut Brox."Bagaimana, Jo?" Vincent menatap Jovan.Jovan menatap kosong dengan mata berkaca."Jo." Vincent menepuk pundak Jovan.Jovan menarik nafas dan mendesah."Aku akan berusaha menaruh pelacak pada Kanigara, agar kita terus mendapat jejaknya. Aku juga akan sering di sisinya.""Kalau bisa kamu lakukan secepatnya. Dugaanku, Alex akan menyerang secepatnya.""Hem. Pagi ini, aku akan beraksi. Leo, siapkan alatnya, kamu buat senatura
"Kita bergerak. Jangan sampai dia menyentuh Kanigara!" Nafas Jovan menderu.Mobil melaju. Brox di kursi kemudi tancap gas agar bisa cepat menyusul Kanigara."Dari arah jalan, tidak ada yang dia tuju selain makam papamu, Jo. Dia sepertinya sangat menyayangi papamu," jelas Leo.Jovan menggeram, mengepal, dia merutuki dirinya yang salah melangkah sejak awal.Saat mereka sudah dalam arah makan. Jajaran mobil dan motor melaju kencang melewati mereka.Mereka yang menaiki motor berbalut serba hitam."Lebih cepat, Brox!" seru Jovan.Mobil semakin melesat. Hingga tiba di area makam. Ternyata anak buah Alex sebagian sudah siap menyerang."Mereka lumayan banyak. Kita harus hati-hati, pasti mereka membawa senjata," kata Vincent."Aku tidak peduli. Kita turun!" Mereka turun tanpa masker dan topi. Hadir dengan identitas asli. Black Skull, akan menjadi healer untuk Kanigara."Jo, mereka sudah menyerang. Anak buah Kanigara hanya sedikit!" seru Leo.Sudah terdegar suara gaduh riuh di depan. Lebih tepa
Baru malam ini, Martin mendapat informasi apartemen Ayana. Tanpa menunda waktu, dia langsung pergi hendak menemui Ayana. Namun, informan tidak mengatakan dengan siapa Ayana tinggal.Martin tidak menyerah. Dia tahu, jika Ayana ada di dalam. Terus menunggu. Pria itu tidak mau melepas Ayana begitu saja. Hati Martin sudah nyaman dan ingin terikat dengan wanita naif itu."Ayana. Aku tahu kamu di dalam. Aku hanya ingin menjelaskan sesuatu padamu!" Martin mengetuk pintu keras.Dia juga terus melakukan panggilan telepon pada Ayana, meski tidak diangkat.Di dalam. Ayana duduk meringkuk di sofa. Dia ketakutan pada bayangannya sendiri.Pria dengan wajah memerah mengambil alih kemudi. Brox ada di sisi kemudi."Tenang, Jo!" Jo cemas dengan cara Jovan mengemudi."Diam kamu!" bentak Jovan.Tidak lama tiba di basement apartemen. Jovan berlari cepat."Siapa yang berani mengganggu kekasih orang malam hari!" teriak Jovan.Martin menoleh. Seperti yang dia duga, Jovan akan tiba tidak lama lagi.Jovan mende
Para eksekutif sudah berjajar di pada satu sisi menghadap para karyawan yang dipilih di sana.Masih sedikit gaduh bisikan. Hingga hentakan langkah telah membuat atensi. Jovan berjalan di belakang Rey. Dan ada dua jajar di sisinya yaitu 4 teman Jovan.Para wanita ternganga melihat jajaran pria tampan."Ehem! Perhatian semuanya. Saya mewakili Direktur utama kita, Tuan Kanigara, untuk memberi pengumuman, jika mulai hari ini perusahaan akan dipimpin oleh Andrea Jovan. Tetap fokus pada pekerjaan dan dilarang bertanya hal lain!" Rey berseru lantang. Lalu, menoleh pada Jovan."Tidak ada hal lain. Di sana ada 4 temanku yang akan sering datang. Anggap saja mereka tim kerjaku!" singkat Jovan.Tidak ada hal lain.Aula itu seketika riuh setelah ditinggal Jovan."Wow, kita punya direktur baru tampan.""Tim kerja? Mereka juga tampan semua."Di ruang Kanigara."Pagi ini, aku sudah jadwalkan meeting dengan jajaran direksi," jelas Rey."Hem."Rey geram. Dia dongkol dan malas jika bukan karena perinta
"Rey, kamu urus pernikahan Jovan dan Ayana. Karena setelah menikah, kursi direktur itu akan semakin kokoh," titah Kanigara."Tunggu Rey!" Jovan menahan."Apa yang kamu ragukan, Jo? Apa pacarmu belum siap?""Siap, Om!" seru cepat Ayana.Semua lantas tertawa kecil, kecuali Arabella."Ay-ku sangat siap. Hanya saja, aku belum tenang sebelum meringkus pelaku malam itu.""Om sangat kecewa. Soal itu, jangan sampai menyita banyak pikiran dan waktumu. Kamu bisa perintah Rey sesukamu!"Rey membelakak menahan geram. "Tuan, masa saya jadi kacung Jovan.""Aku juga tidak suka bawahan sepertimu, merepotkan! Kamu bisa jadi temanku saja seperti yang lain!"Rey berdecih.Kanigara tertawa pelan. "Om, ingin mendengar cerita, kenapa bisa kamu menjadi atas nama anak Narapati?""Kakek tua itu yang membesarkanku. Dia sangat khawatir hingga membuat data demikian.""Aku sangat ingin berterima kasih padanya. Tapi, sayang sudah terlambat."Jovan tersenyum tipis, dia jadi ingat kakek Narapati."Apa perlu Om cerit