Share

BAB 4

Penulis: Ede Thaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-17 10:57:47

“Lisa, kamu lagi ada masalah di kampus?” tanya Pak Adhitama lembut, sambil mengemudikan minibus tua kesayangannya. Lisa yang duduk disampingnya menjawab dengan suara tidak kalah lembut.

“Enggak ada Pa.” Pak Adhitama mengangguk pelan, lalu diam.

Senyap, padahal ada dua orang di dalam minibus hijau bermerek kijang itu. Tapi setiap orang tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Lisa menikmati keheningan ini. Setelah ayahnya meninggal, hampir setiap hari adegan ini dia mainkan di kepalanya. Bahkan setelah menikah dan memiliki anak pun, Lisa masih sangat merindukan setiap waktu yang dia habiskan bersama ayahnya. Dia belum pernah mengalami mimpi seperti ini, jadi dia ingin momen ini melekat di pikirannya. Sehingga ketika bangun nanti, dia bisa menikmati lagi kenangan ini.

***

Setibanya di depan kampus, Lisa tersenyum gelisah. Tiba-tiba dia merasa gugup seperti saat pertama kali menginjakkan kakinya di kampus ini.

Di kampus inilah dia bertemu dengan Steven, seniornya tapi dari jurusan yang berbeda. Di kampus ini pula Lisa menghabiskan masa mudanya.

Di kampus ini juga dia bermimpi suatu saat nanti akan menjadi seorang pengacara hebat atau hakim yang bijaksana atau bahkan seorang jaksa yang patriotik.

Senyum Lisa menghilang mengingat keputusannya untuk melepaskan semua mimpinya itu dan memilih menjadi ibu rumah tangga.

“Lisa, asyik nyampenya bareng.” seorang gadis tomboy dengan kemeja tipis, jeans sepinggul, sepatu olahraga dan tas ransel menghampiri Lisa.

“Donna!” teriak Lisa senang melihat salah satu dari empat sahabatnya yang sudah lebih dari sepuluh tahun tidak ditemuinya.

“Apaan sih lo? Teriak-teriak bikin budeg tau.” jawab Donna acuh.

“Yuk, si Ersa sama Rebekha udah di kantin, tadi Ersa bbm gue” sambung Donna sambil menarik tangan Lisa.

Lisa mengikuti Donna dengan perasaan dan pikiran yang campur aduk. Sesampainya di kantin Lisa terkejut melihat kedua sahabatnya yang lain.

“Lisa, lo kenapa sih nggak balas-balas bbm gw? Habis kuota?” Lisa tertawa melihat penampilan Ersa yang begitu berbeda dari penampilannya setelah berkepala tiga. Ersa menggunakan kaus biru, rok biru selutut, sepatu biru dengan hak kurang lebih 7cm dan tas selempang berwana biru.

“Halah! Malah ketawa, emang gw monyet!” sembur Ersa, kesal melihat reaksi Lisa.

“Sorry Er, gue belum ngecek HP.” sahut Lisa sambil merangkul Rebekha, sahabatnya yang paling pendiam dan paling alim diantara mereka berempat.

Mereka berempat memiliki sifat, penampilan, kebiasaan, agama, latar belakang keluarga bahkan makanan kesukaan yang sangat berseberangan. Tapi perbedaan itu membuat mereka saling melengkapi satu dengan yang lain.

Ersa yang paling judes dan paling pedas mulutnya diantara mereka tapi paling tertarik dengan dunia mode dan paling peduli dengan penampilan.

Donna yang paling tomboy dan jago bela diri. Dia membuat kelompok mereka jauh dari gangguan, bahkan senior sekalipun tidak berani menyentuh mereka.

Rebekha adalah pendengar yang baik, hatinya lembut dan sangat sabar. Dia selalu menjadi tempat mereka mencurahkan isi hati dan menceritakan rahasia, dia juga yang selalu menjadi penengah apabila mereka berkonflik.

Sedangkan Lisa, dia unggul dalam hal akademik. Setiap kali para sahabatnya kesulitan dalam pelajaran, Lisa adalah orang yang akan mereka datangi.

Di kampus mereka terkenal sebagai empat sekawan yang tidak terpisahkan. Sayangnya sebelum mereka semua wisuda, persahabatan mereka sudah mulai merenggang, dan akhirnya berakhir setelah mereka mengambil jalan hidup masing-masing.

Lisa bahkan tidak ingat bagaimana awalnya, tapi setelah Lisa berpacaran dengan Steven, hubungan persahabatan mereka mulai merenggang dan setelah Lisa memutuskan untuk menikah dengan Steven, mereka tidak pernah lagi berkomunikasi. Entah apa penyebabnya. Lisa tidak pernah tahu dan memang tidak pernah mau tahu.

Mereka berempat berjalan menuju kelas pertama hari ini, semester ini mereka mengambil mata kuliah yang sama.

Syukurnya hari ini mereka memulai dengan mata kuliah Hukum Perdata, dosen mata kuliah ini biasanya hanya akan memberikan sedikit penjelasan, lalu memberikan tugas sebelum dia keluar kelas untuk merokok, lalu masuk lagi mengumpulkan tugas dan kuliah selesai.

Plak.

Tiba-tiba sebuah botol minuman berisi air mengenai punggung Lisa. Lisa berteriak karena kesakitan lalu segera melotot ke seorang mahasiswi yang melempar botol itu.

“Maaf, gw mo lempar ke samping lo eh ga pas. Sorry banget ya.” Dengan wajah memelas mahasiswi itu memohon maaf.

Lisa berbalik lagi tanpa menjawab apa-apa, tiba-tiba dia tersadar punggungnya sangat sakit.

'Kenapa aku tidak terbangun? Kenapa aku merasakan sakit tapi tidak bangun? Apa ini efek obat tidur?' Lisa bertanya-tanya dalam hatinya.

“Bekha, cubit gw donk.” bisik Lisa pada Rebekha yang duduk di sebelah kanannya, dengan bingung Rebekha mencubitnya pelan.

“Yang kenceng!” Rebekha kembali mencubitnya kali ini lebih keras tapi tetap saja terlalu pelan bagi Lisa

“Ersa, cubit gw yang kenceng.” Akhirnya dengan enggan Lisa meminta Ersa yang duduk di sebelah kirinya

“Aduh!” seru Lisa setelah Ersa mencubitnya dengan sepenuh hati lalu tersenyum nakal.

Lisa tertegun, dia tidak terbangun

‘Ini mimpi atau kenyataan?’ Lisa yang bingung terus bertanya dalam hatinya.

‘Kalau ternyata ini bukan mimpi, bagaimana anak-anakku?’ Lisa mulai merasa panik, dia melihat dosen mereka keluar dari kelas, lalu Lisa segera menyusul keluar.

Jantung Lisa berdegup sangat kencang, telapak tangannya berkeringat, sambil terus berguman dalam hati

‘Aku harus bangun, anak-anak membutuhkanku, bangun, bangun!’ jerit Lisa dalam hati.

Lisa tahu ini tidak terasa seperti mimpi yang biasa dia rasakan, dia bingung kenapa mimpi ini terasa sangat nyata.

Donna keluar menyusul Lisa, dia melihat Lisa berjalan menuju pintu keluar kampus dengan tatapan kosong

“Wei, mau kemana lo?” Donna memukul pundak Lisa.

Lisa tersentak, dia menatap Donna, lalu mencubit Donna

“Sakit ga?”

“Gila lo ya, sakit lah!” Donna meringis sambil melotot ke arah Lisa

“Ayo masuk kelas lagi.” Lisa membelai tangan Donna yang dia cubit tadi, Donna melangkah mengikuti Lisa dengan bingung.

Lisa sama sekali tidak peduli dengan tugas diberikan dosennya. Pikirannya menerawang jauh. Dia tidak percaya dia tidak bermimpi, tapi semakin Lisa memikirkan situasinya saat ini, semakin dia yakin ini bukan mimpi biasa.

Ketika tiba saatnya mengumpulkan tugas hanya Lisa yang tidak mengumpulan. Teman-temannya tentu sangat kaget melihatnya.

“Lo kenapa sih? Lagi ada masalah di rumah?” tanya Rebekha khawatir.

Lisa menggelengkan kepalanya. “Gue lagi males mikir.” jawab Lisa.

“Lisa? Malas mikir? Pasti ada sesuatu deh. Lo lagi jatuh cinta?” Kali ini Ersa yang bertanya penuh selidik. Lisa hanya mengangkat bahunya dan tersenyum melihat ekspresi di wajah sahabat-sahabatnya.

“Ya udahlah ga usah dibahas lagi, ke taman yuk, nungguin kuliah Hukum Dagang.” ucap Donna, yang merasa hari ini memang ada sesuatu yang Lisa rahasiakan dari mereka.

Ketiga orang itu kemudian mengikuti Donna ke taman yang terletak di tengah-tengah kampus mereka.

Terlihat gerombolan mahasiswa sedang berkumpul. Sepertinya mereka sedang membahas sesuatu yang penting.

Tiba-tiba di antara kerumunan mahasiswa itu, mata Lisa tertuju pada sosok yang sangat dia kenal. Perawakannya paling menjulang dan paling bersinar diantara para mahasiswa yang ada di sekitarnya.

‘Steven!’ seru Lisa dalam hati.

Bab terkait

  • KEMBALI PULANG   BAB 5

    Lisa menghentikan langkahnya lalu menarik tangan Ersa. “Tanggal berapa sekarang?” Ersa memandang Lisa heran. “Tanggal 12 Mei 2007 Masehi, 1428 Hijriyah. Kenapa lo hilang ingatan?” Ersa menjawab dengan cara paling menyebalkan yang merupakan ciri khasnya. Lisa menarik nafas dalam, tentu saja Lisa tidak akan pernah melupakan tanggal 12 Mei. Hari ini adalah hari pertamanya bertemu dengan Steven dan di tanggal ini juga nantinya mereka akan menikah. “Wei! Ngapain bengong?” Ersa memukul bahu Lisa. Lisa tersadar dari lamunannya. “Ayo kesana.” ajak Ersa sambil menarik tangan Lisa. Lisa mencoba menolak, saat ini orang terakhir yang ingin dia temui bahkan di dalam mimpi sekalipun adalah Steven. Dia masih sangat marah kalau mengingat kejadian sebelumnya. “Empat sekawan sini!” Terdengar teriakan Rudy ketua BPM* Fakultas Hukum memanggil Lisa dan sahabat-sahabatnya. “Tuh dipanggil Ka Rudy.” ucap Donna yang kali ini ikut menarik tangan Lisa. Akhirnya Lisa menyerah, dengan wajah cemberut dia m

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-18
  • KEMBALI PULANG   BAB 6

    “Hai, aku Angel.” ucapnya tenang. "Boleh minta nomor telpon atau pin BBM?" tanya Steven sambil tersenyum sangat manis. Lisa memandang Steven dengan tajam. 'Kemarin katanya Angel yang meminta nomor HP nya, ternyata dia yang kegenitan duluan!' gerutu Lisa dalam hati. "Ini, tolong diisi datanya ya, supaya kami mudah menghubungi kalian kalau ada apa-apa." Steven menyerahkan selembar kertas kepada Angel. "Uh, gue pikir dia naksir Angel, makanya minta nomor HP, ternyata buat data." bisik Donna tepat di telinga Lisa. Rebekha dan Ersa tersenyum sambil mengangguk tanda setuju dengan perkiraan Donna. Ternyata mereka berempat memiliki pemikiran yang sama. Lisa tersadar ini hanya mimpi tapi dia masih terbawa emosi karena masalah yang terjadi antara dia dan Steven di kehidupan nyata hingga membuatnya jadi kesal tanpa sebab. "Udah ah, ayo balik." ajak Lisa yang merasa gerah melihat Steven dan Angel yang sedang berbincang hangat. "Permisi dulu yuk ke Steven." ajak Rebekha sambil menarik tang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • KEMBALI PULANG   BAB 7

    -2022- “Keluarga Lisa.” panggil perawat ICU. Steven yang sedang duduk di ruang tunggu ICU bersama beberapa penunggu pasien ICU lainnya, segera keluar memakai sepatu dan berlari ke arah ICU. “Maaf Pak keadaan Ibu Lisa sedang menurun, kami harus memasukkan beberapa obat, boleh minta tandatangan bapak disini?” tanya perawat sambil menyerahkan selembar kertas dan pena. Steven segera menandatangi kertas yang diberikan oleh perawat. “Sus, apa boleh saya masuk?” mohon Steven setelah selesai memberikan tanda tangannya. “Nanti bapak saya panggil kalau sudah boleh masuk.” jawab perawat lalu segera meninggalkan Steven. Steven yang berharap perawat segera memanggilnya untuk bertemu Lisa, bolak-balik di depan pintu ICU. Subuh tadi Steven hanya diberikan waktu sebentar melihat Lisa. Dia diminta keluar, meskipun dia memohon agar bisa tinggal lebih lama. Tapi dokter jaga ICU menolaknya dan meminta Steven mempercayakan Lisa kepada para dokter dan perawat. ‘Mereka tidak mengerti!’ teriak Steven d

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • KEMBALI PULANG   BAB 8

    "Berarti... Ini bukan mimpi!" Lisa mulai menemukan benang merah dari kondisinya saat ini. "Apa mungkin jiwaku kembali ke tubuhku yang berusia sembilan belas tahun?" tanya Lisa dengan mata membelalak. Lisa tidak percaya dia mengalami hal ini. Lalu bagaimana caranya Steven bisa menghubunginya? Lisa menutup wajah dengan kedua tangannya. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan dadanya terasa panas. Dia kewalahan dengan informasi yang baru saja dia dapatkan. Lisa bahkan tidak sanggup menangis atau berkata-kata. Tiba-tiba Lisa menyadari bahwa kemungkinan terburuk bahwa tubuh aslinya bisa mati kapan saja. 'Apa yang akan terjadi dengan ku kalau tubuhku mati?' Lisa bertanya dalam hatinya. Lisa ketakutan membayangkan wajah Steven, anak-anak mereka, keluarganya, sahabat-sahabatnya. Lisa takut berpisah dengan mereka. Lisa takut mati. Lisa tidak ingin mati. "Aku harus kembali ke dalam tubuhku, bagaimanapun caranya." Lisa bertekad dalam hati. Keluarganya boleh berpikir bahwa dia mencoba bunuh

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • KEMBALI PULANG   BAB 9

    Steven mengepalkan tangannya, dia sangat ingin memukul wajah laki-laki yang sedang tertawa bahagia itu. Tapi kemudian dia melihat Lisa juga tertawa bahagia. Steven melepas kepalan tangannya, tubuhnya terasa lunglai. Entah mengapa dia merasa begitu patah hati pada perempuan yang baru dia temui kemarin. Steven meninggalkan kedua manusia yang tampak mesra itu. *** "Lisa!" teriak Ersa sambil melambaikan tangannya setelah melihat Lisa dan Andrew di taman. "Sini!" balas Lisa berteriak kepada para sahabatnya. Wajah Andrew berubah dan tampak tidak nyaman. "Aku duluan ya mau ke kelas, ini pin BB ku." Andrew menyerahkan selembar kertas kecil, lalu segera meninggalkan Lisa tepat sebelum ketiga sahabatnya tiba. "Siapa tadi?" selidik Ersa penasaran. "Senior kita, namanya Andrew." jawab Lisa sambil membaca kertas yang diberikan Andrew. Tiba-tiba Ersa merampas kertas yang sedang dibaca Lisa. "Ini pin BB ku 55883F56. Aku tunggu ya kabarnya kapan kita bisa ketemu lagi. Andrew." Ersa membaca ker

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • KEMBALI PULANG   BAB 10

    "Apa?" pekik Lisa kaget. "Apa yang kalian bicarakan? Bagaimana dia bisa tahu istrimu koma? Apa dia datang sendirian?" cecar Lisa dengan kesal. "Kenapa kamu kedengaran marah?" tanya Steven bingung. Lisa tiba-tiba menyadari kesalahannya karena terbawa emosi. "Enggak, cuma penasaran, ceritanya seperti di film." jawab Lisa setenang mungkin. "Dia membicarakan banyak hal, tentang masa lalu, kehidupan, masa depan dan hal lain. Ternyata hidup kami sama-sama rumit. Dia sedang dalam proses perceraian dengan suaminya." jelas Steven. "Bukankah itu berbahaya? Istrimu koma, dia mau bercerai. Bagaimana kalau tumbuh rasa yang tidak seharusnya di antara kalian?" tukas Lisa dengan nafas tertahan, dia tidak ingin kehilangan kendali lagi. "Iya benar, karena itu tadi aku minta dia jangan datang lagi ke rumah sakit. Aku ingin konsentrasi merawat istriku." jelas Steven. Lisa diam. "Jangan khawatir, aku tahu bagaimana harus menjaga diriku dan keluargaku." tambahnya mencoba meyakinkan Lisa. "Aku hany

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • KEMBALI PULANG   BAB 11

    Steven mencoba menenangkan pikirannya. Dia tidak habis pikir kenapa dia bisa semarah ini melihat Lisa bersama laki-laki lain, padahal Lisa bukan miliknya. Steven memutuskan untuk pergi ke kantin dan mengistirahatkan kepalanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat Lisa sedang duduk berdua dengan Andrew. Steven terus berjalan melewati mereka. Dia berusaha mengacuhkan Lisa. Tapi Steven yang sadar Lisa sedang menatapnya tidak bisa menahan diri. Akhirnya dia membalas tatapan Lisa sebentar lalu segera membuang muka. Steven meninggalkan kantin dengan kesal setelah membeli sebotol minuman dingin. Lisa juga kesal melihat tingkah Steven. Baginya Steven sangat berlebihan. 'Daripada mikirin orang sensitif kayak gitu, mending aku konsentrasi sama yang di depanku aja.' guman Lisa dalam hati. *** Malam telah tiba. Seperti malam-malam sebelumnya, Lisa menunggu telepon dari Steven suaminya. Dia sangat ingin menanyakan keadaan anak-anaknya. Lisa begitu bersemangat setelah melihat nomor telepon S

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • KEMBALI PULANG   BAB 12

    "Boleh, nanti malam jam setengah tujuh ya." sahut Lisa dengan nada kesal. Andrew mengangguk senang. "Mau makan di restoran Our Steak di pusat kota?" tanya Andrew bersemangat. Lisa hanya mengangguk, meskipun dia tidak mengenali nama restoran yang disebutkan Andrew. "Ya udah, kalau gitu aku pulang duluan ya." sambung Andrew, lalu meninggalkan Lisa dengan hati berbunga-bunga. Tadinya melihat reaksi yang Lisa berikan selama berjalan-jalan, Andrew pikir Lisa sama sekali tidak tertarik kepadanya.Tapi siapa sangka Lisa ternyata menerima ajakannya untuk makan malam berdua di malam minggu. Sementara Lisa yang kesal segera meninggalkan tempatnya berdiri dan berjalan menuju kantin dimana para sahabatnya sudah menunggu. "Akhirnya Lisa muncul." teriak Ersa sambil memeluk Lisa. "Karena kita bertiga dapet amplop jadi malam ini kita mau traktir kesayangan kita makan malam." seru Ersa bersemangat. Lisa menggelengkan kepalanya. "Yah, nanti malam gue udah terlanjur janjian lagi sama Andrew." jawab

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17

Bab terbaru

  • KEMBALI PULANG   BAB 110

    "Dari situ aja sebenarnya lo bisa mengambil kesimpulan, kenapa kami menjauh," lanjut Donna memandang Lisa dengan tajam. "Karena pada dasarnya lo cuma mikirin diri lo sendiri. Bersahabat dengan kami pun itu demi diri lo sendiri," jelas Donna dengan gamblang. "Kenapa kalian bisa mengambil kesimpulan begitu? Gue tulus sayang sama kalian sebagai sahabat. Tapi kalau kalian menjauh, gue bisa apa? Kalau kalian memang nggak mau bersahabat lagi, untuk apa gue peduli?" jawab Lisa yang ikut terpicu amarahnya mendengar kata-kata Donna. "Karena itu bukan sekedar kesimpulan yang kami buat, tapi kenyataan. Kita berteman sejak masuk kuliah sampai hampir lulus. Lu tahu enggak kalau Rebekha pernah hampir diperkosa bapak tirinya? Lo tahu enggak kalau Ersa sering nangis karena sampai dewasa pun masih dimarahi orangtuanya kalau nilai ujiannya jelek? Enggak tahu kan?" Lisa diam. Dia memang tidak tahu semua kejadian itu. "Tapi lo pasti tahu dong kalau gue pernah naksir Steven? Tapi lo pura-pura enggak t

  • KEMBALI PULANG   BAB 109

    "Gue ngerti dan lagi-lagi gue iri dengan apa yang lo punya. Tapi yah, namanya hidup. Yang gue punya lo enggak punya, begitu juga sebaliknya. Sekarang mari kita nikmati hidup kita masing-masing dan melakukan yang terbaik dengannya," ujar Rebekha sebelum mereka saling berpelukan dan berpisah ke arah tujuan mereka masing-masing. Setelah berbicara banyak dan terbuka dengan Rebekha, Lisa merasa sangat lega. Dia menyesal mengapa selama ini terkurung dalam pikiran yang negatif. Dia selalu merasa sebagai korban, menyalahkan orang lain, tidak mempercayai siapapun bahkan dirinya sendiri dan terbenam dalam ketidak percayaan diri. Ternyata, kematian ibunya meski memunculkan rasa sakit baru, namun telah menjadi obat untuk semua rasa sakitnya selama ini. Lisa membayangkan andaikan dia bisa memandang hidup dari sudut yang lebih positif bersama ibunya, pasti semuanya lebih sempurna. *** "Bang Gerard mau menikah dengan Donna, rencananya besok dia mau membicarakan dengan papa dan mama," lapor Steve

  • KEMBALI PULANG   BAB 108

    "Lisa, sorry gue baru dengar kabar tentang tante Gayatri. Turut berdukacita ya," ucap Rebekha tulus. Lisa membuang napas panjang."Thank you," jawab Lisa singkat."Boleh enggak kita ketemu? Sejak kita bertengkar, gue ngerasa enggak tenang. Sepertinya kita harus bicara dan membereskan semuanya. Bagaimana?" Lisa diam sejenak."Oke, kapan? Dimana?" "Kalau sekarang? Di Kafe Kofee aja dekat rumah lo, gimana?" Lisa setuju lalu segera bersiap-siap setelah menutup teleponnya.Lisa tiba duluan karena tempat mereka bertemu sangat dekat dengan rumahnya. Dia segera memesan minuman coklat dingin dan beberapa camilan untuk menemaninya menunggu Rebekha. Ternyata Lisa tidak menunggu terlalu lama."Hai," sapa Rebekha. Lisa hanya menganggukkan kepalanya. Rebekha duduk di hadapan Lisa dengan canggung."Elo udah tahu belum kalo Donna udah dilamar?" tanya Rebekha mencoba mencari bahan pembicaraan."Belum," jawab Lisa singkat."Rencananya mereka mau menikah secepatnya, secara sederhana." Lisa menganggukan

  • KEMBALI PULANG   BAB 107

    "Mama ...," raung Lisa setelah video itu berakhir. Steven menutup matanya berusaha menahan tangis. Hatinya benar-benar hancur melihat airmata Lisa. "Mama, maafkan aku. Maafkan aku karena hanya memikirkan diriku sendiri." Lisa terus meraung. Steven tidak mengatakan apa-apa, dia hanya menggenggam tangan Lisa dan membiarkan istrinya mengeluarkan semua kesedihan, kemarahan dan penyesalannya. Lisa berusaha keras menghentikan tangisnya. Dia mengumpulkan semua sisa kekuatannya untuk menahan rasa kehilangan yang sangat menyakitkan. Lisa kembali membereskan barang-barang ibunya. Dia memasukkan baju-baju ibunya ke dalam kardus. Rencananya Lisa akan menyumbangkan semua pakaian ibunya. Sementara Steven membereskan barang-barang lain dan menyusunnya dengan rapi agar Lisa dapat memilih dan memutuskan akan melakukan apa dengan barang-barang itu. "Lisa, sepertinya kamu harus baca ini." Steven menyerahkan selembar kertas kepada Lisa. Kertas dengan tulisan tangan ibu Lisa yang dibuat terburu-buru.

  • KEMBALI PULANG   BAB 106

    "Ada apa bang?" tanya Steven kaget."Bu Gayatri meninggal dunia," jawab Gerard dengan wajah menyesal. Steven tidak punya waktu untuk bertanya lebih lanjut dan langsung berlari menuju mobilnya dan bergegas pulang ke rumah.Dia sudah meminta Gerard untuk menghubungi papa dan mamanya agar mereka bersiap-siap. Steven juga minta papa dan mamanya untuk merahasiakan berita ini. Steven ingin Lisa mendengar kabar ini dari mulutnya.Steven merasa sangat terpukul dengan kematian mertuanya. Membayangkan reaksi istri dan anak-anaknya, membuat Steven lebih tertekan lagi. Steven tahu anak-anaknya lebih dekat dengan mertuanya daripada dengan orangtua Steven, selain itu mereka yang menemukan omanya tidak sadarkan diri. Anak-anaknya pasti akan sangat sedih. Sementara Lisa dia pasti akan menyesali kemarahan yang masih dia simpan, hingga tidak mau mengunjungi ibunya."Aaah!" teriak Steven, kepalanya terasa mau pecah membayangkan apa yang akan terjadi."Mana Lisa?" tanya Steven kepada ayah dan ibunya yang

  • KEMBALI PULANG   BAB 105

    "Anak-anak bagaimana?" tanya Steven yang membayangkan kepanikan anak-anaknya karena ibu dan omanya sama-sama berada di rumah sakit."Mereka ketakutan, apalagi mereka yang pertama kali menemukan bu Gayatri," jawab Ibu Steven dengan nada sedih."Kalau bisa, tolong antarkan mereka kesini. Lebih baik mereka bersama aku disini, supaya mereka tidak terlalu ketakutan," pinta Steven. Berada di samping ayah mereka pasti akan membuat kedua anaknya tenang."Oke, kami hanya akan memastikan keadaan mertuamu, lalu segera kesana." Bu Gayatri mematikan teleponnya, lalu memeluk kedua cucunya agar mereka tidak terlalu ketakutan.***"Kamu sudah enakkan?" tanya Steven kepada Lisa yang sudah sadar. Steven diperbolehkan masuk sebentar, sebelum diadakan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui alasan kepala Lisa tadi terasa sangat sakit."Iya, tadi kepalaku tiba-tiba sakit sekali. Tapi sekarang rasa sakitnya benar-benar hilang." Lisa memegang kepalanya dengan tangan yang tidak diinfus."Tapi kamu tetap harus

  • KEMBALI PULANG   BAB 104

    Lisa bersikeras untuk tinggal. Dia sama sekali tidak menggerakkan kakinya. Dia tidak akan pernah lari lagi dari pertengkaran mereka. "Aku bilang tidak. Aku tidak akan pernah pergi, sebelum aku semuanya selesai," jawab Lisa keras kepala. "Apa yang mau kamu selesaikan? Semua kemarahan yang ada di kepalamu selama ini? Baik, silakan. Keluarkan saja semua makian yang kau punya. Lalu kalau sudah selesai, segera tinggalkan rumah ini." "Aku tidak ingin memaki, aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya menjadi ibu yang kejam?" ucap Lisa tanpa ampun. Bu Gayatri memandang Lisa dengan marah. "Kali ini kamu sudah keterlaluan. Bagaimana kamu bisa mengatakan mama kejam, setelah semua yang mama lakukan untukmu dan keluargamu? Apakah kamu ibu yang baik? Apakah kamu lebih baik dari mama?" "Aku berusaha agar tidak menjadi seperti mama. Tapi trauma yang mama timbulkan membuat emosiku tidak stabil. Kalau aku terkadang tidak bisa mengendalikan diri, itu karena apa yang sudah mama buat di masa lalu," ja

  • KEMBALI PULANG   BAB 103

    "Memangnya apa yang sudah mama lakukan? Mama tidak pernah memukulmu. Mama selalu memenuhi semua kebutuhanmu bahkan melebihi kebutuhanmu. Mama selalu merawat kamu ketika sakit. Mama juga yang selalu mengurusmu sejak kecil. Lalu dimana kesalahannya? Apa yang kamu benci? Bahkan sekarang anak-anakmu pun mama yang urus. Tapi mereka bahagia, tidak seperti kamu yang selalu menyalahkan sekelilingmu," sahut Bu Gayatri sambil melemparkan benang dan jarum rajitannya ke samping."Hidupmu terlalu enak. Kamu kurang bersyukur dengan semua yang sudah kamu miliki. Sekarang kamu mau menyalahkan mama untuk kesalahan yang kamu buat?" bentak Bu Gayatri. Lisa merasa tiba-tiba dia kembali menjadi gadis muda yang membenci ibunya."Kamu terluka karena mama? Kamu terluka karena keputusan-keputusan yang kamu buat tanpa berpikir. Mama sudah memberitahu apa yang harus kamu lakukan, tapi kamu memberontak. Sekarang kamu menerima konsekuensi dari keputusanmu dan kamu menuduh Mama yang merusak masa lalumu?" sambung B

  • KEMBALI PULANG   BAB 102

    "Udah gila lo!" seru Lisa tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Rebekha tersenyum mengejek dengan penuh percaya diri. Sudah lama dia menyimpan kata-kata itu. Tapi tidak pernah sanggup mengatakannya karena Lisa adalah sahabatnya. "Mulai hari ini kita adalah orang asing. Jangan pernah lagi sebut gue temen lo!" lontar Lisa dengan marah. Lisa tidak menyangka Rebekha sahabatnya yang paling pengertian diatara mereka berempat kini berubah menjadi seseorang yang sanggup berkata sekejam itu."Sebenarnya memang sudah lama lo bukan temen gue, bahkan bukan bagian dari empat sekawan. Cuma Ersa yang masih pasang badan demi elo. Demi Ersa juga gue dan Donna masih mau berhubungan sama lo." Rebekha terus menyerang Lisa dengan kata-kata tajamnya."Kalau sudah tidak ada lagi yang mau lo omongin, silakan keluar dan bereskan semua barang-barang lo. Mulai hari ini lo gue pecat!" tegas Rebekha lalu membalikkan badan. Lisa segera meninggalkan ruangan Rebekha dengan sangat marah."Kamu mau kemana?" tan

DMCA.com Protection Status