Share

BAB 5

Penulis: Ede Thaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-18 18:24:57

Lisa menghentikan langkahnya lalu menarik tangan Ersa.

“Tanggal berapa sekarang?” Ersa memandang Lisa heran.

“Tanggal 12 Mei 2007 Masehi, 1428 Hijriyah. Kenapa lo hilang ingatan?” Ersa menjawab dengan cara paling menyebalkan yang merupakan ciri khasnya.

Lisa menarik nafas dalam, tentu saja Lisa tidak akan pernah melupakan tanggal 12 Mei. Hari ini adalah hari pertamanya bertemu dengan Steven dan di tanggal ini juga nantinya mereka akan menikah.

“Wei! Ngapain bengong?” Ersa memukul bahu Lisa.

Lisa tersadar dari lamunannya.

“Ayo kesana.” ajak Ersa sambil menarik tangan Lisa.

Lisa mencoba menolak, saat ini orang terakhir yang ingin dia temui bahkan di dalam mimpi sekalipun adalah Steven. Dia masih sangat marah kalau mengingat kejadian sebelumnya.

“Empat sekawan sini!” Terdengar teriakan Rudy ketua BPM* Fakultas Hukum memanggil Lisa dan sahabat-sahabatnya.

“Tuh dipanggil Ka Rudy.” ucap Donna yang kali ini ikut menarik tangan Lisa. Akhirnya Lisa menyerah, dengan wajah cemberut dia mengikuti ketiga sahabatnya berjalan menuju taman.

“Eh kalian berempat bantuin Fakultas Teknik ya. Sabtu ini mereka mau ngadain seminar, butuh beberapa mahasiswi untuk penerima tamu sama apa ya tadi. Nanti Steven yang jelasin deh.” jelas Rudy kepada mereka berempat dengan buru-buru.

“Nah udah pas 10 mahasiswi ya.” ucap Rudy ke arah Steven.

“Gw cabut ya, masih ada kuliah.” lanjutnya sambil berlari ke arah kelas. Steven melambaikan tangan ke arah Rudy.

“Gw juga cabut ya, ada urusan di rumah.” Lisa masih berusaha melarikan diri. Donna segera menarik tangan Lisa dan menggenggamnya erat agar Lisa tidak bisa pergi.

Rebekha melihat sekelilingnya. “Baru delapan orang, dua lagi mana?” tanya Rebekha pelan hampir berbisik kepada ketiga temannya. Mereka bertiga hanya mengangkat bahu dengan acuh.

“Sebelum kita bekerja sama, kayaknya lebih afdol kalo kita kenalan dulu ya. Nama saya Steven, ketua BPM Fakultas Teknik. Seperti kalian tahu Fakultas Teknik delapan puluh lima persen isinya laki-laki jadi saya minta bantuan Rudy untuk ngajak mahasiswi Hukum. Saya sangat berterimakasih untuk kesediaan kalian membantu, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik.” Steven tersenyum manis kemudian mendatangi dan menyalami satu persatu mahasiswi yang bersedia ikut.

“Donna, semester 2.” Lisa mendengar Donna yang berdiri tepat disampingnya berbicara sangat lembut. Steven tersenyum sangat manis sambil mengatakan “Terima kasih ya sudah bantu kami.” Seperti yang dia katakan kepada mahasiswi-mahasiswi yang lain.

Steven tiba di hadapan Lisa. Dia menjulurkan tangannya, dengan ragu-ragu Lisa membalas uluran tangannya. “Lisa!” sahut Lisa singkat dan ketus lalu segera menarik tangannya. Tiba-tiba mata mereka bertemu, Steven tersenyum hangat. Lisa mengalihkan pandangannya dari wajah Steven. Lisa tidak pernah sanggup bertahan dari senyuman Steven, dia selalu luluh.

‘Dia cuma anak kecil dan aku masih marah!’ ucapnya dalam hati mencoba mengalihkan perasaan gugup yang membuat dadanya sesak.

“Ini dipaksa ya buat bantuin kita?” tanya Steven bercanda.

“Kok tahu?” jawab Lisa semakin ketus.

“Hush, becandanya ga usah berlebihan.” potong Donna, setelah mendengar pembicaraan Steven dengan Lisa.

“Dia lagi ada masalah. Berikutnya!” ujar Donna mencoba mencairkan suasana sambil sambil menunjuk Ersa. Steven mengangguk lalu melanjutkan perkenalannya ke orang berikutnya. Tapi sesekali Steven melirik Lisa yang tampak tidak nyaman berada disana.

Donna segera mendekati Lisa “Lo kenape? Kok jutek amat?” bisiknya dengan sedikit kesal.

“Gue udah bilang ga mau kesini. Tapi kalian maksa, jadi terima aja kalo gw jutek!” jawab Lisa tak kalah kesal.

Donna diam, dalam hati dia menyesal memaksa Lisa ikut.

‘Selalu begini, egois!’ pekik Donna dalam hati. Setiap kali mereka melakukan sesuatu yang tidak disukai Lisa, dia pasti akan mengacaukannya. Tapi setiap kali mereka melakukan hal yang diinginkan Lisa, sekalipun ketiga sahabatnya menolak, Lisa akan memastikan semua berjalan sesuai keinginannya dan tidak akan membiarkan seorangpun mengacaukannya.

Lisa melirik wajah Donna yang cemberut dan menjaga jarak darinya. Lisa tersenyum.

‘Anak muda gampang sekali merajuk.’ gumannya dalam hati

“Maaf ya, gue cuma becanda kok. Ga bakalan jutek lagi deh. Oke?” bujuk Lisa sambil merangkul Donna. Donna memandang wajah Lisa heran lalu mengangguk perlahan.

‘Sejak kapan dia mau minta maaf?’ tanya Donna dalam hati. Dia merasa memang ada sesuatu yang salah dengan Lisa.

Steven selesai berkenalan dengan semua mahasiswi yang hadir.

“Ok, sekarang saya minta tolong rekan-rekan semua untuk mengisi data ya. Nama, nomor HP atau pin BBM, kalau mau sekalian tulis alamat rumah juga boleh. Hehe.” ucap Steven sambil menyerahkan selembar kertas kepada Donna.

“Ini untuk memudahkan kami kalau mau menghubungi kalian, andaikan ada hal-hal yang perlu kami informasikan ke kalian.” lanjut Steven kembali tersenyum.

Lisa tidak ingat pin BBM nya dan sialnya dia lupa di mana letak informasi tentang pin BBM. Akhirnya dia hanya mencantumkan nomor HP nya karena hanya itu yang dia ingat. Lisa tidak pernah mengganti nomor HP nya sejak pertama memiliki HP, begitu juga dengan Steven.

Setelah selesai menulis data, Lisa melihat Steven duduk di kursi besi yang terletak tidak jauh dari tempat Lisa berdiri. Sebenarnya dia sangat terpukau dengan penampilan Steven saat muda.

Dia teringat betapa dulu dia sangat tergila-gila kepada Steven. Apapun yang Steven lakukan terlihat seperti aksi seorang pesulap yang membuatnya terkesima. Lisa ingat semuanya, Lisa ingat semua perasaan cinta dan obsesinya kepada Steven.

‘Sial! Sial!’ maki Lisa dalam hati setelah menyadari bahwa Steven menangkap basah dia sedang memandangi Steven sambil tersenyum.

“Udah pada selesai kan, yuk balik ke kelas.” tukas Lisa gugup, sambil mendekati para sahabatnya.

“Bentar ah. Kelasnya masih setengah jam lagi kok. Siapa tahu masih ada pengumuman lain.” sahut Ersa menunjuk Steven yang sedang berjalan menuju ke arah mereka.

“Ok, kalau sudah semua. Saya ucapkan terima kasih. Untuk info selanjutnya nanti kami hubungi via HP ya.” ucap Steven lagi-lagi sambil tersenyum. Lisa yang tidak berani memandang wajah Steven, membuang pandangannya ke seberang taman. Tiba-tiba dia melihat ada dua mahasiswi yang sedang berlari ke arah mereka.

“Sorry, sorry telat, tadi kelasnya kelamaan.” teriak salah satu dari mereka sambil terus berlari mendekat ke arah Steven.

“Kenalin saya Steven, ketua BPM Fakultas Teknik.” jawab Steven sambil mengulurkan tangan.

“Rika.” sahut mahasiswi yang dandanannya tampak mencolok, sambil meraih uluran tangan Steven.

“Kebetulan aku juga di BPM Fakultas Hukum, jadi kalau ada apa-apa boleh langsung berhubungan sama aku aja.” rayunya sambil terus memegang tangan Steven. Steven mengganguk dengan senyum terpaksa lalu berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Rika.

Lisa melihat Rika dengan penuh kebencian. ‘Perempuan murahan!’ gerutunya dalam hati.

Steven beralih kepada mahasiswi yang satu lagi. Penampilannya menarik dan tidak senorak temannya. Pembawaannya juga tampak lebih berkelas.

“Hai, aku Angel.” ucapnya tenang.

*BPM: Badan Perwakilan Mahasiswa, sekarang disebut BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)

Bab terkait

  • KEMBALI PULANG   BAB 6

    “Hai, aku Angel.” ucapnya tenang. "Boleh minta nomor telpon atau pin BBM?" tanya Steven sambil tersenyum sangat manis. Lisa memandang Steven dengan tajam. 'Kemarin katanya Angel yang meminta nomor HP nya, ternyata dia yang kegenitan duluan!' gerutu Lisa dalam hati. "Ini, tolong diisi datanya ya, supaya kami mudah menghubungi kalian kalau ada apa-apa." Steven menyerahkan selembar kertas kepada Angel. "Uh, gue pikir dia naksir Angel, makanya minta nomor HP, ternyata buat data." bisik Donna tepat di telinga Lisa. Rebekha dan Ersa tersenyum sambil mengangguk tanda setuju dengan perkiraan Donna. Ternyata mereka berempat memiliki pemikiran yang sama. Lisa tersadar ini hanya mimpi tapi dia masih terbawa emosi karena masalah yang terjadi antara dia dan Steven di kehidupan nyata hingga membuatnya jadi kesal tanpa sebab. "Udah ah, ayo balik." ajak Lisa yang merasa gerah melihat Steven dan Angel yang sedang berbincang hangat. "Permisi dulu yuk ke Steven." ajak Rebekha sambil menarik tang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • KEMBALI PULANG   BAB 7

    -2022- “Keluarga Lisa.” panggil perawat ICU. Steven yang sedang duduk di ruang tunggu ICU bersama beberapa penunggu pasien ICU lainnya, segera keluar memakai sepatu dan berlari ke arah ICU. “Maaf Pak keadaan Ibu Lisa sedang menurun, kami harus memasukkan beberapa obat, boleh minta tandatangan bapak disini?” tanya perawat sambil menyerahkan selembar kertas dan pena. Steven segera menandatangi kertas yang diberikan oleh perawat. “Sus, apa boleh saya masuk?” mohon Steven setelah selesai memberikan tanda tangannya. “Nanti bapak saya panggil kalau sudah boleh masuk.” jawab perawat lalu segera meninggalkan Steven. Steven yang berharap perawat segera memanggilnya untuk bertemu Lisa, bolak-balik di depan pintu ICU. Subuh tadi Steven hanya diberikan waktu sebentar melihat Lisa. Dia diminta keluar, meskipun dia memohon agar bisa tinggal lebih lama. Tapi dokter jaga ICU menolaknya dan meminta Steven mempercayakan Lisa kepada para dokter dan perawat. ‘Mereka tidak mengerti!’ teriak Steven d

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • KEMBALI PULANG   BAB 8

    "Berarti... Ini bukan mimpi!" Lisa mulai menemukan benang merah dari kondisinya saat ini. "Apa mungkin jiwaku kembali ke tubuhku yang berusia sembilan belas tahun?" tanya Lisa dengan mata membelalak. Lisa tidak percaya dia mengalami hal ini. Lalu bagaimana caranya Steven bisa menghubunginya? Lisa menutup wajah dengan kedua tangannya. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan dadanya terasa panas. Dia kewalahan dengan informasi yang baru saja dia dapatkan. Lisa bahkan tidak sanggup menangis atau berkata-kata. Tiba-tiba Lisa menyadari bahwa kemungkinan terburuk bahwa tubuh aslinya bisa mati kapan saja. 'Apa yang akan terjadi dengan ku kalau tubuhku mati?' Lisa bertanya dalam hatinya. Lisa ketakutan membayangkan wajah Steven, anak-anak mereka, keluarganya, sahabat-sahabatnya. Lisa takut berpisah dengan mereka. Lisa takut mati. Lisa tidak ingin mati. "Aku harus kembali ke dalam tubuhku, bagaimanapun caranya." Lisa bertekad dalam hati. Keluarganya boleh berpikir bahwa dia mencoba bunuh

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • KEMBALI PULANG   BAB 9

    Steven mengepalkan tangannya, dia sangat ingin memukul wajah laki-laki yang sedang tertawa bahagia itu. Tapi kemudian dia melihat Lisa juga tertawa bahagia. Steven melepas kepalan tangannya, tubuhnya terasa lunglai. Entah mengapa dia merasa begitu patah hati pada perempuan yang baru dia temui kemarin. Steven meninggalkan kedua manusia yang tampak mesra itu. *** "Lisa!" teriak Ersa sambil melambaikan tangannya setelah melihat Lisa dan Andrew di taman. "Sini!" balas Lisa berteriak kepada para sahabatnya. Wajah Andrew berubah dan tampak tidak nyaman. "Aku duluan ya mau ke kelas, ini pin BB ku." Andrew menyerahkan selembar kertas kecil, lalu segera meninggalkan Lisa tepat sebelum ketiga sahabatnya tiba. "Siapa tadi?" selidik Ersa penasaran. "Senior kita, namanya Andrew." jawab Lisa sambil membaca kertas yang diberikan Andrew. Tiba-tiba Ersa merampas kertas yang sedang dibaca Lisa. "Ini pin BB ku 55883F56. Aku tunggu ya kabarnya kapan kita bisa ketemu lagi. Andrew." Ersa membaca ker

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • KEMBALI PULANG   BAB 10

    "Apa?" pekik Lisa kaget. "Apa yang kalian bicarakan? Bagaimana dia bisa tahu istrimu koma? Apa dia datang sendirian?" cecar Lisa dengan kesal. "Kenapa kamu kedengaran marah?" tanya Steven bingung. Lisa tiba-tiba menyadari kesalahannya karena terbawa emosi. "Enggak, cuma penasaran, ceritanya seperti di film." jawab Lisa setenang mungkin. "Dia membicarakan banyak hal, tentang masa lalu, kehidupan, masa depan dan hal lain. Ternyata hidup kami sama-sama rumit. Dia sedang dalam proses perceraian dengan suaminya." jelas Steven. "Bukankah itu berbahaya? Istrimu koma, dia mau bercerai. Bagaimana kalau tumbuh rasa yang tidak seharusnya di antara kalian?" tukas Lisa dengan nafas tertahan, dia tidak ingin kehilangan kendali lagi. "Iya benar, karena itu tadi aku minta dia jangan datang lagi ke rumah sakit. Aku ingin konsentrasi merawat istriku." jelas Steven. Lisa diam. "Jangan khawatir, aku tahu bagaimana harus menjaga diriku dan keluargaku." tambahnya mencoba meyakinkan Lisa. "Aku hany

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • KEMBALI PULANG   BAB 11

    Steven mencoba menenangkan pikirannya. Dia tidak habis pikir kenapa dia bisa semarah ini melihat Lisa bersama laki-laki lain, padahal Lisa bukan miliknya. Steven memutuskan untuk pergi ke kantin dan mengistirahatkan kepalanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat Lisa sedang duduk berdua dengan Andrew. Steven terus berjalan melewati mereka. Dia berusaha mengacuhkan Lisa. Tapi Steven yang sadar Lisa sedang menatapnya tidak bisa menahan diri. Akhirnya dia membalas tatapan Lisa sebentar lalu segera membuang muka. Steven meninggalkan kantin dengan kesal setelah membeli sebotol minuman dingin. Lisa juga kesal melihat tingkah Steven. Baginya Steven sangat berlebihan. 'Daripada mikirin orang sensitif kayak gitu, mending aku konsentrasi sama yang di depanku aja.' guman Lisa dalam hati. *** Malam telah tiba. Seperti malam-malam sebelumnya, Lisa menunggu telepon dari Steven suaminya. Dia sangat ingin menanyakan keadaan anak-anaknya. Lisa begitu bersemangat setelah melihat nomor telepon S

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • KEMBALI PULANG   BAB 12

    "Boleh, nanti malam jam setengah tujuh ya." sahut Lisa dengan nada kesal. Andrew mengangguk senang. "Mau makan di restoran Our Steak di pusat kota?" tanya Andrew bersemangat. Lisa hanya mengangguk, meskipun dia tidak mengenali nama restoran yang disebutkan Andrew. "Ya udah, kalau gitu aku pulang duluan ya." sambung Andrew, lalu meninggalkan Lisa dengan hati berbunga-bunga. Tadinya melihat reaksi yang Lisa berikan selama berjalan-jalan, Andrew pikir Lisa sama sekali tidak tertarik kepadanya.Tapi siapa sangka Lisa ternyata menerima ajakannya untuk makan malam berdua di malam minggu. Sementara Lisa yang kesal segera meninggalkan tempatnya berdiri dan berjalan menuju kantin dimana para sahabatnya sudah menunggu. "Akhirnya Lisa muncul." teriak Ersa sambil memeluk Lisa. "Karena kita bertiga dapet amplop jadi malam ini kita mau traktir kesayangan kita makan malam." seru Ersa bersemangat. Lisa menggelengkan kepalanya. "Yah, nanti malam gue udah terlanjur janjian lagi sama Andrew." jawab

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17
  • KEMBALI PULANG   BAB 13

    'Steven.' guman Lisa dalam hati. Lisa tiba-tiba kehilangan konsentrasinya. Padahal tadi dia sudah menyusun kata-kata yang paling bijak dan tidak menyakitkan untuk menolak Andrew. Tapi kini kepalanya dipenuhi rasa penasaran dengan siapa Steven datang ke restoran ini. Lisa menghembuskan nafas lega, ketika melihat Steven datang dengan Gerard abangnya dan Aulia pacar Gerard. "Lisa, gimana?" Andrew yang sedari tadi menunggu jawaban Lisa sambil menundukkan kepalanya, mengangkat kepalanya dan mencolek tangan Lisa. Lisa tersentak, dia tersadar bahwa Andrew sedang menantikan jawabannya. "Maaf Andrew, gue nggak bisa nerima tawaran lu." jawab Lisa singkat. Semua kata-kata yang sudah dia siapkan tiba-tiba menguap entah kemana. "Kenapa? Apa ada yang salah dari aku? Atau kamu suka sama orang lain?" cecar Andrew dengan wajah sedih. "Bukan, enggak ada yang salah kok sama lo. Tapi gue emang belum boleh pacaran sama bonyok* gue. Selain itu gue juga masih mau konsentrasi kuliah." jawab Lisa sekena

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18

Bab terbaru

  • KEMBALI PULANG   BAB 110

    "Dari situ aja sebenarnya lo bisa mengambil kesimpulan, kenapa kami menjauh," lanjut Donna memandang Lisa dengan tajam. "Karena pada dasarnya lo cuma mikirin diri lo sendiri. Bersahabat dengan kami pun itu demi diri lo sendiri," jelas Donna dengan gamblang. "Kenapa kalian bisa mengambil kesimpulan begitu? Gue tulus sayang sama kalian sebagai sahabat. Tapi kalau kalian menjauh, gue bisa apa? Kalau kalian memang nggak mau bersahabat lagi, untuk apa gue peduli?" jawab Lisa yang ikut terpicu amarahnya mendengar kata-kata Donna. "Karena itu bukan sekedar kesimpulan yang kami buat, tapi kenyataan. Kita berteman sejak masuk kuliah sampai hampir lulus. Lu tahu enggak kalau Rebekha pernah hampir diperkosa bapak tirinya? Lo tahu enggak kalau Ersa sering nangis karena sampai dewasa pun masih dimarahi orangtuanya kalau nilai ujiannya jelek? Enggak tahu kan?" Lisa diam. Dia memang tidak tahu semua kejadian itu. "Tapi lo pasti tahu dong kalau gue pernah naksir Steven? Tapi lo pura-pura enggak t

  • KEMBALI PULANG   BAB 109

    "Gue ngerti dan lagi-lagi gue iri dengan apa yang lo punya. Tapi yah, namanya hidup. Yang gue punya lo enggak punya, begitu juga sebaliknya. Sekarang mari kita nikmati hidup kita masing-masing dan melakukan yang terbaik dengannya," ujar Rebekha sebelum mereka saling berpelukan dan berpisah ke arah tujuan mereka masing-masing. Setelah berbicara banyak dan terbuka dengan Rebekha, Lisa merasa sangat lega. Dia menyesal mengapa selama ini terkurung dalam pikiran yang negatif. Dia selalu merasa sebagai korban, menyalahkan orang lain, tidak mempercayai siapapun bahkan dirinya sendiri dan terbenam dalam ketidak percayaan diri. Ternyata, kematian ibunya meski memunculkan rasa sakit baru, namun telah menjadi obat untuk semua rasa sakitnya selama ini. Lisa membayangkan andaikan dia bisa memandang hidup dari sudut yang lebih positif bersama ibunya, pasti semuanya lebih sempurna. *** "Bang Gerard mau menikah dengan Donna, rencananya besok dia mau membicarakan dengan papa dan mama," lapor Steve

  • KEMBALI PULANG   BAB 108

    "Lisa, sorry gue baru dengar kabar tentang tante Gayatri. Turut berdukacita ya," ucap Rebekha tulus. Lisa membuang napas panjang."Thank you," jawab Lisa singkat."Boleh enggak kita ketemu? Sejak kita bertengkar, gue ngerasa enggak tenang. Sepertinya kita harus bicara dan membereskan semuanya. Bagaimana?" Lisa diam sejenak."Oke, kapan? Dimana?" "Kalau sekarang? Di Kafe Kofee aja dekat rumah lo, gimana?" Lisa setuju lalu segera bersiap-siap setelah menutup teleponnya.Lisa tiba duluan karena tempat mereka bertemu sangat dekat dengan rumahnya. Dia segera memesan minuman coklat dingin dan beberapa camilan untuk menemaninya menunggu Rebekha. Ternyata Lisa tidak menunggu terlalu lama."Hai," sapa Rebekha. Lisa hanya menganggukkan kepalanya. Rebekha duduk di hadapan Lisa dengan canggung."Elo udah tahu belum kalo Donna udah dilamar?" tanya Rebekha mencoba mencari bahan pembicaraan."Belum," jawab Lisa singkat."Rencananya mereka mau menikah secepatnya, secara sederhana." Lisa menganggukan

  • KEMBALI PULANG   BAB 107

    "Mama ...," raung Lisa setelah video itu berakhir. Steven menutup matanya berusaha menahan tangis. Hatinya benar-benar hancur melihat airmata Lisa. "Mama, maafkan aku. Maafkan aku karena hanya memikirkan diriku sendiri." Lisa terus meraung. Steven tidak mengatakan apa-apa, dia hanya menggenggam tangan Lisa dan membiarkan istrinya mengeluarkan semua kesedihan, kemarahan dan penyesalannya. Lisa berusaha keras menghentikan tangisnya. Dia mengumpulkan semua sisa kekuatannya untuk menahan rasa kehilangan yang sangat menyakitkan. Lisa kembali membereskan barang-barang ibunya. Dia memasukkan baju-baju ibunya ke dalam kardus. Rencananya Lisa akan menyumbangkan semua pakaian ibunya. Sementara Steven membereskan barang-barang lain dan menyusunnya dengan rapi agar Lisa dapat memilih dan memutuskan akan melakukan apa dengan barang-barang itu. "Lisa, sepertinya kamu harus baca ini." Steven menyerahkan selembar kertas kepada Lisa. Kertas dengan tulisan tangan ibu Lisa yang dibuat terburu-buru.

  • KEMBALI PULANG   BAB 106

    "Ada apa bang?" tanya Steven kaget."Bu Gayatri meninggal dunia," jawab Gerard dengan wajah menyesal. Steven tidak punya waktu untuk bertanya lebih lanjut dan langsung berlari menuju mobilnya dan bergegas pulang ke rumah.Dia sudah meminta Gerard untuk menghubungi papa dan mamanya agar mereka bersiap-siap. Steven juga minta papa dan mamanya untuk merahasiakan berita ini. Steven ingin Lisa mendengar kabar ini dari mulutnya.Steven merasa sangat terpukul dengan kematian mertuanya. Membayangkan reaksi istri dan anak-anaknya, membuat Steven lebih tertekan lagi. Steven tahu anak-anaknya lebih dekat dengan mertuanya daripada dengan orangtua Steven, selain itu mereka yang menemukan omanya tidak sadarkan diri. Anak-anaknya pasti akan sangat sedih. Sementara Lisa dia pasti akan menyesali kemarahan yang masih dia simpan, hingga tidak mau mengunjungi ibunya."Aaah!" teriak Steven, kepalanya terasa mau pecah membayangkan apa yang akan terjadi."Mana Lisa?" tanya Steven kepada ayah dan ibunya yang

  • KEMBALI PULANG   BAB 105

    "Anak-anak bagaimana?" tanya Steven yang membayangkan kepanikan anak-anaknya karena ibu dan omanya sama-sama berada di rumah sakit."Mereka ketakutan, apalagi mereka yang pertama kali menemukan bu Gayatri," jawab Ibu Steven dengan nada sedih."Kalau bisa, tolong antarkan mereka kesini. Lebih baik mereka bersama aku disini, supaya mereka tidak terlalu ketakutan," pinta Steven. Berada di samping ayah mereka pasti akan membuat kedua anaknya tenang."Oke, kami hanya akan memastikan keadaan mertuamu, lalu segera kesana." Bu Gayatri mematikan teleponnya, lalu memeluk kedua cucunya agar mereka tidak terlalu ketakutan.***"Kamu sudah enakkan?" tanya Steven kepada Lisa yang sudah sadar. Steven diperbolehkan masuk sebentar, sebelum diadakan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui alasan kepala Lisa tadi terasa sangat sakit."Iya, tadi kepalaku tiba-tiba sakit sekali. Tapi sekarang rasa sakitnya benar-benar hilang." Lisa memegang kepalanya dengan tangan yang tidak diinfus."Tapi kamu tetap harus

  • KEMBALI PULANG   BAB 104

    Lisa bersikeras untuk tinggal. Dia sama sekali tidak menggerakkan kakinya. Dia tidak akan pernah lari lagi dari pertengkaran mereka. "Aku bilang tidak. Aku tidak akan pernah pergi, sebelum aku semuanya selesai," jawab Lisa keras kepala. "Apa yang mau kamu selesaikan? Semua kemarahan yang ada di kepalamu selama ini? Baik, silakan. Keluarkan saja semua makian yang kau punya. Lalu kalau sudah selesai, segera tinggalkan rumah ini." "Aku tidak ingin memaki, aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya menjadi ibu yang kejam?" ucap Lisa tanpa ampun. Bu Gayatri memandang Lisa dengan marah. "Kali ini kamu sudah keterlaluan. Bagaimana kamu bisa mengatakan mama kejam, setelah semua yang mama lakukan untukmu dan keluargamu? Apakah kamu ibu yang baik? Apakah kamu lebih baik dari mama?" "Aku berusaha agar tidak menjadi seperti mama. Tapi trauma yang mama timbulkan membuat emosiku tidak stabil. Kalau aku terkadang tidak bisa mengendalikan diri, itu karena apa yang sudah mama buat di masa lalu," ja

  • KEMBALI PULANG   BAB 103

    "Memangnya apa yang sudah mama lakukan? Mama tidak pernah memukulmu. Mama selalu memenuhi semua kebutuhanmu bahkan melebihi kebutuhanmu. Mama selalu merawat kamu ketika sakit. Mama juga yang selalu mengurusmu sejak kecil. Lalu dimana kesalahannya? Apa yang kamu benci? Bahkan sekarang anak-anakmu pun mama yang urus. Tapi mereka bahagia, tidak seperti kamu yang selalu menyalahkan sekelilingmu," sahut Bu Gayatri sambil melemparkan benang dan jarum rajitannya ke samping."Hidupmu terlalu enak. Kamu kurang bersyukur dengan semua yang sudah kamu miliki. Sekarang kamu mau menyalahkan mama untuk kesalahan yang kamu buat?" bentak Bu Gayatri. Lisa merasa tiba-tiba dia kembali menjadi gadis muda yang membenci ibunya."Kamu terluka karena mama? Kamu terluka karena keputusan-keputusan yang kamu buat tanpa berpikir. Mama sudah memberitahu apa yang harus kamu lakukan, tapi kamu memberontak. Sekarang kamu menerima konsekuensi dari keputusanmu dan kamu menuduh Mama yang merusak masa lalumu?" sambung B

  • KEMBALI PULANG   BAB 102

    "Udah gila lo!" seru Lisa tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Rebekha tersenyum mengejek dengan penuh percaya diri. Sudah lama dia menyimpan kata-kata itu. Tapi tidak pernah sanggup mengatakannya karena Lisa adalah sahabatnya. "Mulai hari ini kita adalah orang asing. Jangan pernah lagi sebut gue temen lo!" lontar Lisa dengan marah. Lisa tidak menyangka Rebekha sahabatnya yang paling pengertian diatara mereka berempat kini berubah menjadi seseorang yang sanggup berkata sekejam itu."Sebenarnya memang sudah lama lo bukan temen gue, bahkan bukan bagian dari empat sekawan. Cuma Ersa yang masih pasang badan demi elo. Demi Ersa juga gue dan Donna masih mau berhubungan sama lo." Rebekha terus menyerang Lisa dengan kata-kata tajamnya."Kalau sudah tidak ada lagi yang mau lo omongin, silakan keluar dan bereskan semua barang-barang lo. Mulai hari ini lo gue pecat!" tegas Rebekha lalu membalikkan badan. Lisa segera meninggalkan ruangan Rebekha dengan sangat marah."Kamu mau kemana?" tan

DMCA.com Protection Status