Share

BAB 3

Author: Ede Thaurus
last update Last Updated: 2022-11-16 11:55:03

“Lisa, kamu kenapa? Lisa, kamu kenapa sayang?” Steven berteriak dengan panik, cepat-cepat dia mengendong Lisa keluar. Dia meletakkan Lisa di jok belakang mobil nya. Lalu segera menelepon orantuanya yang tinggal tidak begitu jauh agar datang dan menjaga anak-anaknya, sementara Steven membawa Lisa ke rumah sakit.

Steven sudah duduk di dalam mobil yang menyala ketika orangtuanya tiba.

“Titip anak-anak ya Ma, Pa.” ucap Steven sebelum melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat, tanpa sempat menjelaskan apa-apa.

Sesampainya di Rumah sakit Lisa langsung ditangani paramedis di Unit Gawat Darurat. Mereka memeriksa, mengukur lalu memasukkan sesuatu ke tubuh Lisa. Steven terus memperhatikan apa yang mereka lalukan, sementara salah seorang perawat terus menanyakan berbagai hal kepada Steven.

Mulai dari penyebab Lisa tidak sadarkan diri, apakah dia jatuh, apakah dia punya alergi, apakah dia memakan sesuatu yang memicu alergi, apakah dia meminum obat tertentu, apakah dia punya penyakit tertentu dan banyak pertanyaan lagi, tapi karena Steven benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia hanya bisa menjawab “Tidak tahu.” untuk setiap pertanyaan yang diberikan kepadanya.

Pemeriksaan terhadap Lisa dilakukan dengan lebih mendetail. Steven diminta untuk mengurus administrasi dan menunggu di luar. Steven mengurus administrasi dengan cepat sambil berpikir keras penyebab dari keadaan Lisa saat ini.

Steven yang kebingungan segera menelepon abangnya Gerard yang juga seorang dokter. Dalam setengah jam Gerard tiba bersama istrinya Aulia, seorang psikiater, dan langsung masuk ke ruang UGD.

“Lisa koma, dia mengalami penurunan fungsi paru-paru dan otaknya kekurangan oksigen karena keracunan atau overdosis obat. Tapi UGD sudah memberikan Basic life Support, sebentar lagi dia akan dipindahkan ke ICU.” jelas Gerard setelah berbincang dengan dokter jaga UGD.

“Obat? Obat apa bang? Kayaknya tadi dia nggak minum obat apa-apa deh.” tanya Steven bingung mendengar penjelasan Gerard.

“Obat tidur Stev. Aku yang kasih beberapa hari yang lalu.” jawab Aulia dengan perasaan bersalah.

“Katanya sudah berhari-hari dia susah tidur. Jadi, beberapa hari yang lalu aku kasih dia obat tidur. Tapi aku nggak nyangka kalau dia bakalan minum melebihi dosis seperti ini.” lanjut Aulia pelan.

“Sepertinya dia mencoba bunuh diri.” ucap Steven dengan putus asa.

𝟮𝟬𝟬𝟱

Lisa meregangkan tubuhnya dengan malas, dia masih menutup matanya karena pantulan cahaya matahari yang memasuki kamarnya. Sepertinya obat tidur yang dia minum semalam benar-benar efektif, tidurnya nyenyak dan kepalanya terasa ringan.

“Jam berapa ini?” Lisa yang menyadari bahwa dia harus menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya,, segera membuka matanya lalu melompat dari tempat tidur.

Tapi dia begitu kaget ketika melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa ini bukan kamarnya. Lisa mencoba mengenali dimana sekarang dia berada. Perlahan-lahan Lisa mengingat tempat itu.

“Ini kan rumah lama!” pekiknya kaget.

Rumah ini dijual sembilan tahun yang lalu, beberapa bulan setelah kematian ayahnya.

‘Bagaimana aku bisa berada di sini?’ ucap Lisa dalam hati.

‘Ini pasti mimpi. Obat tidur itu luar biasa aku sampai bisa bermimpi.’ Lisa tersenyum senang. Akhir-akhir ini dia bahkan tidak bisa tidur, maka bermimpi adalah sebuah hadiah bagi Lisa.

Lisa lalu melangkah keluar dari kamarnya, sebelum sampai ke pintu dia melirik cermin.

“Ha! Penampilanku juga berubah?” teriak Lisa memandang tubuhnya yang tampak belasan tahun lebih muda.

“Lisa kamu kenapa?” Lisa sedang mengagumi tubuh mudanya ketika tiba-tiba terdengar ketukan disertai suara panik seorang pria paruh baya.

“Papa…” Sepuluh tahun sudah dia tidak mendengarkan suara ayahnya. Lisa segera membuka pintu dan berdiri mematung.

Ayahnya, Pak Adhitama, berada tepat di depan Lisa. Pria yang wajahnya sudah hampir pudar dari ingatan Lisa.

“Kenapa teriak?” Pak Adhitama terlihat khawatir.

Perlahan Lisa menyentuh wajah ayahnya.

“Kamu kenapa?” tanya ayahnya lagi, Lisa menggelengkan kepalanya lalu memeluk ayahnya. Lisa merasa sangat sedih sekaligus sangat bahagia.

Pelukan ayahnya terasa begitu nyaman, hingga membuat Lisa enggan melepasnya.

“Hey, cepat mandi lalu sarapan! Nanti papamu terlambat ke kantor.” Tiba-tiba seorang wanita yang usianya tidak berbeda jauh dengan Pak Adhitama muncul dihadapan Lisa.

“Mama?” pekik Lisa kaget melihat ibunya, Bu Gayatri, yang tampak sangat muda.

Mimpi ini benar-benar luar biasa, Lisa bahkan bertemu dengan versi muda dari ibunya.

“Kenapa? Kamu kok kayak lihat setan? Udah cepat mandi, kemarin katanya ada kuliah pagi.” teriak Bu Gayatri sambil meletakkan makanan di atas meja makan.

Lisa menggangguk cepat lalu segera masuk ke kamarnya. Mimpi ini terasa sangat nyata, dia ingin mencubit tangannya tapi takut nanti dia terbangun.

Lisa masuk lagi ke kamarnya, menyapu seluruh kamar dengan matanya. Rasa hangat menjalar di dadanya. Dia membaca bulan yang tertulis di kalender duduk diatas meja belajarnya ‘Mei 2007.’ gumannya dalam hati sambil tersenyum.

Lisa melihat buku-buku yang tersusun rapih, menunjukkan betapa kutu bukunya dia dulu. Baju-baju, tas dan sepatu trendi di zamannya, membuat Lisa ingat dulu dia termasuk mahasiswa yang fashionable. Kemudian Lisa tertawa geli melihat telepon genggam bermerek blackberry yang sangat keren di tahun itu.

Lisa benar-benar menikmati mimpinya hingga melupakan semua persoalan yang sedang dia alami. Berharap tidak ada yang membangunkannya.

“Lisa kalau sudah selesai mandi, sarapan ya.” teriak ibu Lisa.

Lisa berjalan menuju ke kamar mandi sambil tersenyum mendengar suara ibunya. Dia sudah lupa kapan terakhir dia bisa mandi dan berdandan dipagi hari lalu sarapan. Seingatnya dia bahkan tidak pernah sarapan, karena dialah orang yang pertama bangun untuk menyiapkan sarapan dan mengurus keluarganya.

Selesai mandi, Lisa memilih pakaian yang paling sederhana dan tidak mencolok menurutnya. Lisa agak kesulitan. Karena koleksi pakaiannya di usia sembilan belas tahun, hampir semua tidak cocok untuk jiwa tuanya. Akhirnya Lisa memilih jeans dan kaus lalu memandangi penampilannya dengan takjub sebelum keluar kamar untuk sarapan bersama keluarganya.

Lisa makan dengan lahap.

“Tumben makannya banyak?” tanya Bu Gayatri dengan heran.

“Lapar Ma.” jawab Lisa singkat sambil tersenyum.

Lisa ingat di usia ini dia sangat terobsesi dengan tubuh kurus dan kulit putih. Karena itu, dia selalu makan sesedikit mungkin dan menghindari matahari. Lisa tersenyum membayangkan perubahan yang akan dia alami lima belas tahun kemudian, masa dimana dia bahkan tidak peduli dengan ukuran tubuhnya dan warna kulitnya.

“Kamu kenapa sih? Makan senyum-senyum? Ingat ya Mama nggak mau kamu pacaran-pacaran dulu, sekolah yang benar jangan sampe bergaul kebablasan.” ucap Bu Gayatri dengan mata melotot.

“Hus mama, anaknya makan kok direcokin. Tiap hari yang diomongin itu terus.” sahut Pak Adhitama sambil menyendokkan sup ke dalam mangkok yang ada di depan Lisa.

“Aku ngulang-ngulang ya supaya anaknya ingat. Tertanam di dalam benaknya. Jadi setiap kali mau aneh-aneh dia mikir, waspada.” jawab Bu Gayatri dengan kesal.

Lisa yang sudah selesai makan, langsung meninggalkan meja makan. Dia membawa mangkok dan piring bekas makannya ke wastafel, lalu mulai mencucinya. Bu Gayatri yang tadinya kesal, dibuat bingung oleh tindakan Lisa.

“Anak itu kenapa ya? Biasanya ngelawan Pa. Kok tumben diam aja? Malah nyuci piring? Biasanya naruh piring di wastafel aja harus diomelin dulu.” bisik Bu Gayatri kaget.

Pak Adhitama yang sebenarnya tak kalah kaget diam saja. Sejak bangun pagi Lisa memang sudah terlihat aneh. Pak Adhitama yakin ada sesuatu yang terjadi dengan Lisa tapi dia tidak berani bertanya kepada Lisa.

Related chapters

  • KEMBALI PULANG   BAB 4

    “Lisa, kamu lagi ada masalah di kampus?” tanya Pak Adhitama lembut, sambil mengemudikan minibus tua kesayangannya. Lisa yang duduk disampingnya menjawab dengan suara tidak kalah lembut. “Enggak ada Pa.” Pak Adhitama mengangguk pelan, lalu diam. Senyap, padahal ada dua orang di dalam minibus hijau bermerek kijang itu. Tapi setiap orang tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Lisa menikmati keheningan ini. Setelah ayahnya meninggal, hampir setiap hari adegan ini dia mainkan di kepalanya. Bahkan setelah menikah dan memiliki anak pun, Lisa masih sangat merindukan setiap waktu yang dia habiskan bersama ayahnya. Dia belum pernah mengalami mimpi seperti ini, jadi dia ingin momen ini melekat di pikirannya. Sehingga ketika bangun nanti, dia bisa menikmati lagi kenangan ini. *** Setibanya di depan kampus, Lisa tersenyum gelisah. Tiba-tiba dia merasa gugup seperti saat pertama kali menginjakkan kakinya di kampus ini. Di kampus inilah dia bertemu dengan Steven, seniornya tapi dari jurusan

    Last Updated : 2022-11-17
  • KEMBALI PULANG   BAB 5

    Lisa menghentikan langkahnya lalu menarik tangan Ersa. “Tanggal berapa sekarang?” Ersa memandang Lisa heran. “Tanggal 12 Mei 2007 Masehi, 1428 Hijriyah. Kenapa lo hilang ingatan?” Ersa menjawab dengan cara paling menyebalkan yang merupakan ciri khasnya. Lisa menarik nafas dalam, tentu saja Lisa tidak akan pernah melupakan tanggal 12 Mei. Hari ini adalah hari pertamanya bertemu dengan Steven dan di tanggal ini juga nantinya mereka akan menikah. “Wei! Ngapain bengong?” Ersa memukul bahu Lisa. Lisa tersadar dari lamunannya. “Ayo kesana.” ajak Ersa sambil menarik tangan Lisa. Lisa mencoba menolak, saat ini orang terakhir yang ingin dia temui bahkan di dalam mimpi sekalipun adalah Steven. Dia masih sangat marah kalau mengingat kejadian sebelumnya. “Empat sekawan sini!” Terdengar teriakan Rudy ketua BPM* Fakultas Hukum memanggil Lisa dan sahabat-sahabatnya. “Tuh dipanggil Ka Rudy.” ucap Donna yang kali ini ikut menarik tangan Lisa. Akhirnya Lisa menyerah, dengan wajah cemberut dia m

    Last Updated : 2022-11-18
  • KEMBALI PULANG   BAB 6

    “Hai, aku Angel.” ucapnya tenang. "Boleh minta nomor telpon atau pin BBM?" tanya Steven sambil tersenyum sangat manis. Lisa memandang Steven dengan tajam. 'Kemarin katanya Angel yang meminta nomor HP nya, ternyata dia yang kegenitan duluan!' gerutu Lisa dalam hati. "Ini, tolong diisi datanya ya, supaya kami mudah menghubungi kalian kalau ada apa-apa." Steven menyerahkan selembar kertas kepada Angel. "Uh, gue pikir dia naksir Angel, makanya minta nomor HP, ternyata buat data." bisik Donna tepat di telinga Lisa. Rebekha dan Ersa tersenyum sambil mengangguk tanda setuju dengan perkiraan Donna. Ternyata mereka berempat memiliki pemikiran yang sama. Lisa tersadar ini hanya mimpi tapi dia masih terbawa emosi karena masalah yang terjadi antara dia dan Steven di kehidupan nyata hingga membuatnya jadi kesal tanpa sebab. "Udah ah, ayo balik." ajak Lisa yang merasa gerah melihat Steven dan Angel yang sedang berbincang hangat. "Permisi dulu yuk ke Steven." ajak Rebekha sambil menarik tang

    Last Updated : 2022-12-10
  • KEMBALI PULANG   BAB 7

    -2022- “Keluarga Lisa.” panggil perawat ICU. Steven yang sedang duduk di ruang tunggu ICU bersama beberapa penunggu pasien ICU lainnya, segera keluar memakai sepatu dan berlari ke arah ICU. “Maaf Pak keadaan Ibu Lisa sedang menurun, kami harus memasukkan beberapa obat, boleh minta tandatangan bapak disini?” tanya perawat sambil menyerahkan selembar kertas dan pena. Steven segera menandatangi kertas yang diberikan oleh perawat. “Sus, apa boleh saya masuk?” mohon Steven setelah selesai memberikan tanda tangannya. “Nanti bapak saya panggil kalau sudah boleh masuk.” jawab perawat lalu segera meninggalkan Steven. Steven yang berharap perawat segera memanggilnya untuk bertemu Lisa, bolak-balik di depan pintu ICU. Subuh tadi Steven hanya diberikan waktu sebentar melihat Lisa. Dia diminta keluar, meskipun dia memohon agar bisa tinggal lebih lama. Tapi dokter jaga ICU menolaknya dan meminta Steven mempercayakan Lisa kepada para dokter dan perawat. ‘Mereka tidak mengerti!’ teriak Steven d

    Last Updated : 2022-12-12
  • KEMBALI PULANG   BAB 8

    "Berarti... Ini bukan mimpi!" Lisa mulai menemukan benang merah dari kondisinya saat ini. "Apa mungkin jiwaku kembali ke tubuhku yang berusia sembilan belas tahun?" tanya Lisa dengan mata membelalak. Lisa tidak percaya dia mengalami hal ini. Lalu bagaimana caranya Steven bisa menghubunginya? Lisa menutup wajah dengan kedua tangannya. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan dadanya terasa panas. Dia kewalahan dengan informasi yang baru saja dia dapatkan. Lisa bahkan tidak sanggup menangis atau berkata-kata. Tiba-tiba Lisa menyadari bahwa kemungkinan terburuk bahwa tubuh aslinya bisa mati kapan saja. 'Apa yang akan terjadi dengan ku kalau tubuhku mati?' Lisa bertanya dalam hatinya. Lisa ketakutan membayangkan wajah Steven, anak-anak mereka, keluarganya, sahabat-sahabatnya. Lisa takut berpisah dengan mereka. Lisa takut mati. Lisa tidak ingin mati. "Aku harus kembali ke dalam tubuhku, bagaimanapun caranya." Lisa bertekad dalam hati. Keluarganya boleh berpikir bahwa dia mencoba bunuh

    Last Updated : 2022-12-13
  • KEMBALI PULANG   BAB 9

    Steven mengepalkan tangannya, dia sangat ingin memukul wajah laki-laki yang sedang tertawa bahagia itu. Tapi kemudian dia melihat Lisa juga tertawa bahagia. Steven melepas kepalan tangannya, tubuhnya terasa lunglai. Entah mengapa dia merasa begitu patah hati pada perempuan yang baru dia temui kemarin. Steven meninggalkan kedua manusia yang tampak mesra itu. *** "Lisa!" teriak Ersa sambil melambaikan tangannya setelah melihat Lisa dan Andrew di taman. "Sini!" balas Lisa berteriak kepada para sahabatnya. Wajah Andrew berubah dan tampak tidak nyaman. "Aku duluan ya mau ke kelas, ini pin BB ku." Andrew menyerahkan selembar kertas kecil, lalu segera meninggalkan Lisa tepat sebelum ketiga sahabatnya tiba. "Siapa tadi?" selidik Ersa penasaran. "Senior kita, namanya Andrew." jawab Lisa sambil membaca kertas yang diberikan Andrew. Tiba-tiba Ersa merampas kertas yang sedang dibaca Lisa. "Ini pin BB ku 55883F56. Aku tunggu ya kabarnya kapan kita bisa ketemu lagi. Andrew." Ersa membaca ker

    Last Updated : 2022-12-14
  • KEMBALI PULANG   BAB 10

    "Apa?" pekik Lisa kaget. "Apa yang kalian bicarakan? Bagaimana dia bisa tahu istrimu koma? Apa dia datang sendirian?" cecar Lisa dengan kesal. "Kenapa kamu kedengaran marah?" tanya Steven bingung. Lisa tiba-tiba menyadari kesalahannya karena terbawa emosi. "Enggak, cuma penasaran, ceritanya seperti di film." jawab Lisa setenang mungkin. "Dia membicarakan banyak hal, tentang masa lalu, kehidupan, masa depan dan hal lain. Ternyata hidup kami sama-sama rumit. Dia sedang dalam proses perceraian dengan suaminya." jelas Steven. "Bukankah itu berbahaya? Istrimu koma, dia mau bercerai. Bagaimana kalau tumbuh rasa yang tidak seharusnya di antara kalian?" tukas Lisa dengan nafas tertahan, dia tidak ingin kehilangan kendali lagi. "Iya benar, karena itu tadi aku minta dia jangan datang lagi ke rumah sakit. Aku ingin konsentrasi merawat istriku." jelas Steven. Lisa diam. "Jangan khawatir, aku tahu bagaimana harus menjaga diriku dan keluargaku." tambahnya mencoba meyakinkan Lisa. "Aku hany

    Last Updated : 2022-12-15
  • KEMBALI PULANG   BAB 11

    Steven mencoba menenangkan pikirannya. Dia tidak habis pikir kenapa dia bisa semarah ini melihat Lisa bersama laki-laki lain, padahal Lisa bukan miliknya. Steven memutuskan untuk pergi ke kantin dan mengistirahatkan kepalanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat Lisa sedang duduk berdua dengan Andrew. Steven terus berjalan melewati mereka. Dia berusaha mengacuhkan Lisa. Tapi Steven yang sadar Lisa sedang menatapnya tidak bisa menahan diri. Akhirnya dia membalas tatapan Lisa sebentar lalu segera membuang muka. Steven meninggalkan kantin dengan kesal setelah membeli sebotol minuman dingin. Lisa juga kesal melihat tingkah Steven. Baginya Steven sangat berlebihan. 'Daripada mikirin orang sensitif kayak gitu, mending aku konsentrasi sama yang di depanku aja.' guman Lisa dalam hati. *** Malam telah tiba. Seperti malam-malam sebelumnya, Lisa menunggu telepon dari Steven suaminya. Dia sangat ingin menanyakan keadaan anak-anaknya. Lisa begitu bersemangat setelah melihat nomor telepon S

    Last Updated : 2022-12-16

Latest chapter

  • KEMBALI PULANG   BAB 110

    "Dari situ aja sebenarnya lo bisa mengambil kesimpulan, kenapa kami menjauh," lanjut Donna memandang Lisa dengan tajam. "Karena pada dasarnya lo cuma mikirin diri lo sendiri. Bersahabat dengan kami pun itu demi diri lo sendiri," jelas Donna dengan gamblang. "Kenapa kalian bisa mengambil kesimpulan begitu? Gue tulus sayang sama kalian sebagai sahabat. Tapi kalau kalian menjauh, gue bisa apa? Kalau kalian memang nggak mau bersahabat lagi, untuk apa gue peduli?" jawab Lisa yang ikut terpicu amarahnya mendengar kata-kata Donna. "Karena itu bukan sekedar kesimpulan yang kami buat, tapi kenyataan. Kita berteman sejak masuk kuliah sampai hampir lulus. Lu tahu enggak kalau Rebekha pernah hampir diperkosa bapak tirinya? Lo tahu enggak kalau Ersa sering nangis karena sampai dewasa pun masih dimarahi orangtuanya kalau nilai ujiannya jelek? Enggak tahu kan?" Lisa diam. Dia memang tidak tahu semua kejadian itu. "Tapi lo pasti tahu dong kalau gue pernah naksir Steven? Tapi lo pura-pura enggak t

  • KEMBALI PULANG   BAB 109

    "Gue ngerti dan lagi-lagi gue iri dengan apa yang lo punya. Tapi yah, namanya hidup. Yang gue punya lo enggak punya, begitu juga sebaliknya. Sekarang mari kita nikmati hidup kita masing-masing dan melakukan yang terbaik dengannya," ujar Rebekha sebelum mereka saling berpelukan dan berpisah ke arah tujuan mereka masing-masing. Setelah berbicara banyak dan terbuka dengan Rebekha, Lisa merasa sangat lega. Dia menyesal mengapa selama ini terkurung dalam pikiran yang negatif. Dia selalu merasa sebagai korban, menyalahkan orang lain, tidak mempercayai siapapun bahkan dirinya sendiri dan terbenam dalam ketidak percayaan diri. Ternyata, kematian ibunya meski memunculkan rasa sakit baru, namun telah menjadi obat untuk semua rasa sakitnya selama ini. Lisa membayangkan andaikan dia bisa memandang hidup dari sudut yang lebih positif bersama ibunya, pasti semuanya lebih sempurna. *** "Bang Gerard mau menikah dengan Donna, rencananya besok dia mau membicarakan dengan papa dan mama," lapor Steve

  • KEMBALI PULANG   BAB 108

    "Lisa, sorry gue baru dengar kabar tentang tante Gayatri. Turut berdukacita ya," ucap Rebekha tulus. Lisa membuang napas panjang."Thank you," jawab Lisa singkat."Boleh enggak kita ketemu? Sejak kita bertengkar, gue ngerasa enggak tenang. Sepertinya kita harus bicara dan membereskan semuanya. Bagaimana?" Lisa diam sejenak."Oke, kapan? Dimana?" "Kalau sekarang? Di Kafe Kofee aja dekat rumah lo, gimana?" Lisa setuju lalu segera bersiap-siap setelah menutup teleponnya.Lisa tiba duluan karena tempat mereka bertemu sangat dekat dengan rumahnya. Dia segera memesan minuman coklat dingin dan beberapa camilan untuk menemaninya menunggu Rebekha. Ternyata Lisa tidak menunggu terlalu lama."Hai," sapa Rebekha. Lisa hanya menganggukkan kepalanya. Rebekha duduk di hadapan Lisa dengan canggung."Elo udah tahu belum kalo Donna udah dilamar?" tanya Rebekha mencoba mencari bahan pembicaraan."Belum," jawab Lisa singkat."Rencananya mereka mau menikah secepatnya, secara sederhana." Lisa menganggukan

  • KEMBALI PULANG   BAB 107

    "Mama ...," raung Lisa setelah video itu berakhir. Steven menutup matanya berusaha menahan tangis. Hatinya benar-benar hancur melihat airmata Lisa. "Mama, maafkan aku. Maafkan aku karena hanya memikirkan diriku sendiri." Lisa terus meraung. Steven tidak mengatakan apa-apa, dia hanya menggenggam tangan Lisa dan membiarkan istrinya mengeluarkan semua kesedihan, kemarahan dan penyesalannya. Lisa berusaha keras menghentikan tangisnya. Dia mengumpulkan semua sisa kekuatannya untuk menahan rasa kehilangan yang sangat menyakitkan. Lisa kembali membereskan barang-barang ibunya. Dia memasukkan baju-baju ibunya ke dalam kardus. Rencananya Lisa akan menyumbangkan semua pakaian ibunya. Sementara Steven membereskan barang-barang lain dan menyusunnya dengan rapi agar Lisa dapat memilih dan memutuskan akan melakukan apa dengan barang-barang itu. "Lisa, sepertinya kamu harus baca ini." Steven menyerahkan selembar kertas kepada Lisa. Kertas dengan tulisan tangan ibu Lisa yang dibuat terburu-buru.

  • KEMBALI PULANG   BAB 106

    "Ada apa bang?" tanya Steven kaget."Bu Gayatri meninggal dunia," jawab Gerard dengan wajah menyesal. Steven tidak punya waktu untuk bertanya lebih lanjut dan langsung berlari menuju mobilnya dan bergegas pulang ke rumah.Dia sudah meminta Gerard untuk menghubungi papa dan mamanya agar mereka bersiap-siap. Steven juga minta papa dan mamanya untuk merahasiakan berita ini. Steven ingin Lisa mendengar kabar ini dari mulutnya.Steven merasa sangat terpukul dengan kematian mertuanya. Membayangkan reaksi istri dan anak-anaknya, membuat Steven lebih tertekan lagi. Steven tahu anak-anaknya lebih dekat dengan mertuanya daripada dengan orangtua Steven, selain itu mereka yang menemukan omanya tidak sadarkan diri. Anak-anaknya pasti akan sangat sedih. Sementara Lisa dia pasti akan menyesali kemarahan yang masih dia simpan, hingga tidak mau mengunjungi ibunya."Aaah!" teriak Steven, kepalanya terasa mau pecah membayangkan apa yang akan terjadi."Mana Lisa?" tanya Steven kepada ayah dan ibunya yang

  • KEMBALI PULANG   BAB 105

    "Anak-anak bagaimana?" tanya Steven yang membayangkan kepanikan anak-anaknya karena ibu dan omanya sama-sama berada di rumah sakit."Mereka ketakutan, apalagi mereka yang pertama kali menemukan bu Gayatri," jawab Ibu Steven dengan nada sedih."Kalau bisa, tolong antarkan mereka kesini. Lebih baik mereka bersama aku disini, supaya mereka tidak terlalu ketakutan," pinta Steven. Berada di samping ayah mereka pasti akan membuat kedua anaknya tenang."Oke, kami hanya akan memastikan keadaan mertuamu, lalu segera kesana." Bu Gayatri mematikan teleponnya, lalu memeluk kedua cucunya agar mereka tidak terlalu ketakutan.***"Kamu sudah enakkan?" tanya Steven kepada Lisa yang sudah sadar. Steven diperbolehkan masuk sebentar, sebelum diadakan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui alasan kepala Lisa tadi terasa sangat sakit."Iya, tadi kepalaku tiba-tiba sakit sekali. Tapi sekarang rasa sakitnya benar-benar hilang." Lisa memegang kepalanya dengan tangan yang tidak diinfus."Tapi kamu tetap harus

  • KEMBALI PULANG   BAB 104

    Lisa bersikeras untuk tinggal. Dia sama sekali tidak menggerakkan kakinya. Dia tidak akan pernah lari lagi dari pertengkaran mereka. "Aku bilang tidak. Aku tidak akan pernah pergi, sebelum aku semuanya selesai," jawab Lisa keras kepala. "Apa yang mau kamu selesaikan? Semua kemarahan yang ada di kepalamu selama ini? Baik, silakan. Keluarkan saja semua makian yang kau punya. Lalu kalau sudah selesai, segera tinggalkan rumah ini." "Aku tidak ingin memaki, aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya menjadi ibu yang kejam?" ucap Lisa tanpa ampun. Bu Gayatri memandang Lisa dengan marah. "Kali ini kamu sudah keterlaluan. Bagaimana kamu bisa mengatakan mama kejam, setelah semua yang mama lakukan untukmu dan keluargamu? Apakah kamu ibu yang baik? Apakah kamu lebih baik dari mama?" "Aku berusaha agar tidak menjadi seperti mama. Tapi trauma yang mama timbulkan membuat emosiku tidak stabil. Kalau aku terkadang tidak bisa mengendalikan diri, itu karena apa yang sudah mama buat di masa lalu," ja

  • KEMBALI PULANG   BAB 103

    "Memangnya apa yang sudah mama lakukan? Mama tidak pernah memukulmu. Mama selalu memenuhi semua kebutuhanmu bahkan melebihi kebutuhanmu. Mama selalu merawat kamu ketika sakit. Mama juga yang selalu mengurusmu sejak kecil. Lalu dimana kesalahannya? Apa yang kamu benci? Bahkan sekarang anak-anakmu pun mama yang urus. Tapi mereka bahagia, tidak seperti kamu yang selalu menyalahkan sekelilingmu," sahut Bu Gayatri sambil melemparkan benang dan jarum rajitannya ke samping."Hidupmu terlalu enak. Kamu kurang bersyukur dengan semua yang sudah kamu miliki. Sekarang kamu mau menyalahkan mama untuk kesalahan yang kamu buat?" bentak Bu Gayatri. Lisa merasa tiba-tiba dia kembali menjadi gadis muda yang membenci ibunya."Kamu terluka karena mama? Kamu terluka karena keputusan-keputusan yang kamu buat tanpa berpikir. Mama sudah memberitahu apa yang harus kamu lakukan, tapi kamu memberontak. Sekarang kamu menerima konsekuensi dari keputusanmu dan kamu menuduh Mama yang merusak masa lalumu?" sambung B

  • KEMBALI PULANG   BAB 102

    "Udah gila lo!" seru Lisa tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Rebekha tersenyum mengejek dengan penuh percaya diri. Sudah lama dia menyimpan kata-kata itu. Tapi tidak pernah sanggup mengatakannya karena Lisa adalah sahabatnya. "Mulai hari ini kita adalah orang asing. Jangan pernah lagi sebut gue temen lo!" lontar Lisa dengan marah. Lisa tidak menyangka Rebekha sahabatnya yang paling pengertian diatara mereka berempat kini berubah menjadi seseorang yang sanggup berkata sekejam itu."Sebenarnya memang sudah lama lo bukan temen gue, bahkan bukan bagian dari empat sekawan. Cuma Ersa yang masih pasang badan demi elo. Demi Ersa juga gue dan Donna masih mau berhubungan sama lo." Rebekha terus menyerang Lisa dengan kata-kata tajamnya."Kalau sudah tidak ada lagi yang mau lo omongin, silakan keluar dan bereskan semua barang-barang lo. Mulai hari ini lo gue pecat!" tegas Rebekha lalu membalikkan badan. Lisa segera meninggalkan ruangan Rebekha dengan sangat marah."Kamu mau kemana?" tan

DMCA.com Protection Status